Chereads / LOVE WITH YOUR GRUDGES / Chapter 8 - 8 kecewa

Chapter 8 - 8 kecewa

esoknya Kehadiran Tiffany disana membuat ketiga pria itu tak menggubris nya. Tiffany sekarang menyesal telah membuat dirinya menjadi perebut kebahagiaan seorang wanita baik seperti tabita. Dia baru mengetahui kalau Tabita menikah karena paksaan Marcel untuk membalas dendam karena dirinya. Dia begitu serba salah untuk sekarang. Hingga Siska yang entah sejak kapan berada didekatnya dan spontan menampar Fany begitu keras dan ketiga pria yang tadinya diam menatap tak percaya karena melihat Fany yang terjatuh dekat Vano dengan memegangi pipinya yang merah.

"Puas kan fan? Gue gak nyangka loh bisa jadi iblis itu dan loh udah nge hancurin hidup bita." Siska dengan emosinya itu mengatakan dengan menggebu-gebu karena dia kecewa terhadap dua orang terdekatnya itu. Satunya terluka dan satunya menyakiti seseorang yang entah salahnya dimana.

"Udah sis semua telah menyesali perbuatan mereka. Mereka sadar mereka salah dan plis banget sis. Kamu jangan nyalahin siapapun lagi. Kita disini nungguin bita buat sadar dari kritisnya." Vano sudah tak tahan lagi dengan Siska yang kini menyalahkan kedua orang yang memang telah menyesali perbuatan mereka.

Setelah itu Siska sudah tidak lagi mengeluarkan kata-kata. Kini hanya tersisa Siska dan Tristan yang berada di depan ruangan ICU. Marcel, Fany dan Vano tadi sedang pergi entah kemana karena Fany ingin membicarakan sesuatu hal yang katanya penting.

Tistan yang dari tadi memperhatikan Siska seakan mengikuti perkataan Vano merasa cemburu, karena dia sendiri tidak pernah mau didengar Siska. Mungkinkah karena pengaruh masa lalu mereka?

"Gue sadar gue salah sis, seandainya kejadian waktu itu tidak membuat gue emosi. Mungkin kita masih bisa seperti pasangan lain atau bahkan lebih beruntung nya gue kalau kita seperti Tabita dan Marcel yang telah menikah atau mempunyai buah cinta" sesal Tristan yang kini berbicara  dalam hati yang kini duduk di bangku dekat Siska sambil memperhatikan pintu ruang ICU yang tertutup rapat itu.

"Kamu gak pernah berubah dinginnya ya Tris. Cukup kuat juga Tabita sebagai adik kamu ngehadapin sikap kamu" ucap Siska tiba-tiba. Tristan yang terkejut dari lamunannya itu hanya diam dengan apa yang barusan dikatakan Siska.

"Ma_maaf soal waktu itu ya sis" ungkapan kata minta maaf Tristan membuat Siska bingung dan juga raut wajah yang berubah kesal karena dia menanyakan sesuatu hal yang lain tapi Tristan menjawab lain hal juga.

"Sudahlah. gue harus kesuatu tempat untuk menenangkan pikiran. Jagain bita untuk gue tris. Gue tahu loh gak pernah baik dengan bita." Ucap disk dan berdiri melangkahkan kaki di koridor rumah sakit dan menghilang dari pandangan Tristan yang terpaku dengan sikap Siska yang ternyata sudah jauh berbeda dari Siska yang dulu.

Fany dan Vano juga Marcel kini berada di taman rumah sakit. Marcel dan Fany yang duduk bersebelahan dan Vano yang berdiri di samping tempat duduk mereka. "Kamu mau ngomong hal penting apa?" Tanya Marcel dengan tatapan lurus ke depan dan kini dengan rahang mengeras menahan amarah. Fany yang tahu Marcel marah hanya bisa membuang nafas kasar karena sikapnya kemarin sudah di beri tahu Vano karena Vano sendiri yang merekam perlakuan Fany pada Tabita dan masih banyak hal lainnya yang dilakukan wanita ular itu di belakang Marcel.

"Aku mau minta maaf karena sudah membuat istri kamu menanggung kesalahan yang tidak pernah dia buat" Marcel mengepalkan tangannya. Darahnya mendidih karena sekarang dia dengar sendiri semua pengakuan wanita yang memang seperti ular itu karena sikapnya Marcel berdiri dan menarik kuat rambut Tiffany dan membuat wanita itu meringis kesakitan.

"Kamu udah ngaku semua perbuatan kamu dan kamu jangan pernah hadir di depanku lagi. Aku sekarang tahu siapa yang benar-benar mencintai ku setulus hati dan siapa yang hanya memanfaatkan ku" Marcel mendorong Fany dan pergi begitu saja tanpa memperdulikan Fany yang menangis sesenggukan karena dia tahu pria itu telah membencinya dan akan mencintai wanita yang sudah mengambil hati Marcel.

Vano merasa ibah dengan Fany yang kini masih setia di atas rumput taman dengan tangis yang makin menjadi."udah sekarang loh udah sadar kan siapa yang pantas mendapatkan hati seorang yang baik. Kalau loh mau berubah setidaknya belajarlah mencintai pria yang benar-benar sayang dengan loh." Vano menepuk pelan pundak Fany dan ikut berlalu menyusul marcel.

Fany masih setia di sana dan seorang pria mengulurkan tangannya kearah Fany. Fany menengadah untuk melihat siapa yang mengulurkan tangan bagi wanita yang telah menghancurkan kehidupan seseorang. Kedua mata Fany melotot tak percaya karena ya g datang adalah suaminya sendiri."ka_kamu?" Dengan cepat dia mengambil tangan pria itu dan memeluknya erat sambil menangis di pelukan suaminya. "Maafin aku udah berburuk sangka

Aku cuman belum bisa menerima kenyataan kalau aku harus menikah atas dasar uang. Maafin aku." Sekarang dia sadar dia salah harus lari dari rumah dan meninggalkan pria yang telah menjadi suaminya itu.

"Sudah sayang jangan menangis. Aku udah maafin kamu dan aku janji akan menjadi lebih baik lagi dan akan menjaga dan mencintaimu dengan tulus" tangan pria itu mengelus rambut panjang Fany dengan sayang. kedua insan itu kini saling berpelukan melepaskan semua rindu dan penyesalan yang mendalam karena saling menyakiti. Mereka berdua pergi dari sana dengan senyum yang memancarkan kebahagiaan antara dua pasutri itu.

Marcel POV

"Kenapa gue bego Van. Gue gak nyadar  kalo bita sedang berjuang untuk bisa sembuh. Tapi apa? Gue buat dia tiap hari terluka dan bahkan gue harus kehilangan sesuatu yang selama ini gue dambain. Gue teledor Van, gue brengsek, gue gak pantas dapetin bita yang udah sabar dan gak pernah ngelawan saat gue nyakitin dia secara fisik dan psikis" semua penyesalan ku terasa percuma karena kini semua sudah terlambat karena harus menyaksikan perjuangan wanita tangguh yang terbaring lemah karena kasar dan teganya aku sudah membuat dia seperti saat ini.

"Udahlah cel. Nasi sudah menjadi bubur. Loh harus kuat supaya bisa merawat bita dan bisa ucapin maaf loh itu di depan bita saat dia sadar nanti." Ucapan Vano sedikit menguatkan aku karena itu juga aku harus bisa kuat dan tegar untuk menerima semua konsekuensinya kalau bita nanti akan berubah terhadap diriku nantinya. Kalau boleh jujur aku sangat takut untuk kehilangan wanita yang sudah membuat hatiku seketika jatuh terlalu dalam dengan cepat.

"Gue sadar Van gue udah cinta Ama bita Van. Gue takut disaat gue ungkapin dia malah menjauh Van. Gue takut alvano" Vano hanya terdiam saat aku mengucapkan kata-kata tadi tapi aku tak ambil pusing karena sekarang aku harus bisa kuat dan sabar menunggu istriku untuk tersadar dari kritisnya dan akan menyampaikan apa yang sebenarnya aku rasa.

End POV

********

Tristan kini menatap lekat dengan ekspresi wajah yang susah diartikan. Kini dia bahkan tidak mengganti pakaiannya dari kemarin karena menunggu sang adik yang masih setia menutup matanya.

"Bit, maafin kakak ya de. Kakak skarang sadar kamu begitu banyak menanggung semua perlakuan buruk dari kakak dan perlakuan buruk suami kamu. Yang bodohnya kakak berpikir kamu di bahagiakan oleh suami kamu. Kakak janji setelah kamu sadar kakak akan menjaga ku dan semua permintaan kamu akan kakak kabulkan untuk bisa membuat kamu bahagia. Kakak juga akan melupakan semua perasaan bodoh kakak ke kamu bit." Maaf dan penyesalan tak lepas dari Tristan. Dia kini masih menyesali semuanya yang terjadi.

Marcel tiba-tiba saja berlutut disamping Tristan dan memegang kaki pria jangkung itu."maafin gue tris. Gue sadar gue terlalu banyak buat kesalahan ke loh dan adik loh. Gue minta maaf sedalam dalamnya Tris" Tristan hanya terpaku cukup lama dan seketika dia mengulurkan tangannya ke Marcel dan menarik pria itu untuk memeluknya.

"Gue udah maafin loh. Lagian gue juga salah gak pernah bahagiain Ade gue sendiri dan bahkan dengan begonya, gue malah mengira loh buat dia bahagia dan dia memilih menikah dengan loh." Marcel tertegun dan melepas pelukan mereka dan satu cairan bening lagi-lagi lolos begitu saja tanpa memperdulikan Tristan yang terkekeh karena melihat sahabat lamanya menangis karena seorang perempuan.

"Cengeng loh" Tristan memukul lengan Marcel dan mereka tertawa dan kini mereka sepakat untuk memulai semua dari awal sebagai sahabat.

Skip

Sudah seminggu semenjak Tristan dan Marcel berbaikan. Semenjak saat itu juga Siska dan Tristan mulai dekat. Walaupun Siska masih mati rasa tapi entah kenapa dia sedikit memberi ruang untuk Tristan bisa mendekati nya.

-ada yang pdkt nih. Ekhem hehehe -author

-ngaur aja tros Ampe bulan jadi kotak -siska

-:(

Next

"Bita kapan bangunnya sih. Gue bosen ngeliat kakak loh." Tristan yang mendengar ucapan Siska menyenggol pelan lengan Siska membuat Siska mendelik kesal dan kembali menatap kearah jendela ruang ICU itu. Ya sudah seminggu tapi keadaan Tabita masih sama bahkan tidak mau membuka matanya. Marcel yang melihat interaksi keduanya bahkan merasa iri karena dia juga ingin seperti kedua sahabatnya itu.

"Bita please bangun ya sayang. Aku setia nungguin loh" rengek Marcel yang membuat Siska juga Tristan terkekeh geli karena mereka tahu pria yang sebentar lagi berhari ulang tahun itu iri dengan kedekatan mereka berdua. Sedangkan Marcel masih setia menunggu bita.

Pria yang baru saja pulang kantor itu menatap lekat ke arah jendela dan masih merasakan penyesalannya.

"Kasihan Marcel bit dikira duda loh" spontan mulut Siska di bekap oleh Tristan dan mendapatkan tatapan maut juga jitakan di kepalanya oleh Marcel yang kesal.

"Ma_maaf" Siska menyesali perkataannya barusan dan Tristan hanya bisa geleng-geleng kepala dengan Siska yang selalu saja ceplas-ceplos. Siska hanya bisa diam dan menatap kearah Tristan meminta jawaban tapi entahlah. Dasar tristan

Skip malam

"Kamu gak cape cel dari tadi nangkring Mulu depan jendela. Tuh makan makanan yang gue beli. Itu makanan yang paling disukai bita" kata Tristan dan menyodorkan sebungkus makanan yang enak saat menyentuh Indra penciuman pria itu

"Makasih Tris. Teddy kemana? Udah seminggu semenjak bita masuk RS dia gak muncul?" Tanya marcel dan duduk membuka bungkusan makanan tadi. Seakan bingung Tristan pun Sampai sekarang masih mencari keberadaan pria itu yang entah kenapa sudah sangat berbeda semenjak Tabita menikah. Dia bahkan sempat mencari tahu dimana Teddy tinggal tapi tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.

Dengan dua bahu nya  terangkat Tristan menggeleng kepala yang artinya tidak tahu.

"Mungkin dia sibuk dengan urusan nya. Dewasa memang menyakitkan cel." Tutup tristan yang bingung harus mengatakan apa.

Ntahlah

"Siska lu darimana? Tega banget ninggalin gue. Ah elah" tristan berdecak kesal dengan Siska yang tidak memberi tahu kemana dia pergi.siska yang bingung akan sikap Tristan yang akhir-akhir ini cerewet pun mendelik kearah Tristan dan kini menatap kearah ruang ICU.

"Kau acuhkan aku dengan sikap mu." Senandung tristan dan berdiri disamping Siska. Marcel yang merasa akan ada keuwuan dari kedua anak manusia yang sedang mabuk asmara itu, segera melempar kantong plastik kosong kearah keduanya. Siska yang kesal segera menghampiri Marcel dan menjitak kepala Marcel karena dia tahu marcel cemburu dengan situasi seperti tadi.

Keakraban mereka bertiga membuat Vano yang baru tiba, merasa bahagia dengan keseruan mereka yang sudah lama tidak terpancar seperti sekarang ini. Persahabatan mereka sekarang sudah kembali bahkan lebih bahagia. Suasana yang membuat siapa saja akan iri kali melihat persahabatan mereka.

"Seru amat Ampe lupa babang tampan datang." Sapa Vano yang mengundang tawa ketiganya dan Siska yang dengan lebay nya  menunjukkan gaya akan muntah ketika mendengar Vano mengucapkan kata "tampan".

-emang tampan sih Vano. -author

-dih najis. -tris,Siska,arcel.

-dih kompak ngehina anak Lee min hoo ya -vano

-:/

Skip

"Elah jahat bener diketawain." Bibir Vano maju satu centi yang membuat Tristan menarik bibir Vano hingga mengundang tawa Marcel dan Siska.

Sungguh persahabatan mereka sekarang membuat iri dan mereka melupakan semua masa lalu yang membuat persahabatan mereka terpecah belah karena kesalahpahaman.

"Malah di ketawain lagi." Vano yang malu ditertawai oleh ketiga sahabat nya kini duduk disamping Marcel. Dan mereka dibuat kaget dengan kehadiran Teddy yang muncul secara tiba-tiba di belakang Tristan.

"Sorry baru Dateng. Ada urusan penting dan gak bisa ditinggalin. Jadi aku harus selesaiin semua dulu." Jawab Teddy yang duduk di samping vano dan menatap segan kepada Siska. Siska yang mendapat tatapan begitu merasa aneh dengan sikap Teddy barusan.

"Bita gimana kak? Udah ada perubahan?" Tanya Teddy tapi yang menjawab hanya Marcel karena Tristan yang tak menggubris pertanyaan Teddy tadi.

"Masih kritis Teddy. Kamu berdoa aja buat bita. Kita semua juga berdoa buat bita supaya cepat lewatin masa kritisnya". Teddy hanya bisa diam dan mengangguk mengiyakan.

Skip

Waktu sudah menunjukkan pukul 22:00. Tristan dan Siska yang tadinya duduk bersebelahan kini posisinya berubah romantis dengan Siska yang tertidur dipundak Tristan. membuat marcel yang melihatnya merasa iri akan kemesraan sahabatnya juga kakak iparnya itu. Kalau Vano dan Teddy belum lama berpamitan pulang karena sudah mulai lelah.

"Sayang aku ingin sekali memegang tangan kamu dan memeluk tubuh kamu. Aku kangen" gumam Marcel lirih.dia yang kini menengadah kearah kedua sejoli yang tertidur pulas tadi dan Kembali mengarahkan pandangannya ke tempat Tabita. Beberapa alat untuk membantu pengobatan bita sudah berkurang karena tadi dokter memberi tahu kalau kondisi Tabita sudah mulai membaik dan luka bekas operasi nya sudah mulai sedikit demi sedikit mengering.

Dokter juga belum bisa menyarankan orang lain masuk ke ruang ICU kecuali petugas kesehatan yang akan menangani atau mengecek keadaan Tabita. "Ternyata sakit hati yang kamu rasakan tak sebanding dengan apa yang kini aku rasakan bit. Aku menyesal sangat menyesal akan kejadian waktu itu." Ucap marcel dengan mengusap air mata yang akhir-akhir ini sering menetes jika menyangkut tabita.

*******

Hari ini Marcel pulang dari kantor lebih awal dan bergantian dengan Tristan yang dari pagi menemani istrinya. karena rindunya terhadap Tabita makin menjadi hanya saat tadi dia tak sengaja menemukan diary tabita di laci meja kerja milik istrinya. Tujuannya Tadi dia akan mengambil beberapa berkas yang sudah dikerjakan bita sebelum masuk ke RS tanpa disangka diary berwana pink itu menarik perhatian Marcel dan mengambilnya. Tak tanggung-tanggung pria bertubuh tinggi itu segera membaca setiap halaman dibuku itu.

Semua keluh kesah wanita itu dia baca dengan teliti dan tak bosan untuk membaca lagi.

Pria yang berstatus suami Tabita itu kini sedang meneteskan air mata saat dia membaca betapa rindunya dia terhadap mamanya yang kini belum mereka beri tahu soal keadaan Tabita yang sebenarnya. Marcel merasa bersalah karena tidak memberikan kabar kepada kedua orang tua Tabita yang mulai dari keberangkatan mereka hanya sekali saja memberi kabar. Itupun lewat video call singkat.

Skip

Dan kini Tabita sudah bisa dipindahkan di ruang rawat inap. Karena keadaan Tabita sudah mulai membaik. Marcel yang sudah menunggu selama seminggu itu Merasa senang dan bersyukur karena masih bisa diperbolehkan oleh Tuhan untuk menggenggam tangan wanita yang kini berada di depan nya. Walaupun masih setia menutup matanya tapi Marcel bersyukur kalau bita akan baik-baik saja untuk saat ini.

"Sayang sekali kamu gak mau buka mata indah kamu sayang.aku rindu saat kamu menatap kearah ku waktu malam pertama kita sayang." Ingatan soal malam pertama mereka kembali berputar dikepala Marcel karena dari situ untuk pertama kalinya dia menatap mata sang istri yang juga memiliki wajah yang cantik yang begitu membuat dia seakan terpanah pada pandangan pertama.

Next

Saat Marcel masih setia mengamati wajah cantik bita dia terkejut sekaligus senang bukan main saat tangan Tabita yang tiba-tiba menggenggam erat jemari tangan sang suami. Lebih senangnya Marcel saat bita membuka kedua mata yang dia rindukan itu secara perlahan. "Sa_sayang akhirnya kamu sadar dari tidur nyenyak mu" ucap Marcel dan mengecup pelan dahi istrinya. Dia begitu merindukan wanitanya yang sudah seminggu tak mengeluarkan suara yang begitu dia ingin dengar.

"Tu_tuan_"

"Shhhh jangan lagi sayang. Aku rindu kamu jangan panggil lagi sebutan tak berguna itu sayang" kembali Marcel mengecup kening wanita yang terbaring itu. Dia begitu bahagia sekarang karena menyaksikan wanita yang pernah dia sakiti telah sadar dari masa kritisnya yang membuat dia harus belajar sabar untuk bisa melihat wajah cantik wanitanya yang selama seminggu tak bisa dia lihat dari dekat seperti saat ini.

"Ta_tapi_" suaranya serak karena merasa kering. Tabita segera memberi isyarat untuk memindah air putih untuk membasahi tenggorokan nya. Dasar Marcel laknat ya laknat. Istrinya minta air malah menciumi istrinya sampai melumat habis bibir ranum milik istrinya. Dasar gak sabaran ya Bun?:/

And next.

"Ish kamu gitu. Mana air putih nya" Marcel yang sudah malu karena dimarahi bita segera mengambil segelas air yang disediakan diatas bufet dekat ranjang bita. Dengan telaten Marcel membantu Tabita untuk meminum air putih lewat sedotan.

Serasa cukup kini bita menarik  selimutnya lagi dan perlahan membaringkan kembali tubuhnya. Dia begitu bingung dengan marcel yang tiba-tiba manis dan perhatian akan dirinya. "Kamu kenapa? Kayak beda?" Tanya bita hati-hati karena dia takut kalau marcel mungkin berakting lagi.

"Rindu kamu bit. Maaf soal kejadian waktu itu ya? Aku kelewat batas dan maaf karena aku juga kita harus_"

Drrrrt drrrrt drrrrt

Handphone Marcel membuat Marcel mengumpat dalam hati karena ucapannya terpotong.segera dia mengecup kening bita dan memberi isyarat untuk menelpon. Tabita yang di buat penasaran plus bingung itu harus menunggu kedatangan Marcel untuk menanyakan soal obrolan tadi yang menggantung.

"Perut aku kenapa perih ya?" Tanya bita bingung sendiri dan segera setelah itu Marcel datang dan sedikit merubah wajahnya kaku seakan dia akan memberikan sebuah informasi yang menegangkan.

"Kamu udah selesai nelfonan nya?" Tanya bita. Marcel hanya mengangguk dan menarik kursi disamping ranjang dan berniat melanjutkan percakapan mereka tadi.

"Lanjutin yang tadi cel. Aku mau tanya juga kenapa perutku perih?" Bita yang mengelus pelan perutnya membuat Marcel merasa bersalah lagi dan harus menetes kan air matanya yang membuat bita semakin bingung.

"Aku kenapa cel?" Tanya bita ikut meneteskan air mata.

"Kita_ kita kehilangannya bit?" Kening bita berkerut dan dia mulai paham dari maksud Marcel yang mengatakan "dia".

"Aku kehilangan dia?," Tangis bita semakin menjadi dan dia memukuli dadanya yang kembali merasakan sakit hati karena janin yang dia jaga kini dia kehilangan nya. Sakit hatinya bertambah saat ini mengingat kembali perlakuan Marcel padanya.

Dengan cepat Marcel memeluk bita dari belakang dan kini bita hanya bisa menangis kecewa karena dia merasa gagal menjadi seorang wanita yang tak becus menjaga kandungan nya.

"Aku gak berguna jadi ibu atau istri kamu cel. Aku benci diriku" tangis bita sesenggukan yang kembali memukuli dadanya. Marcel juga tak tega melihat Tabita menyalahkan dirinya sendiri padahal yang salah adalah Marcel.

Bita yang kini emosi karena kejadian itu kembali terngiang-ngiang di kepalanya membuat dirinya seketika mendorong dada bidang Marcel kuat dan mengusir suaminya sendiri yang sudah tak bisa berkata-kata dan mematung dengan tangis penyesalan nya yang sudah merenggut kebahagiaan bahkan masa muda bita hanya untuk mendapatkan keinginannya yang sangat salah. "PERGI MARCEL PERGI.... AKU BENCI DENGAN KAMU. CEL AKU BENCI.....kalau aja kamu gak seegois itu aku mungkin bisa merawat calon anakku itu sampai sekarang cel. Hiks, AKU BENCI CEL, BENCI" Dan

Brak

Nampan berisi makanan dan minum juga obat-obatan bita dorong begitu saja hingga berceceran dimana-mana. Marcel yang terkejut dengan perlakuan bita tadi segera mendekati istrinya itu dan memeluknya erat untu menenangkan nya supaya tidak melakukan hal yang berbahaya."lepassss, lepasinnnn cel. Gue gak guna jadi istri kamu.hiks, kamu kan yang bilang aku wanita pelacur dan gak berguna. AKU HANYA ISTRI DI ATAS KERTAS CEL. HANYA DI ATAS KERTAS....AKU BEN_CI..."teriak bita dipelukan Marcel yang membuat dirinya seketika mulai melemah lagi dan kini pingsan karena memaksakan diri untuk memarahi Marcel.

Suster yang berniat akan memeriksa keadaan pasien juga Tristan dan Siska yang baru datang, dibuat kaget dengan keadaan ruangan yang berantakan dan bita yang berada di pelukan marcel. Segera saja Siska dan Tristan menghampiri marcel yang kini menangis, membuat Tristan melihat kearah Marcel menuntut Jawaban. Marcel hanya mengangguk sebagai jawaban yang membuat Tristan mengusap wajah frustasi. Dia baru saja akan memberi tahu Marcel untuk tidak memberi tahu keadaan yang sebenarnya. "Permisi dokter akan memeriksa keadaan pasien. Bisa kalian menunggu diluar?" Mereka bertiga segera beranjak ke luar untuk menunggu pemeriksaan Tabita.

"Kenapa loh harus kasih tahu sih cel? Loh kan tahu dia masih harus menunggu sampai benar-benar pulih." Omel Tristan yang kini mondar-mandir di depan pintu ruangan.

"Dia menanyakan perutnya yang perih Tris. Gue diem tapi dia membuat gue gak bisa nutupin semua ini tris. Dia juga harus tahu semuanya." Setelah mengatakan itu dokter keluar bersama beberapa perawat tadi dan menjelaskan keadaan Tabita.

"Bagaimana dok?" Tanya Tristan.

"Kondisi pasien saat sadar tadi sebenarnya belum benar-benar pulih. Pasien tidak boleh tegang atau kelelahan. Jadi pasien hanya pingsan sebentar. Yah mungkin sebentar lagi akan sadar. Apa mungkin pasien mengetahui kalau pasien mengalami keguguran?" Tanya dokter akhirnya dan di angguki Marcel.

Dokter menggeleng pelan dan kembali bersuara.

"Tak apa memberi tahu tapi setidaknya harus menunggu sampai pasien sudah bisa diajak berbicara serius. Saya harap kalian harus bekerja sama supaya proses kesembuhan pasien bisa cepat. Saya permisi." Akhir dokter dan pergi dari sana bersama perawat-perawat tadi.

"Denger gak loh? Ntar kalau bita bangun. Loh diem aja supaya dia gak tegang-tegang amat" cerocos Siska yang diangguki Marcel. Tristan hanya bisa mengangguk-angguk dan mereka bertiga memasuki ruangan bita dirawat.