"E_elo!"
Pria itu hanya tersenyum miring menatap Siska yang terkejut dan berlari mengejar Fany yang sudah pergi.
"Hei tunggu. Astaga Frans"
Iya itu Frans suaminya Fany.
Siska yang penasaran dengan kehadiran Frans segera mengejar kedua orang itu membuat langkah Siska terhenti di depan pintu utama Mension.
"Lama tak berjumpa nak siska. Kamu lagi sama anak saya kan?" Tanya pria paruh baya itu dengan tersenyum yang menurut Siska palsu karena dia tahu semua kebusukan pria dihadapannya terhadap ketiga anak mereka.
"Ngapain om kesini?" Tanya Siska berusaha tenang walaupun jantungnya seperti sedang berpacu.
"Om hanya ingin mengajak anak om pulang sis.kamu bisa tolong panggilkan Tabita?" Tanya pria itu yang tak lain papa Bima.
"Aku gak boleh kasih tahu kalau bita ada di dalem. Bita gak boleh ketemu sama papa sialanya ini!" Batin siska.
"Maaf om bita lagi pergi sama temannya. Kalau om mau saya bisa kasih nomor temannya." Ujar Siska bohong. Papa Bima hanya mengangguk mengiyakan dan Siska segera memberikan secarik kertas berisi nomor telepon seseorang yang katanya teman bita.
"Makasih nak Siska. Kalau begitu saya permisi dulu." Siska hanya mengangguk dan papa Bima segera berlari keluar halaman Mension itu.
Siska bernafas lega setelah memberikan nomor palsu yang nyatanya sahabat barunya di kampung yang di diami ketiga wanita itu selama sebulan.
Siska sudah menceritakan semua kejadian yang menimpa bita Kepada wanita itu untuk bisa membantu rencana yang disusun Siska sendiri untuk melindungi sahabatnya itu.
"Gue harus cekatan nih kalau begini." Gumam Siska dan masuk ke Mension untuk menemui bita.
...
Disebuah taman dekat Mension yang ditempati ketiga wanita cantik. Frans mencari Fany yang entah bersembunyi dimana. Frans sampai frustasi mencari wanita yang tak lain istrinya itu.
"Kemana kamu jalang!" Teriak Frans dengan mengacak rambutnya.
Fany yang bersembunyi di balik tanaman besar di area taman itu sontak menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
Sungguh dia takut saat ini kalau sampai Frans menemukan dirinya. Dia tidak ingin kembali lagi di tempat yang membuat hidupnya hancur.
"Fany! Kamu dimana. Jangan sampai saya mendapatkan kamu. Saya akan membuat kamu menyesal." Ujar Frans dengan pandangan mencari keseluruh area taman.
Nihil tak menemukan istrinya membuat Frans marah dan segera pergi dari sana.
Fany yang merasa Frans sudah pergi pun segera berlari ke lain arah dan menuju ke Mension untuk bersih-bersih dan mengganti pakaiannya yang Bash karena ulah pria itu.
Skip malam
"Fan? Bita udah turun belum?" Tanya Siska membuat Fany menggelengkan kepala pelan.
"Padahal dia harus makan loh. Astaga bita padahal dah tahu bunting malah gak ngurusin tuh kandungan. Gue takut fan kalo dia kenapa-napa Ama anak nya tuh. Gue masih trauma Ama dia yang koma waktu itu."
Fany hanya membuang nafas kasar dan mengangguk pelan karena dia juga tak tega melihat keadaan bita sekarang karena ulahnya sendiri.
"Yaudah aku panggilin bita dulu. Kamu bikinin dia susu hamil aja kebetulan kemarin aku beli." Siska hanya mengangguk.
"Gue curiga nih susu yang loh beli dah terkontaminasi Ama racun" kata-kata Siska barusan membuat Fany mengetuk kepala Siska membuat sang empunya meringis kesakitan namun menampilkan deretan giginya karena malu mengatakan hal yang tidak-tidak.
Fany segera melangkahkan kakinya menuju kamar bita dan segera memanggil nya. Tapi tak ada jawaban dari pemilik pintu kamar bercat putih itu.
"Bit. Makan dulu ya. Aku Ama Siska udah nungguin kamu. Siska juga udah buatin susu buat kamu minum."
Hening.
"Yaudah aku Ama Siska tunggu di bawah ya. Kasian loh janin kamu bit." Ujar Fany dan segera pergi dari sana.
Sesampainya Fany di meja makan membuat dia diam karena kehadiran pria yang tidak pernah mereka duga.
"Marcel." Kaget Fany yang langsung membuat marcel menoleh kearah nya di tangga.
Bukan tatapan hangat yang di dapatkan Fany namun tatapan kebencian yang di dapatnya. Fany hanya menunduk takut.
Bita POV
Aku yang sedari siang tadi berdiam diri dikamar akhirnya pasrah karena ucapan Fany tadi yang memanggil ku untuk makan. Aku hampir saja lalai menjaga kesehatan kandungan ku karena pikiran ku yang masih melayang karena tiba-tiba saja hari ini memikirkan Marcel.
Kalau boleh jujur aku sudah mati rasa dengan semua kejadian yang menimpaku. Segala hal buruk atau baik aku tak perduli lagi akan terjadi terhadap ku.
Pikiran ku saja yang dari pagi selalu memikirkan pria itu. Huft...
Mungkin pengaruh kehamilan ku ini sampai harus memikirkan pria itu. Padahal aku sudah bertekad untuk melupakannya tapi entah lah..
"Sehat-sehat ya nak." Ujarku dan mengelus perut ku yang masih rata.
"Mama akan makan dan minum susu biar kamu makin kuat ya sayang!" Ujarku lagi dan mengelus perut ku lagi.
Aku segera keluar dari kamar dan menuruni tangga untuk kedapur tapi langkah ku terhenti ketika aku melihat sosok pria yang dari tadi terus mengganggu pikiran ku.
"Marcel" ujar ku sedikit berteriak karena terkejut.
Aku terpaku di tempatku dan pandangan ku dengan nya saling terkunci. Aku bisa lihat Fany dan Siska yang sama-sama terkejut tapi aku tak perduli.
"Sa_sayang?" Panggilan Marcel tak aku tanggapi tapi aku memilih pergi kembali ke kamar tapi tangan ku di cekal oleh seseorang, aku yakin itu pasti ulah Marcel.
"Lepas cel.!" Kataku dingin. Tak ada pergerakan dari Marcel untuk melepas cekalannya. Makin membuat dada ku sesak.
"Aku gak bakalan lepasin kamu bit. Aku janji aku akan berubah demi kamu dan anak kita. Kamu gak mau kan anak kita lahir tanpa seorang ayah?" Perkataan Marcel memang ada benarnya tapi aku memilih diam dan melepas tangan Marcel dari pergelangan ku.
"Sis bawain makanan Ama susunya di kamar aja. Aku lagi tak ingin menemui seseorang yang tak aku harapkan.!" Sarkas ku tajam dan pergi menuju kamarku.
End POV
.