Chereads / LOVE WITH YOUR GRUDGES / Chapter 6 - 6 kepalsuan

Chapter 6 - 6 kepalsuan

Sore ini Tabita dan bi retno disibukkan dengan memasak berbagai macam makanan untuk kedatangan kedua orang tua Tabita yang akan menginap dirumah Marcel untuk malam ini. Ada juga dua bodyguard Marcel yang membuat barbeque dan membakar beberapa ikan yang sempat dibeli bi Retno tadi dipasar ikan.

"Bi tolong siapin puding cokelat buat mama ya bi. Soalnya mama suka banget Ama puding."

"Iya nak. Kalau boleh bibi tanya. Nak bita mau tidur dimana kalau malam ini? Soalnya bibi takut kedua orang tua nak bita curiga." Tanya bi Retno yang sambil mengaduk masakan di depan nya.

"Aku sama tuan Marcel udah sepakat kalau setiap mama sama papa datang aku bakalan tidur di kamar tuan Marcel." Jawab bita yang kini duduk di depan meja mini bar dapur itu.

"Owalah syukurlah kalau begitu bibi jadi khawatir nak" bi Retno mengusap-usap dada dan menatap kearah bita dengan tersenyum.

"Bi aku gugup kalau harus sekamar Ama dia." Jawab bita yang menopang dagu dengan kedua tangannya.

"Ngapain kamu gugup tidur dengan suami kamu sendiri hm?" Tanya Marcel yang entah sejak kapan berada di belakang bita. Tabita yang kini kaget hampir terjatuh dari kursi yang lumayan tinggi itu tapi dengan sigap Marcel menangkap pinggang bita. Dan seperti dugaan mereka layaknya pasangan romantis yang sedang mengumbar kemesraan didepan bi Retno juga salah satu bodyguard yang baru masuk hampir menjatuhkan sebuah piring plastik di tangannya.

"Ma_maaf tuan saya hanya_"

"Ssstt mulai sekarang jangan panggil tuan lagi karena kedua orang tua kamu pasti akan curiga." Jawab Marcel dan duduk disamping bita sambil meraih segelas air putih di hadapannya.

Skip

Waktu sudah menunjukkan pukul 18:45 suara bel pintu berbunyi. Tabita yang baru selesai mandi segera bergegas lari menuju pintu ruang tamu untuk membuka nya. Betapa antusiasnya wanita itu saat melihat kedua orang tua yang begitu dia rindukan selama beberapa bulan ini.

"Mama papa aku kangen kalian" langsung saja Tabita berhamburan dipelukan kedua orang tuanya. Hingga pelukan nya harus dilepas Karena pria dingin itu datang bersama kedua orang tuanya, dan ketakutan bita membuat mama Rani merasa ada yang aneh dengan wajah anak cantik nya itu.

"Kak Tristan. Kakak mau nginep kan disini?" Tanya bita yang mulai terlihat santai berbicara untuk menghilangkan rasa was-was nya dari tadi.

"Gak. Ma pa aku cabut duluan ada urusan" jawab Tristan dan melesat pergi dengan mobilnya.

"Udah jangan sedih bit. Mama sama papa kan udah disini. Mama juga mau cerita banyak hal ke kamu sayang," mama Rani menggandeng lengan bita dan bita mengajak mereka masuk ke dalam rumah. Walaupun dia masih trauma dengan perlakuan Tristan bulan lalu yang membuat dia tidak pernah mau menginjakkan kakinya di rumah keluarga Wijaya. Dia tetap memaafkan kakaknya dan yang pasti dia menyayangi kakaknya itu juga Teddy.

Skip ruang tamu.

"Nak Marcel. Makasih ya selama ini menjaga putri saya dan juga menjadi suami yang baik terhadap istri kamu." Pernyataan itu membuat bita yang duduk disamping mamanya menatap kearah Marcel. Yang di tatappun hanya tersenyum manis tapi palsu tentunya.

"Iya pa. Sayang kamu kangen banget ya sama mama sampai suami kamu, kamu cuekin gini. Sini duduk disamping aku" jawab Marcel sambil menepuk sofa disampingnya untuk bita duduki. Tabita yang tahu akting pria itu juga melakukan hal yang sama, yang membuat Marcel seketika tercengang akan kata-kata Tabita.

"Sayang ish aku kan kangen sama mama. Kamu kan bisa nanti kalau udah berdua" jawab bita dengan nada yang dibuat manja. Marcel merasa risih dengan sikap Tabita tadi dan yang membuat marcel lebih merasa risih karena tatapan intens bita yang menurutnya menggoda di matanya.

"Ekhem. Anu itu_ Sayang kamu gak malu apa ada mama sama papa loh disini?" Tanya Marcel yang mencoba menetralkan sikapnya supaya tidak terpancing akan perlakuan bita tadi.

Bita hanya tersenyum dan kembali mengobrol dengan mamanya dan Marcel yang merasa diacuhkan harus menahan emosi yang bisa-bisa saja saat itu juga akan meledak. Tapi dia mencoba mengatur nafas dan mencoba tenang supaya tidak mengacaukan acara keluarga mereka saat ini.

"Gimana kalau kita makan dulu ma,pa? Oh ya sayang kamu harus ingat jangan lupa makan tepat waktu loh?" Perhatian kecil Marcel walaupun palsu mampu membuat Tabita terbang saat itu juga kalau dia tidak mengingat itu hanya kepalsuan. Ketiga orang itu menatap Marcel dan mengangguk mengiyakan.

Setelah mereka berada di meja makan Marcel menarik kursi untuk Tabita duduki, lagi. Perhatian pria ini sungguh membuat hati Tabita luluh saat itu juga. "Mau aku ambilkan makanan nya sayang?" Sungguh siapapun yang ada diposisi bita pasti akan terbang kalau Marcel selalu berperilaku manis seperti sekarang. Tapi tak menutup kemungkinan kalau semua hanya kebohongan belaka.

"Biar aku aja sayang, aku kan istri kamu, jadi jangan repot-repot ya" bita tersenyum manis dan langsung menyendokan nasi kepada Marcel dan mengambil beberapa lauk yang di tunjuk Marcel.

Serasa cukup bita menaruh makanan itu di depan Marcel. Semua gerakan bita tak luput dari pandangan Marcel. Itu juga tak luput dari pandangan seseorang dari balik jendela dekat ruangan makan mereka, ada rasa cemburu yang besar saat menyaksikan setiap keromantisan yang ditunjukkan Marcel terhadap wanita yang dia sukai sejak lama. Ya kalian pasti berpikiran yang sama bukan siapa pria itu. Yup itu Vano yang beberapa menit yang lalu datang untuk membawa berkas penting yang Marcel tinggalkan di atas meja kerjanya. Yang jelas marcel belum mengetahui kehadiran Vano disana karena sibuk bersandiwara didepan kedua orang tua Tabita.

"Kamu mungkin bisa bersandiwara cel, tapi kamu juga udah buat dia terluka Secara bersamaan dengan kebohongan kamu. Aku kecewa gak duluan menjadikan bita milikku. Aku tahu aku terlambat tapi semua sia-sia karena kamu ternyata hanya membuat wanita itu kecewa. Liat aja nanti cel apa yang akan aku lakukan kalau kamu buat dia lebih terluka." Vano yang sudah emosi itu segera pergi dari halaman samping dan bergegas menaiki mobilnya melesat pergi dari kediaman Marcel Hermawan.

Skip

Setelah beberapa saat mereka asik mengobrol dan bercanda ria di meja makan tadi. Saatnya mereka berkumpul di ruang keluarga yang kini telah berada Marcel yang duduk dekat dengan Tabita. Bahkan sangat dekat dan layaknya suami istri yang salin mencintai Marcel merangkul bahu bita membuat bita merasa canggung tapi dia dapat menetralkan degup jantung nya dan membiarkan tangan Marcel berada disana.

"Ma, pa aku senang kalian berada disini aku takut kalau kalian nanti sibuk dengan urusan kalian. Pasti kalian akan melupakan bita tapi ternyata tidak karena bita bisa liat mama sama papa disini." Ucap bita dengan senyum manisnya yang terlewat manis malahan.

Marcel yang melihat wanita disampingnya ini tersenyum seakan bahagia akan senyuman bita. Dia bahkan sesaat melupakan rencana balas dendam nya karena melihat senyuman bita yang mulai sekarang membuat dia candu.

Skip kamar

"Aku gak nyuruh kamu tidur di lantai bit. Kamu tidur di samping aku. Aku gak mau tau dan tanpa penolakan" bita yang tadinya mengatur posisi diatas karpet bulu harus terkejut sekaligus takut saat mendengar perkataan Marcel barusan.

Marcel yang merasa tak ada pergerakan dari bita kembali bersuara dan membuat bita segera berdiri dari sana. "kamu berharap saya akan gendong?" Sungguh keadaan sekarang sangat canggung.

"T_tidak pak, em tuan eh em maksud saya ma_marcel" gugupnya bita membuat Marcel terkekeh dan merasa bita sangat lucu dimatanya. Dia menahan nafas sejenak dan akhirnya memberi kode kepada bita untuk naik keatas ranjang di sampingnya.

Bita yang tadinya ragu akhirnya naik secara perlahan dan segera merebahkan tubuh mungilnya disamping Marcel yang entah sejak kapan sudah berbaring dan menopang kepalanya menghadap kearah bita. Posisi seperti itu sungguh membuat bita jantungan karena pikirannya terbang kesana-kemari akibat Marcel yang menatap lekat kearahnya. Bita terdiam dan Menghadap kearah langit-langit kamar. Marcel yang tahu istrinya gugup semakin menahan tawa karena melihat wajah polos bita yang kini terlihat mulai gelisah berada dikamar bahkan seranjang dengan Marcel.

"Kamu takut saya apa-apain ya?" Tanya Marcel yang membuat jantung bita berdetak tak karuan

"Sayang_" kata-kata yang dari tadi dia tahan untuk tidak memanggil bita lolos begitu saja membuat bita menoleh saat itu juga menatap manik mata Marcel secara terang-terangan. Marcel yang ditatap entah kenapa juga merasakan jantungnya seakan saat ini juga akan copot karena melihat mata indah juga senyuman bita yang tiba-tiba dia bisa lihat secara jelas. Situasi canggung tadi seakan sirna saat tangan Marcel dengan cepat meraih dagu bita dan tanpa di duga wanita itu di cium bahkan Marcel melumat bibir ranum yang dirasanya manis itu akan menjadi candunya. Persetan dengan balas dendam nya yang terpenting adalah bagaimana dia bisa berusaha membuka hatinya untuk wanita didepannya ini.

Bita hanya bisa terbawa suasana yang diciptakan Marcel saat ini. Dan sesuatu yang tak terduga terjadi. Sesuatu yang Minggu lalu membuat Tabita marah dan mendiami Marcel akhirnya terjadi. Malam ini, saat ini, dan detik ini juga bita telah menjadi istri sepenuhnya Marcel dan telah memberikan semua yang selama ini dia pikir tidak akan pernah Marcel sentuh. Dan ya malam ini akan menjadi malam panjang untuk dua insan yang sedang memadu kasih melepas semua kegelisahan yang sudah lama mereka berdua bangun akhirnya runtuh seketika untuk malam yang indah bagi kedua insan itu.

******

Matahari pagi menyeruak mencoba memasuki sela-sela jendela kamar tidur kedua insan yang semalam telah menjadi malam indah bagi mereka. Kelopak mata wanita bertubuh mungil itu bergerak menandakan dia akan bangun dari tidur nyenyak nya.

"Kamu udah bangun sayang?," Tanya Marcel yang berbisik di dekat telinga bita. Membuat Tabita merasa nafas Marcel di telinga nya sangat mengesankan baginya. Entah ada apa dengan dia yang jelas bisikan suaminya tak lagi semenakutkan waktu itu. Tubuh Tabita hanya terbalut dengan kemeja putih milik Marcel dan marcel hanya menggunakan boxer miliknya.

*Aish sungguh author greget sendiri menuliskannya.

Skip

"Kamu udah bangun duluan ternyata. Aku mau mandi mau nyiapin sarapan dulu buat kamu. Sshh aww sakit" bitapun mencoba bangun tapi dibawah sana sangat sakit sehingga membuat dia meringis kesakitan.

"Udah aku gendong kamu aja sayang. Jangan ngelawan biar aku yang mandiin" bita yang mendengar itu merona di gendongan pria bertubuh tinggi itu.  Jujur saja dia sangat malu dan masih canggung dengan semua ini. Apalagi ini adalah sesuatu yang baru baginya.

"Aku bisa sendiri. Kamu tunggu diluar aja" jawab bita gugup dan Marcel tak menghiraukan tawaran istrinya. Dia hanya diam dan masuk kedalam kamar mandi mewah miliknya.

Didalam kamar mandi Marcel menaruh tubuh bita di dalam bathtub yang kini sudah tersedia air hangat yang Tabita tidak tahu kalau Marcel yang sudah bangun lebih pagi untuk menyiapkannya.

"Kamu bangun duluan cel?" Tanya bita dengan sedikit bingung akan situasi.

"Iya sayang" jawab Marcel lagi dengan kata-kata yang sudah lama bita idamkan.

"Makasih ya cel. Aku gak tahu kamu sepengertian ini" ucap bita dan kini mereka berdua mandi bersama.

Skip

Setelah beberapa saat mereka bersiap-siap untuk pergi kekantor akhirnya kini mereka berada di meja makan bersama kedua orang tua bita yang sudah bangun duluan karena mama Rani yang terbiasa bangun sangat pagi.

"Morning ma, pa bi Retno" sapa bita yang menuruni tangga bersama Marcel yang merangkul pinggang bita begitu posesif. Entah kenapa Marc tiba-tiba saja berubah saat kehadiran kedua orang tua Tabita? Yang jelas dia telah berbuat baik kepada bita dan semalam adalah hal terindah bagi bita karena telah menjadi wanita paling bahagia karena Marcel memperlakukan nya sebagai istri sepenuhnya.

"Morning sayang, kamu tampak ceria ya hari ini, lebih fresh ngeliat nya!" Ucap mama Rani sambil menuangkan jus jeruk untuk papa Bima.

"Iya donk ma, aku kan harus ceria karena ada kalian" jawab bita yang kini duduk disamping Marcel yang kini tersenyum begitu manis saat dilihat oleh siapapun. Hati wanita cantik itu seakan menghangat saat melihat senyuman Marcel yang baru pertama kali bagi dirinya lihat.

"Sayang aku mau roti" rengek marcel membuat Tabita ingin mencubit pipinya kalau tidak ada kedua orang tua nya.

"Iya aku ambilin ya" jawab bita dan bergegas mengambil roti tawar dan segera melumuri nya dengan selai nanas kesukaan Marcel.

"Ini sayang" interaksi kedua insan itu menarik perhatian kedua orang tua Tabita yang juga ikut larut dalam keromantisan Marcel dan Tabita yang tak pernah luntur dari semalam mereka tiba. Papa Bima yang dari tadi melihat itupun tak berhenti tersenyum dan sangat bersyukur karena putri kecilnya yang dulu kini telah menikah dengan pria yang mencintai dirinya. Bi Retno yang dari tadi melihat kehadiran kedua pasutri itu pun merasa senang karena nyonya dirumah ini telah tersenyum bahagia karena suaminya.

"Kemesraan ini janganlah cepat berlalu....dududu" bi Retno asik bersenandung yang menarik perhatian keluarga yang sedang asik sarapan itu. Bita yang mengerti akan lagu yang bi Retno nyanyikan tadi spontan tersenyum kearah Marcel yang juga membalas dengan senyuman manis. Sungguh pagi hari yang indah bagi Tabita yang kini pucuk kepalanya di kecup pelan oleh marcel secara tiba-tiba didepan kedua orang tua Tabita.

-stop keuwuan ini cel bit.-author

-bodoamat Thor. -cel

-:/.-author

Skip

Setelah selesai acara sarapan tadi kedua orang tua Tabita berpamitan untuk berangkat ke Australia untuk perjalanan bisnis papa Bima. Papa Bima membawa turut serta dengan mama Rani karena mereka akan berada disana selama dua bulan untuk urusan yang penting.

"Ma, pa kenapa kalian baru bilang sekarang kalau mau berangkat. Kan aku kesepian lagi." Rengek bita yang memeluk mama Rani. Marcel yang memperhatikan itupun merasa kalau Tabita benar-benar begitu lucu di matanya.

"Sayang. Mama sama papa cuman dua bulan disana. Kamu kan bisa telpon kita atau gak kamu bisa juga tuh buat video call kita. Lagian kamu juga udah nikah sayang gak mungkin kamu kesepian. Suami kamu aja sayang banget sama kamu" sejenak bita diam kemudian mengangguk karena dia pikir bahwa kejadian semalam mungkin awal untuk dia dan Marcel memperbaiki semuanya.

"Mungkin aku harus paham akan situasi ini. Atau aku harus menerima kenyataan kalau semua perlakuan Marcel dari kemarin itu hanya kebohongan dan pasti akan berubah kalau mama sama papa akan kembali?"  Pertanyaan tak henti dari batin Tabita karena dia tahu kalau semua ini hanya sandiwara kalau kedua orangtuanya akan datang.

"Ya sudah sayang papa sama Mama mau berangkat sekarang ya nak? Mama sama papa harus cepat-cepat ke bandara Karena satu jam lagi pesawat akan check out" bita hanya mengangguk dan memeluk mereka bergantian.

"Pa kalau sudah sampai kabari Marcel ya. Ada hal penting yang akan Marcel beri tahu papa." Ucap Marcel yang berbisik kepada papa Bima. Setelah itu papa Bima hanya mengangguk dan menepuk pelan bahu Marcel. Mobil kedua orang tua Tabita melesat pergi meninggalkan kediaman pasutri muda itu yang berdiri di depan rumah sambil melambaikan tangan kearah mobil yang mulai menjauh.

"Kita juga harus kekantor bita, kalau kamu lupa." Kata-kata Marcel seketika berubah dan rangkulan tangan marcel di pinggang bita juga sudah dilepas.bita yang sadar kalau sikap Marcel berubah merasa kecewa akan perilaku Marcel tadi dan apa sekarang? Dia menaiki mobil nya dan berteriak ke arah Tabita dengan nada begitu dingin. "Kamu pergi sendiri ke kantor aku ada urusan" bita hanya diam terpaku ditempat saat mendengar kata-kata Marcel tadi. Semua kebahagiaan dan perkataan Marcel dari kemarin ternyata hanya semu dan kini dia kembali seperti semula. Begitu dingin.

"Ternyata tak berubah" gumam bita dengan nada bergetar menahan tangis.

***********

Tabita dan siska kini sedang berada di sebuah cafe depan kantor. Setiba bita di lobi tadi Siska menarik nya untuk ke cafe Karena dia harus berbicara hal penting kepada bita.

Dengan menyeruput secangkir kopi hangat Siska berbicara menghadap bita yang dari tadi hanya menatap ke arah jendela yang entah apa dilihat oleh wanita yang memakai kacamata dan terlihat begitu cantik itu.

"Kamu udah tahu sesuatu soal Tiffany ya bit?" Tanya Siska.

"Hm" hanya deheman oleh bita karena dia sedang fokus memperhatikan seseorang dari balik jendela itu.

"Kamu pasti akan lebih kaget setelah tahu siapa sebenarnya Tiffany dimasa lalu marcel." Ucap Siska yang menarik perhatian bita akan kata-kata nya menyangkut Marcel.

"Maksud kamu Tiffany adalah masa lalu Marcel?" Tanya bita yang sedikit mencondongkan tubuhnya kearah Siska di depannya yang terhalang meja.

"Ya begitulah bit. Maaf aku nyimpan semua rahasia ini dari kamu. Sebenarnya_"

Drrrrt drrrrt drrrrt

Getaran handphone Tabita mengalihkannya akan apa yang akan dikatakan Tabita.

"Marcel" gumam bita yang membaca nama di layar handphonenya itu. Dengan cepat dia mengangkat nya dan memberikan kode ke Siska untuk mengangkat telpon dari Marcel yang juga diangguki Siska.

"Ya hallo pak ada apa?"

"Kamu kemana ha? Saya nyuruh kamu buat ke kantor bukan keluyuran" bita hanya menatap kosong kearah mobil yang terparkir diseberang jalan cafe. Dia tidak habis pikir dengan Marcel, dia memarahinya karena alasan keluyuran padahal Marcel sendiri pergi dengan perempuan lain yang entah kenapa menutupi mukanya dengan masker.

"Saya hanya ada urusan sebentar pak jadi saya akan segera kekantor sekarang." Jawab bita dan menutup sepihak telpon tadi dengan menahan marah karena Marcel seakan mempermainkan dirinya. Semalam dia telah memberikan semua yang dia punya tapi apa sekarang dia seakan menganggap semua tidak terjadi dan kini pergi dengan perempuan lain.

"Marcel brengsek. Sebaiknya aku harus lebih hati-hati lagi" bita kembali masuk ke dalam cafe yang tadi dan menemui Siska untuk melanjutkan obrolan mereka tadi.

"Pak Marcel?" Tanya Siska dengan mengangkat satu alisnya. Anggukan yang bita beri sebagai tanda jawabannya. Tapi Siska heran dengan raut wajah bita yang kini berubah lesu dan merasa mata nya ada emosi yang dipendam.

"Bit kamu bisa jujur ke aku kalau kamu punya masalah.jangan disimpan sendiri bit, nanti sakit." Jawab Siska lagi sambil memegangi tangan bita diatas meja.

"Gak ada, cmn gak enak badan aja." Bohong bita dan segera beranjak pergi dari sana meninggalkan Siska yang bingung dengan situasi saat ini.

Di kantor setelah sampai di depan ruangan Marcel bita bertemu dengan Vano dan juga Tristan yang hanya menatap benci bahkan membuang muka ke samping supaya tidak menatap wajah adiknya sendiri. Dasar es banget gak sih? :/

"Eh bit. Kamu baru datang ya? Ini aku mau anterin kakak kamu buat ketemu sama mar_"

"Pak Marcel lagi dinas luar hari ini." Jawab bita karena dia juga Malas bertemu lagi dengan kakaknya yang dingin itu. Cukup Marcel yang membuat dia kesal hari ini jangan ada lagi manusia es lainnya seperti kakaknya ini.

"Owh gitu ya. Yaudah aku tinggal dulu ya Tris. Kamu ngobrol aja sama bita aku harus selesaiin kerjaan." Jawab Vano yang tahu kecanggungan antara kedua saudara yang kini saling menatap benci kecuali bita yang tak tahu harus menyapa atau bagaimana karena dia juga sudah was-was dengan kehadiran Tristan dari tadi.

"Vano tunggu. Saya mau pergi dari sini." Jawab Marcel dan menyusul Vano yang kini berbalik menatap kearah Tristan yang dengan tiba-tiba berlari menjauh dari bita dan sempat menyambar bahu bita dengan kasar.

Bita hanya diam dengan satu tetes cairan bening yang lolos begitu saja karena harus melihat perlakuan kakaknya padanya sangat jauh berbeda. Entah salahnya dimana sampai-sampai Tristan tak pernah mau menganggap dirinya.

"Aku harus gimana ya Tuhan." Di ruangan ini hanya dirinya sendiri yang sekarang harus menangis sendiri dan dengan kedua tangannya menutupi wajahnya yang basah dengan tangisan.

Vano POV

Entah kenapa dengan kedua kakak beradik yang tadi aku temui secara bersamaan. Mereka sangat berbeda dengan kakak beradik lainnya yang harmonis tapi kenapa juga Tristan harus berbeda dengan kakak laki-laki pada umumnya? Kenapa juga dia menyambar bahu bita kasar seperti tadi? Salah dia dimana?.

Semua pertanyaan itu seakan tak pernah habis di benak ku dari tadi.

"Oi Van. Ngapain lu ngelamun di depan komputer. Tuh laporan bisa ngetik sendiri apa? Ish van-van." Suara Siska membuat ku terlonjat kaget karena dari tadi aku hanya melamun dan lupa kalau sedang bekerja.

"Ah iya. Maaf aku selesaikan dulu." Dengan cepat aku melanjutkan tugasku mengingat sebentar lagi akan memasuki jam makan siang. Sebaiknya aku mengajak bita juga buat makan bersama. Aku tahu dia pasti sibuk dengan tugas barunya.

End pov

******

"Bita kamu kenapa diam seperti itu? Makan dulu biar semangat kerjanya" Tanya Vano yang dari tadi memperhatikan setiap gerak-gerik Tabita yang hanya mengaduk-aduk sup di depannya tanpa niat mengisi perutnya yang kini sudah lapar. Entah kenapa selera makannya menurun semenjak kejadian pagi tadi dan harus bertemu juga dengan orang yang sebenarnya dia rindukan.

"Aku mau balik kerja dulu ya. Gak selera." Hanya jawaban itu yang keluar dan bita segera beranjak dari kursinya kembali ke ruangan. Vano yang bingung pun hanya bisa geleng-geleng kepala karena melihat makanan bita yang tak mau dimakan. Siska yang baru saja tiba harus menarik nafas karena melihat bita yang kini pergi tanpa mengisi perut nya.

"Kabur tanpa makan lagi deh tuh anak. Hadeh... Mendingan gue habisin aja ya." Dengan cepat Siska duduk didepan Vano dan menyantap makanan milik bita.

"Yeelah. Ngapain lu dimari?" Tanya Vano dan melanjutkan makannya. Siska hanya mengangkat kedua bahunya. Dia masa bodoh dengan pertanyaan Vano dan melanjutkan makannya.

Skip

Tristan baru saja tiba di depan pintu ruangannya saat dia membuka pintu ruang kerjanya dia kaget karena mendapati pintu yang tidak terkunci. padahal kunci ruangan ada padanya.

Saat dia masuk keruangan nya dia terkejut akan kehadiran dua orang yang dulu pernah hadir dihidupnya.

"Tiffany, Marcel?" Ya mereka berdua mendatangi Tristan untuk sekedar membicarakan sesuatu.

"Bagaimana kabar kamu Tris? Aku gak nyangka kamu sesukses sekarang. Walaupun lebih sukses Marcel." Ucapan Tiffany yang seakan menyindir Tristan membuat Tristan mengepalkan tangannya kuat untuk menahan emosi supaya tidak terpancing dengan perkataan wanita ular seperti Fany.

"Saya tidak bisa menerima kehadiran kalian disini. Sebaiknya kalian berdua pergi sebelum saya memanggil security untuk mengusir kalian." Tak mau merasa terhina Marcel dan Tiffany saling bertatapan dan Tiffany maju selangkah kearah Tristan dan menampar pria di depannya.

Plak.

Perih juga rasa sakit diperutnya yang dia rasa secara bersamaan membuat Tristan bingung dengan kehadiran kedua manusia yang dia hindari sejak beberapa tahun ini.

"Kalian mau apa ha?"

"Aku mau kamu jangan pernah datang menemui Tiffany lagi. Kamu pikir saya tidak tahu kalau kamu yang telah bekerja sama dengan ibu Tiffany untuk menjual dirinya?" Semua ucapan marcel membuat Tristan bingung juga merasa janggal dengan semua penuturan pria itu.

"Aku gak ngerti brengsek. Sedangkan dia menghilang begitu saja aku gak tahu" jawab Tristan Sambil menahan perutnya yang tadi mendapatkan Bogeman mentah dari Marcel.

Tiffany yang melihat marcel membela dirinya langsung tersenyum licik menghadap Tristan. Tristan yang paham akan situasi pun menatap benci terhadap Tiffany yang kini telah bermain sandiwara terhadap Marcel untuk menjadikan dirinya kambing hitam dari semua sandiwara yang dimainkan wanita ular dihadapannya.

"Sudah waktunya kamu mengakui itu semua tristan." Jawab marcel yang kini duduk dikursi kebesaran Tristan. Tristan hanya tertawa gambar karena merasa telah terperangkap oleh permainan sialan Tiffany.

Dari dulu sampai sekarang Tiffany tidak pernah berubah. Selalu saja mencari-cari kesalahan seseorang supaya bisa mendapatkan hati Marcel yang merupakan pengusaha dan juga sebagai pria terkenal dikalangan mereka. Keluarga tristanpun sampai segan dengan pria muda itu. Bagaimana tidak semua wanita yang mengenal dirinya pasti tergila-gila dengan Marcel, contohnya adalah Fany yang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan marcel.