Dua hari kemudian
"Teddy kamu mau kemana dengan koper-koper itu?" Tanya mama Rani dengan memegang lengan Teddy.
"Bukan urusan anda nyonya. Bukannya anda tidak pernah perduli dengan kegiatan saya diluar?" Sinis Teddy.
"Nak mama ingin bicara serius dengan kamu juga Tristan. Mama mau minta maaf_"
"Maaf untuk hal yang sudah basi tidak ada gunanya nyonya." Sarkas Teddy dan menarik koper pergi dari sana.
"Nak..."
"Udah ma biarkan saja. Mungkin anak-anak itu akan menenangkan pikiran." Ucap papa Bima dari belakang.
"Tapi pa mama takut mereka pergi dari kita."
"Udahlah ma kita juga harus mengurus urusan Tabita. Papa sudah menemukan bita berada dimana. Papa juga sudah menyuruh orang untuk mengawasi anak itu" ujar papa Bima dan mendapatkan anggukan dari mama Rani.
...
Baru dua hari semenjak tiga wanita itu pergi menghilang entah kemana.
Membuat Marcel, alvano juga Tristan tidak saling berbicara. Malahan mereka sempat adu jotos.
"Tristan!" Panggil Vano dari arah belakang Tristan yang sedang melamun di balkon apartemen miliknya yang baru dia beli kemarin.
"Ngapain loh disini? Mau buat tanda lagi di muka loh? Belum puas loh belain brengsek itu?" Sinis Tristan dengan melangkah masuk kembali ke dalam.
"Gue mau bicara empat mata sama loh. Ini mengenai adik loh juga Marcel." Spontan langkah Tristan terhenti saat melangkah kearah kamarnya.
Masih dengan posisinya tanpa berbalik Tristan mengangkat bicara dengan nada dinginnya.
"Berhenti bahas soal pria bajingan itu Van. Gue udah muak dengan semua perlakuan dia dengan adik gue dan gue akan balas semua perlakuan dia ke adik gue. Dan loh. Jangan pernah menginjakkan kaki di apartemen gue lagi. Gue udah muak dengan orang-orang yang bersangkutan dengan Marcel." Ujar Tristan dingin dan melanjutkan langkahnya untuk ke kamar.
"Tapi tris_"
Brak
Tristan membanting pintu kamarnya dan Vano hanya bisa menarik nafas kasar karena melihat Tristan yang lagi-lagi menunjukkan sifat dinginnya itu. Daripada dirinya hanya mendapatkan Omelan dari Tristan akhirnya Vano pergi dari sana tanpa bisa memberikan informasi penting pada Tristan.
...
Ketiga wanita yang berbeda usia itu kini sedang sibuk di dapur salah satu Mension mewah. Ah lebih tepatnya kedua wanita yang berstatus sepupu tidak dengan wanita yang sekarang sudah berubah menjadi lebih dingin dan irit bicara. Bahkan kalau di sekolah mungkin bisa dibilang guru terdingin.
"Bita kemana sis?" Tanya Fany yang kini sedang memotong daun bawang.
"Oh itu lagi nangkring tuh di pinggiran kolam."
Siska yang sedang asik menggoyangkan pinggulnya itu karena suara lagu dari speaker di dapur hanya menjawab singkat karena dirinya yang sedang asik mengaduk sup di atas kompor.
"Oh...nah loh ngapain lagi dia disitu?"
"Biasalah"
"Hmmm aku jadi merasa bersalah deh sis Ama bita. Aku jadi kasihan juga saat tahu keputusan yang di ambil bita."
Gumam Fany yang masih bisa didengar Siska dengan menundukkan kepala karena ulah dia juga sampai hubungan bita dan Marcel berada di ujung tanduk.
"Yeelah si dodol. Udah tahu salah malah di lakuin. Dah tahu lu istri orang malah ngerusak rumah tangga orang. Untung loh sodara gue kalau kagak dah gue tebas pala loh" omel Siska dalam hati sambil melanjutkan acara aduk mengaduk nya.
"Yaudah lah fan. Nasi dah jadi bubur. Penyesalan emang selalu datang belakangan. Makanya fan kalau bisa loh juga harus bisa nenangin bita. Loh kan juga kagak tahu ya gimana hatinya saat udah maafin loh Waktu itu." Saran Siska dengan menaruh irisan daun bawang tadi kedalam wadah di atas kompor.
"Iya deh sis. Lagian aku juga udah sadar selama ini perlakuan burukku juga berdampak Ama rumah tangga ku. Yaudah aku temenin bita dulu ya! Lanjutin aja masaknya" ujar Fany.
"Yeelah gue ditinggal" gumam Siska yang melihat Fany berlari kecil kearah kolam yang tak jauh dari dapur.
"Nasib punya sepupu sengklek." Sarkas Siska dengan mematikan kompor gas dan menyiapkan sup tadi dalam wadah.
Fany kini berdiri disamping bita yang masih asik menatap lurus ke arah kolam iitu yang tak menyadari kehadiran Fany.
Fany dengan perlahan menepuk pelan lengan bita membuat sang empunya terjinjit kaget.
"Astaga fan ngagetin aja!" Ujar bita dengan Tangan bita mengusap dadanya karena kaget dengan kehadiran Fany secara tiba-tiba.
"Maaf bit. Abisnya kamu asik banget natap air kolam nya Ampe aku yang udah dari tadi berdiri disamping kamu aja kamu gak nyadar" jelas Fany dan ikut duduk bersila di samping bita.
"Oh udah dari tadi!" Singkat bita membuat Fany menahan nafas sejenak karena lagi-lagi mendapatkan jawaban singkat dari bita yang menurutnya berubah dratis.
"Em_bit! Aku boleh ngomong sesuatu gak?" Tanya Fany dengan hati-hati karena takut bita tak akan menggubrisnya.
"Hm."
"Sebenarnya_"
"Lanjutin jangan bertele-tele." Sarkas bita yang masih setia menatap air kolam dengan tatapan dingin.
"Sebenarnya aku mau jujur satu hal sama kamu!"
Bita menekuk alisnya karena penasaran dengan sesuatu hal yang akan di bicarakan Fany.
"Kenapa?" Tanya bita kini menatap kearah Fany. Tak lupa tatapan dingin yang berubah tajam.
Fany yang mendapatkan tatapan tajam itu hanya bisa diam sejenak karena dia lagi-lagi Takut akan dibenci bita. Parno? Tentu saja karena inilah Fany. Walaupun sudah mendapatkan maaf tapi tetap saja rasa takut dibenci akan cepat mendominasi hatinya.
"Akhirnya aku bisa menemukan kamu sayang.!"
Deg!.
Belum sempat Fany melanjutkan perkataannya seorang pria yang paling dihindari oleh Fany berdiri tepat dibelakang nya membuat bulu halus ditubuhnya meremang Karena mendengar suara bariton yang tak asing ditelinga nya.
Bita yang jengah dengan hawa dingin disana akhirnya berdiri dari tempatnya dan meninggalkan kedua manusia berbeda gender itu untuk berbicara karena pikirnya pun urusan Fany lebih penting daripada pembicaraan yang akan Fany ucapkan tadi.
"Ka_kamu".
"Lama tak berjumpa sayang!" Senyum devil pria itu membuat Fany harus merinding lagi dan berniat untuk pergi dari sana namun tangan kekar pria itu segera menarik nya dan menampar pipi mulus Fany hingga Fany terjatuh kedalam kolam.
Untung saja Fany pandai berenang dan segera berenang ke tepian dan mengatur nafas nya dan menatap benci kearah pria itu.
"Kamu gak pernah berubah SIALAN." Ujar Fany dengan menekankan kata "sialan" di dalamnya.
Pria itu hanya tertawa dan kembali manampar pipi Fany yang tadi membuat sudut bibir nya berdarah.
"Kamu pikir saya tak bisa menemukan kamu dengan mereka iya?" Satu Tangan pria itu menangkup pipi Fany membuat Fany meringis kesakitan.
"Apa mau kamu? Saya sudah bilang saya tidak akan pernah mencintai anda kalau anda masih menyimpan dendam dan belum bisa melupakan masa lalu anda tuan BAJINGAN. cuih"
ujar Fany dengan meludahi wajah pria itu membuat sang empunya tersulut emosi dan menceburkan kepala Fany kedalam kolam selama beberapa menit dan mengangkat nya kembali
"Jalang sialan kamu. Kamu kira saya tidak tahu kalau kamu adalah otak dari hancurnya adik saya? Iya? Kamu hanya berpura-pura baik di depan dia dan kamu bahkan sengaja berpura-pura menolongnya untuk bisa melanjutkan semua kebohongan mu itu jalang!" Teriak pria itu membuat Fany yang tak terima dengan tuduhan palsu pria itu spontan menampar nya membuat pria itu terjatuh kedalam kolam
Kesempatan itu digunakan Fany untuk pergi dari sana dan berlari kedalam Mension itu membuat Siska yang keluar dari kamarnya kaget melihat Fany yang basah kuyup Itu berlari keluar pintu utama Mension itu.
"Wanita sialan jangan lari lagi kamu!" Teriak pria itu membuat Siska melotot tak percaya dengan apa yang dia lihat dihadapannya.
"E_elo!"
.