Chereads / LOVE WITH YOUR GRUDGES / Chapter 10 - 10 benar-benar hilang 1

Chapter 10 - 10 benar-benar hilang 1

2 Minggu kemudian.

"Bita. Kamu mau gak ikut Ama aku buat jalan-jalan di sekeliling desa sini?" Tanya Siska.

Bita yang tadinya melamun di depan jendela kamar nya itu berbalik dan menggelengkan kepala sepintas dengan muka datar nya, dan berbalik lagi untuk melanjutkan acara melamunnya itu.

Semenjak dirinya memutuskan untuk meninggalkan Marcel. Sejak saat itu pula dirinya suka melamun. Bahkan beberapa hari yang lalu dirinya hampir tersiram air panas karena sibuk melamun.

"Bit. Ayolah. Kamu kenapa gini sih?" Tanya Siska dengan membalikkan badan bita yang kini dia dapati sedang meneteskan air mata. Siska hanya menatap sendu sahabatnya itu.

"Bit. Kok diem sih? Kamu kenapa gini sih? Aku tahu kamu berat pisah dari Marcel walaupun cuman waktu yang tak lama. Tapikan dia pantes dapet ganjaran dari kamu... Dia udah jahatin kamu loh. Kalau kamu lupa!" Ucap Siska dengan nada tak suka nya.

"Aku mau istirahat sis. Kamu keluar aja sendiri. Aku gak apa-apa" ujar bita akhirnya namun dengan nada sedikit kasar.

Siska hanya membuang nafas kasar karena bita yang sudah mulai jadi pendiam dan tak seperti bitanya yang dulu.

"Yaudah. Tapi entar aku balik kamu mau ikut Ama aku ya?." Tanya Siska lagi yang masih dia di depan pintu kamar.

"Iya." Singkat nya.

Siska segera menarik pintu kamar dan pergi dari sana dengan rasa bersalah. Yang entah sejak kapan muncul.

Siska POV

"Gue heran Ama tuh satu anak. Kapan balik lagi tuh wajah cerianya? Ngapain juga mikirin tuh marcelontong tuh." Omelku sambil berjalan meninggalkan kamar bita.

"Eh sis_"

"Astaga ayam, ayam... Ngagetin aja lu. Kebiasaan" jawabku dengan mengusap pelan dadaku.

"Dih biasa aja kali_ Gue mau ngomong empat mata Ama lu. Sambil jalan-jalan bisa?" Tanya Fany yang keluar dari kamarnya secara tiba-tiba seperti tadi.

Untung aku tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Kalau tidak sudah dipastikan aku bakalan masuk RS.

"Mau ngomong apa sih?" Tanyaku tanpa basa-basi.

"Nanti dijalan." Aku hanya mengangguk dan mengikuti arah langkah Fany menuruni jalan kecil untuk ke jalanan desa sini yang memiliki jalan yang kurang baik untuk dilewati kendaraan. Karena disini kebanyakan memelihara kerbau dan kambing.

Tapi memang desa ini berada di pedalaman makanya tak ada satupun kendaraan bermotor atau bahkan mobil melintas dijalanan ini. Mungkin!

Aku dan Fany juga baru mengitari desa ini baru hari ini. Karena aku yang masih setia menemani satu-satunya sahabat ku yang udah mulai berubah, semenjak problem yang dihadapi nya.

"Jadi loh mau ngomongin apa fan?" Tanya ku dengan berjalan beriringan di samping Fany.

"Maaf ya sis aku udah buat kalian jadi seperti ini?" Langkah ku terhenti saat mendengar Ucapan Fany barusan membuat ku ambigu dan merasa aneh sekaligus.

"Maksud loh?"

"Gue minta maaf soal kejadian dulu waktu loh Ama Tristan itu." Ah. Aku paham arah pembicaraan Fany. Aku segera mengangguk dan melanjutkan langkah kaki kami menuju ke sungai kecil dekat rumah yang menurutku menarik.

Hingga ucapan Fany hampir membuat jantung ku copot.

"Ini rumah masa kecil Marcel sis. Aku sebenarnya ingin memberi tahu bita tapi aku takut dia akan marah soal ini,"

"Ap_mpph" spontan tangan Fany membekap mulut ku  yang hampir berteriak.

"please ya sis. Jangan kasih tahu bita dulu sebelum keadaan hatinya membaik?" Kaget? Tentu saja. Aku saja hampir berteriak kalau tidak dibekap Fany. Sungguh aku dilema sekarang. Bagaimana jika bita tahu kalau rumah masa kecil Marcel ada di dekat rumah yang ditempati Kita sekarang? OMG.

"Sis. Please ya?" Aku tersadar dari lamunan dan mengangguk pasrah. Aku juga bingung harus berbuat apa supaya bita tidak mengetahui soal keberadaan rumah pria itu.

End POV

Siang harinya.

Bita POV

teras rumah Fany masih bagus dan perlengkapan disini pun masih bagus-bagus. Tapi Pikiran ku masih melayang dengan memikirkan dia. Iya dia...pria yang membuat ku jatuh cinta dan kecewa secara bersamaan.

"Bita_" aku yang masih asik melamun merasa ada yang memanggil tapi aku tak ingin menjawab karena masih ingin memikirkan sesuatu.

"Ssuutss"

Sampai....

Brak

"Oi bita."

"Astaga Siska."

"Eh. Astaga di gebrak baru mau respon!" Tatapan sinis ku mengarah kearah Siska yang menyengir tak berdosa karena ulahnya tadi. Siska menahan tawanya tadi saat melihat ekspresi terkejutku sungguh menyebalkan.

"Kenapa make gebrak begitu sih! Kalau aku jantungan gimana sis?" Kesal ku dengan memanyunkan bibir.

"Uluulu.... Maafkan sahabat mu ini sayang... Itu makan dulu makanan nya. Udah dingin tahu."

"Iya Siska iya. Tapi jangan gebrak meja lagi ya?" Jawab ku sambil meraih piring berisi kan ayam goreng kesukaanku

(Udah kayak Upin Ipin aja..wkwkwk)

Setelah selesai dengan makanku aku berjalan memasuki kamar tanpa memperdulikan dua wanita Yang sedang asik mengobrol,entah apa yang mereka berdua bahas.

Aku kini duduk di dekat jendela kamar mengamati cairan-cairan bening yang menetes bersamaan dengan air mata yang sudah dua Minggu ini masih menetes. Jujur aku sangat kecewa, sangat sakit, bukan cuman batin tapi fisik. Bahkan aku saja bagai menelan pil pahit secara mentah-mentah harus menerima kenyataan bahwa janin ku harus pergi karena keegoisan ayahnya.

"Memang kebahagiaan gak pernah berpihak padaku setelah mengenal kamu cel" gumam ku dengan menghapus jejak air mata yang sempat menetes.

"Aku akan melupakan semua tentang kamu mulai hari ini. Aku akan membuat kamu tahu bagaimana rasa kehilangan. Aku akan belajar tegar dan melupakan semua kejadian itu. Dan aku harap ini awal aku untuk pergi selamanya dari kamu" Batinku

"Bit. Aku sama Fany mau istirahat ya bentar. Kalau perlu apa-apa kamu bilang aja ke aku atau Fany kita gak kunci pintu kok" bita hanya mengangguk. Siska langsung menarik pintu kamar dan pergi dari sana.

Setelah kepergian Siska aku segera menuju tempat tidur dan menarik selimut untuk beristirahat. Aku harus belajar tegar dan kuat supaya bisa melupakan pria yang sudah menghancurkan masa mudaku.

End POV

Disisi lain Marcel layaknya pria gila yang menangis tak karuan semenjak bita pergi. Dia sudah menyewa orang untuk mencari tahu keberadaan wanitanya tapi hasilnya selalu nihil.

Dua Minggu baginya serasa seperti dua tahun. Bahkan Tristan, Teddy juga Vano sudah menyuruh suruhan mereka untuk mencari keberadaan Adik dan teman mereka tapi tetap tidak ada yang menemukan ketiga wanita yang sudah dua Minggu ini tak ada kabarnya.

Marcel POV

"Maaf tuan. Tapi nyonya Tabita tidak berada di rumah orang tuanya bahkan kerabatnya pun tidak mengetahui keberadaan nyonya tuan" jelas salah satu anak buah ku.

Aku frustasi bahkan sampai membanting semua barang-barang di atas meja kerjaku.

"Silahkan pergi" pria itu menunduk dan segera meninggalkan aku dan juga Vano Di ruangan yang sudah kacau balau ini.

"GUE LELAKI BRENGSEK GAK BERGUNA...GUE UDAH NYAKITIN WANITA YANG SEBENARNYA SAYANG DENGAN GUE. DIA MEMPUNYAI CINTA YANG TULUS TAPI APA...GUE BEGO...GUE LAKI-LAKI BEGO" teriakku histeris.

"Udah Marcel cukup. Loh gak bisa gini terus. Loh harus tetap berjuang buat cari dia. Kita-kita juga sedang berusaha nyari cel. Bahkan Siska aja gak gue temuin sampai sekarang. Fany juga ikut ilang cel" aku terkejut saat mendengar penjelasan Vano barusan. Dan berbalik menatap pria jangkung ini.

Apa dia bilang Fany dan Siska juga ikut menghilang?

Apa mereka berdua nyembunyiin bita juga? Tunggu... bukannya sehari setelah bita pergi itu, Siska yang membawa surat pengunduran diri bita?. Jadi....

"Sial...arghhh..." Teriak ku dan kini aku berinisiatif untuk mencari tahu sendiri keberadaan suami Fany yang hanya sekali aku temui. Jujur. Aku saja penasaran dengan pria culun itu. Apa dia ad sangkut pautnya dengan hilangnya ketiga wanita itu?"

End POV

...

1 bulan kemudian.

Hari demi hari, Minggu demi Minggu, dan kini genap sebulan bita menghilang dari jangkauan Marcel. Sejak saat itu juga Marcel tak henti-hentinya mencari keberadaan istrinya yang sudah tak pernah dia lihat sejak sebulan ini. Bahkan penampilan yang dulunya rapi kini acak-acakan seperti pria yang tak tahu lagi cara mengurus diri dan masa bodoh dengan penampilan.

Pekerjaan kantor pun semuanya dilimpahkan pada alvano. Dia sudah enggan untuk mengerjakan apapun jika tidak bertemu dengan wanita yang sudah membuat dirinya kini berubah.

"Marcel gue mau loh berubah lebih baik dulu sebelum loh mau ketemu bita. Gue udah tahu dimana dia!" Penjelasan alvano membuat marcel yang akan memasang pemantik rokok itu pun terkejut.

"Maksud loh?" Tanya Marcel memastikan.

"Dia ada di desa masa kecil loh. Sekarang loh harus tampil rapi dan lebih baik lagi kalau mau ketemu dia." Ujar Vano sambil membereskan botol minuman yang berserakan di kamarnya.

Kamar yang dulunya selalu rapi kini seperti kapal pecah saja tak ada bentuknya bahkan bau bekas alkohol yang diminum marcel pun sangat menyengat dikamar ini.

"Gue mau siap-siap dulu. Loh harus anterin gue sekarang juga ketemu dengan bita. Gue gak mau tahu" ujar Marcel yang kini baru saja tersenyum. Ya senyum yang sudah sebulan tak dia perlihatkan.

"Ok. Gue tunggu loh dibawah." Jawab Vano dan diangguki Marcel.

.