Hari sudah mulai gelap namun wanita muda itu sedang bergelud dengan berkas-berkas yang ada di depannya. Dengan kacamata diatas hidung mancungnya tak mengurangi kadar kecantikan wanita itu walau sibuk dengan pekerjaannya dari pagi hingga saat ini.
"Bita, aku duluan ya pulangnya mau ketemu teman lama soalnya." Kata Siska yang sudah membereskan barang-barang nya.
"Maaf ya sis, aku gak bisa nganterin Ampe depan, tuh dokumen banyak banget" sesal bita.
Siska hanya mengangguk dan segera pergi menghilang dari pintu ruangan mereka. Dia berdiri di depan mejanya yang penuh dengan dokumen-dokumen yang bos esnya itu berikan sebagai hukuman katanya, sedangkan dia tidak tahu salahnya dimana. Akhir-akhir ini dia merasa aneh dengan sikap bosnya. Semakin dia berpikir semakin membuat kepala nya makin pecah kalau begini.
"Semangat bit, kamu bisa" gumamnya dengan tangan mengelus dada karena sedikit sesak yang dia rasa.
"Cepetan selesain kerjaan kamu kalo gak mau saya tendang dari kantor ini" suara bariton itu membuat Tabita terperanjat dan tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya dan melihat kearah suara itu.
"Pak Marcel" Gumam bita yang menutupi kagetnya dengan berdehem, setelah melihat pria itu didepan pintu.
"Ngapain bengong, selesaikan sekarang" bentak Marcel yang membuat Tabita mengangguk juga segera kembali dan melanjutkan pekerjaannya.
Setelah kepergian Marcel entah kenapa Tabita masih bingung dengan sikap bosnya itu yang akhir-akhir ini seperti menunjukkan sikap tak suka terhadap dirinya dan hanya dengan dia. Mungkin dia pernah membuat sebuah kesalahan! Tapi setelah dipikir-pikir dia tidak pernah membuat pelanggaran dengan pekerjaannya. Kenapa pak Marcel selalu saja bersikap seakan dia adalah orang yang salah?, Sebaiknya dia segera menyelesaikan pekerjaan nya dan pulang kerumah karena takut kakak nya akan memarahinya atau bahkan akan kasar seperti pagi tadi.
Jam sudah menunjukan 00:00 sudah sangat larut dan wanita muda itu tertidur diatas dokumen yang sedang dia kerjakan tadi.
Marcel yang melewati ruangan wanita itu bingung karena tidak ada suara dari dalam sana hingga kakinya membawa dia keruangan itu dan membuat dia kaget karena mendapati wanita itu tertidur.
"TABITA MISELIA WIJAYA, SOPAN KAH KAMU TIDUR SAAT PEKERJAAN BELUM SELESAI?" teriakan Marcel membuat Tabita bangun dan segera kembali menghadap dokumen walau kepalanya berat tapi dia paksa untuk bekerja.
"Pak, salah saya apa sih? Kenapa bapak malah membuat saya lembur padahal bisa saya selesaikan esok kalau bapak mau?" Pernyataan bita membuat Marcel geram, dia membutuhkan dokumen itu besok pagi tapi wanita ini malah membantahnya.
"Dokumen ini saya butuh besok pagi saya tidak mau tahu kamu selesaikan sekarang, saya tidak perduli kamu tidur atau tidak" jawab Marcel sinis dan pergi begitu saja. Malahan saat kepergian Marcel pun masih terasa dingin disini.
"Tapi pak_" tak ada jawaban dari Marcel dan Tabita kesal dibuatnya hingga dia merasakan kepalanya pusing namun dia biarkan karena dia tahu mungkin hanya kurang tidur saja.
"Sudahlah tinggal dua dokumen lagi baru aku bisa pulang, mudah-mudahan kak Tristan gak nyariin aku deh"
TRISTAN POV
sudah dari jam delapan malam aku pulang tapi tidak mendapatkan anak sialan itu di dalam kamarnya. Sejak dari pagi dia membuat ulah saja, makin membuatku sakit kepala memikirkan tingkah kekanak-kanakan wanita itu, tadi pagi bangun terlambat dan aku hampir terlambat gara-gara dia, sekarang apa?, dia belum pulang sudah jam dua belas lewat sebelas menit tapi tidak ada kabar.
"Sebaiknya aku telfon temannya, tapi_"
Drrrt drrrt drrrt
Benda pipi itu bergetar dan segera aku lihat tidak ada nama tapi nomor pribadi, sebaiknya aku mengangkatnya untuk memastikan, hingga suara disana membuatku terpaku ditempat ku pijak.
"Kamu"
Cukup lama aku mendengar panggilan dari sana yang memanggil namaku hingga Suara ketukan dari balik pintu kamarku menarik kembali ku dari diam karena suara seseorang itu.
"Kak, kak Tristan di dalem?" Darah ku kembali mendidih saat mendengar suara wanita yang kutunggu dari tadi memanggilku.
End POV
Setelah kejadian semalam Tabita sudah berangkat ke kantor pagi-pagi buta karena tidak mau menemui pria yang sudah membuat dia tak tidur semalam gara-gara di siksa habis-habisan oleh Tristan dengan ban pinggang yang dimiliki pria itu dan juga rotan yang entah sejak kapan pria itu punya, sungguh kakak egois dan kejam.
Entahlah kenapa dia harus dipukul habis-habisan oleh Tristan padahal dia sudah menjelaskan nya namun tidak didengar malahan pukulan itu semakin keras hingga kulitnya terasa panas dan perih bersamaan. Hingga lebam di sekujur tubuhnya harus dia tutup dengan kemeja lengan panjang hitam untuk berangkat kerja.
"Kakak memang gak pernah sayang sama aku, sebaiknya untuk beberapa saat aku harus nginep di rumah Siska dulu sampai keadaanku membaik" dan disinilah dia di dalam ruangan dengan menyesap teh yang dia buat di pantry tadi, keadaan kantor sangat sepi karena dia datang sangat pagi hingga karyawan yang lain belum ada yang datang.
Rajin bukan!
"Loh bit, tumben pagi-pagi udah Dateng, dari jam berapa datangnya?" Tanya Siska yang kaget karena bita sudah menyelesaikan beberapa dokumen yang Siska lihat semalam banyak.
Bukan Tabita jika tidak bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, dia merupakan siswa berprestasi semasa sekolah dan banyak mengikuti olimpiade.
"Aku cuman lagi mau aja," ucap bita dan kembali menatap kembali kearah layar komputer. Entah kenapa jawaban Tabita membuat Siska merasa janggal karena dia tidak pernah melihat wanita cantik dihadapan nya itu datang sangat pagi. Dia merasa ada yang tidak beres namun Siska berusaha menepis jauh-jauh pemikiran nya dan duduk di meja kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Tak seperti biasa Tabita yang cerewet atau bercanda seakan hilang bagai embun. Siska makin khawatir dengan keadaan Tabita yang menurutnya berbeda akhir-akhir ini karena melihat wajah wanita itu pucat, padahal dia memakai lipstik tapi entahlah dan juga dia heran hari yang panas begini kenapa bita memakai kemeja lengan panjang dan sedikit gelap ya?, Kecurigaan nya makin menjadi saat dia merasa canggung saat tadi dirinya mengajak Tabita bercanda tapi tidak dia hiraukan.
"Apa karena pak marcel nyuruh dia lembur Ampe sifat kulkasnya keluar kayak kakaknya?, Apa pak Marcel nyuci otak bita ya? Supaya dia rajin begini?, Apa yang pak Marcel lakukan hingga sahabat ku yang ceria itu hilang? Aduh mampus nih kalo dia jadi kulkas, bisa nambah nih koleksi temen kulkas gue...berabe " Daripada dia bertanya-tanya sendiri sebaiknya dia bertanya, saat dia berdiri untuk ke meja bita, dia malah kesal sendiri gara-gara bita yang pergi duluan keluar entah kemana. Akhirnya dia urung kembali niatnya untuk bertanya.
Tabita POV
Kak Tristan kenapa jadi sangat kasar bahkan bukan sekedar kasar menurutku kak Tristan sudah seperti iblis yang tak punya hati yang tega berlaku begitu menyakitkan.
"Apa salah bita kak?, Apa yang buat kakak sampe lakuin hal sekejam itu?"Teriakku lagi yang hanya sahutan angin yang aku rasa begitu dingin. Disinilah aku di atap gedung kantor ini yang sudah menjadi tempat ternyaman ku untuk beberapa Minggu ini. Entahlah kenapa, yang jelas disini terasa nyaman dan aman. Bahkan hanya aku yang sering kesini.
"Sekarang aku sadar betapa aku tidak pernah dianggap ada oleh kakak" gumamku namun mampu membuat air mata yang kutahan kembali jatuh.
Semakin aku berpikir dengan sikap kak Tristan semakin hatiku teriris. Tapi aku sedikit lega karena sekarang aku sudah meluapkan sesak yang dari pagi aku tahan.
"Aku harus balik kerja sebelum aku dihukum lagi karena tak becus kerja" aku menghapus air mataku tadi dengan tangan kananku dan segera berlari menuruni tangga.
End POV
Jam sudah menunjukkan pukul 16:30 tapi Tabita tak juga ingin berdiri dari duduknya, Siska yang sudah mati-matian menahan ingin tahunya pun akhirnya berdiri menuju meja bita dan dengan cepat bertanya dengan wanita yang asik menatap layar komputer dihadapannya.
"Bita, bit." Panggil Siska yang hanya dapat deheman dari bita,
"Kamu kok kayak beda ya?", Tanya Siska sedikit tak enak karena dia takut bita mungkin akan marah.
"Cuman kurang tidur aja kok, oh ya sis, boleh gak aku tidur di rumah kamu? Soalnya aku takut sendirian di rumah, keluarga ku belum juga balik, kakak aku juga_". Ucapannya terhenti karena dia berusaha tidak meneteskan air mata dan tersenyum menatap Siska yang menunggu kata-kata selanjutnya.
"Kakak kamu kenapa?" Tanya Siska yang geram karena bita tiba-tiba bungkam.
"Eh, itu loh sis, kakak aku juga sibuk aku takut dirumah sendirian" jawab bita bohong karena tidak mungkin dia memberi tahu masalah pribadinya.
"Ohhhh jadi dari tadi kamu diam gak jelas, gara-gara galau gak diajak ortu kamu liburan?" Tanya Siska dengan alis terangkat satu. "Dasar wanita konyol, dari pagi gue kira dia kenapa ternyata galau eh buset bita-bita" batin Siska.
Angguk bita sebagai jawaban dan tak lupa senyum manis menurut Siska walaupun itu senyum palsu pastinya.
"Ok deh kalau begitu yuk pulang bareng, dah lama juga aku gak ngajak temen main kerumah, lagian mama Ama papa aku juga kayaknya ada di rumah" jawab siska girang dan menggandeng tangan bita menuju lobi untuk memesan grab.
Saat asik mengobrol dengan Siska tiba-tiba Marcel keluar dari dalam kantor bersama sekretaris nya alvano. Banyak yang menghormati kedua pria itu saat mereka keluar menuju lobi tapi tatapan Marcel jatuh pada Tabita yang tertawa lepas bersama temannya. Marcel yang menyaksikan itu merasa ada desiran aneh dengan dirinya saat melihat wanita itu yang asik bercanda dan seketika dia terpesona saat wanita cantik itu mencepol satu rambutnya hingga menunjukkan leher mulus miliknya.
Alvano juga merasakan hal yang sama saat menyaksikan wanita yang dari dulu dia sukai begitu cantik hari ini.
"Ekhem," deheman itu membuat kedua wanita itu seketika diam dan menundukkan kepala.
"So_sore pak" jawab Siska dan Tabita gugup.
"Kalian berdua nunggu jemputan apa gimana sis?" Tanya Vano untuk menghilangkan rasa canggung saat Marcel menatap kedua wanita itu.
"Iya pak, kita lagi nungguin grab" jawab Siska yang sudah mulai merasa risih akan kehadiran dua pria tampan dihadapan nya.
"Tabita kamu ikut saya tanpa penolakan. Dan kamu Vano antar Siska sampai rumahnya" perintah yang dilontarkan Marcel membuat tiga orang itu saling melempar tatapan tak percaya akan kalimat yang dibilang Marcel.
Tabita yang gelagapan pun tak bisa berkata-kata untuk membantah, padahal dirinya sangat ingin menginap dirumah sahabat nya.
"Dasar bos sialan, dah tahu orang mau nginep. Malah nyuruh ikutin dia, sebaiknya aku mencari alasan supaya bisa lari dari bos jadi-jadian ini" batin bita.
Siska menatap bita meminta jawaban hingga Tabita mempunyai ide untuk membohongi Marcel juga Vano.
"Maaf pak saya udah janji mau ketemu pacar saya Ama Siska juga kita ada double date pak" kata bita dan membuat marcel tersedak ludahnya sendiri. Dalam keadaan seperti itupun Siska juga ikut berbohong untuk bisa kabur dari kedua pria ini.
"Iya pak, kan kami juga punya urusan pribadi jadi saya Ama bita mau luangin waktu untuk pacar kami pak, maaf ya pak Marcel pak vano?" Jawaban dari Siska dan Tabita membuat kedua pria itu diam dan mengangguk. terpaksa membiarkan mereka pergi. Toh benar juga kalau mereka punya urusan pribadi.
"Sebaiknya lain waktu saja saya akan memulai permainan nya" Batin Marcel.
"Permisi pak Marcel pak vano saya dengan Siska mau pamit dulu"
Setelah beberapa menit akhirnya mereka menghilang dari pandangan marcel dengan grab yang tadi di pesan Siska.
Skip
"Mama apa-apan ha? Aku gak mau tahu mama harus balik sekarang juga ke Jakarta kalau mama gak mau nyesel!" Dengan cepat wanita muda itu membanting handphone yang tadi dia remas begitu kuat menahan emosi.
"Sudah tahu kalau gue gak suka di bantah masih lakuin hal gila semacam ini, orang tua macam apa yang tega buat anaknya begini?" Dia harus menerima kenyataan bahwa semua hal buruk yang dia alami ternyata perbuatan ibunya sendiri yang tega menjual dirinya kepada pria brengsek yang telah merenggut masa mudanya bahkan kekasihnya yang begitu mencintainya juga sahabatnya mengira bahwa dia telah meninggal sejak saat dia dan kekasihnya akan bertunangan.
Keadaan kamar yang semula tertata rapi dan bersih sekarang layaknya kapal pecah karena diporakporandakan oleh wanita bertubuh tinggi itu, bahkan kulit putih mulus nya itu harus banyak luka lebam bahkan ada yang berdarah karena ulah pria yang sama sekali tidak dia cintai. Walaupun mereka sudah menikah tapi dia tidak pernah mencintai pria itu. Kehormatan yang dia jaga pun hilang karena ulah pria tak tahu malu itu merenggut nya.
"Jangan menangis manis, aku sudah bilang jadilah istri penurut bagi suami mu ini sayang" dengan menjambak rambutnya. kata-kata yang keluar dari mulut pria itu selalu dianggap jijik oleh wanita yang sudah acak-acakan sekarang. Dia sampai meludahi pria yang notabene suaminya itu hingga amarah pria itu memuncak.
"Jangan main-main lagi sayang, kalau tidak mau menjadi makan malamku kali ini." Bulu kuduk nya sampai berdiri saat mendengar penuturan pria yang masih setia menjambaknya. Dia hanya bisa pasrah saat pria itu lagi-lagi harus membuat dirinya seakan-akan kotor malam ini. Dia tidak dapat melawan. Karena dia tahu pasti semua akan percuma.
"Tifany sayang mas sudah bilang ke kamu, jangan buat mas kecewa malam ini, mas mau menikmati setiap hal yang ada dalam dirimu, mas suami kamu" ya dia adalah tifany yang Marcel sangat sayangi. Tangan pria itu yang tak pernah absen menyentuh setiap lekuk tubuhnya membuat dia tak henti-hentinya mengeluarkan air mata.
Sungguh malam menyakitkan bagi nya.
Skip
Sudah satu bulan Tabita menginap dirumah sahabat nya tanpa sepengetahuan Tristan, sudah selama itu juga orang tua mereka tak kunjung pulang tapi sering menelfon Tabita, orang tua Tabita juga menyetujui kalau Tabita menginap di rumah sahabatnya. Tabita tidak berani memberi tahukan mengapa dia menginap di rumah sahabatnya selama itu, karena dia sudah diancam oleh kakaknya. Dia hanya bisa beralasan kalau rumah sahabatnya dekat dengan tempat dia bekerja supaya dia tidak terlambat, orangtua nya hanya percaya tak mau mencari tahu yang sebenarnya.
"Bita makan yuk dah jam makan siang nih" rengek Siska yang menunjukkan puppy eyes nya.
Mau tak mau dia harus menuruti permintaan sahabatnya walaupun dia juga lapar sih.
Akhirnya mereka berada di rumah makan dekat dengan kantor yang baru dibuka oleh seorang ibu yang katanya janda anak satu. Entahlah dia dan Siska hanya mendengar dari omongan orang kantor, juga tak mau mencari tahu yang terpenting mereka harus mengisi perut dulu.
"Eh sis tadi aku ketemu Ama sudara kamu loh yang waktu itu datang Ama suaminya. Tapi kok dia kayak takut gitu Ama suaminya? "
"Oh itu, dia juga dah tiba-tiba nikah bit, orang tua aku juga gak tahu dia nikah, mendadak soalnya. Awalnya aku kira dia nikah diam-diam kayak gitu gara-gara hamil duluan tapi ternyata gak. katanya sih dia belum mau punya momongan. Soal dia takut Ama suaminya gara-gara dia juga disiksa Ama suaminya tapi dia gak cerita Ama mamanya." jelas Siska yang hanya di angguki oleh bita
Dengan berbisik Siska menambahkan lagi kalimat yang sukses membuat dia kaget sekaligus prihatin.
"Sebenarnya dia dijual oleh mamanya ke pria itu dan uang yang dikasih ke mamanya itu dipake buat foya-foya Ama sekarang mamanya kabur ke luar negeri" bita hanya bisa bergidik ngeri mendengar ucapan Siska yang menurutnya miris, mama yang tega menurut nya.
"Gak usah dilanjutin ya sis, gue takut dengerin nya" Siska hanya mengangguk dan tak lama makanan mereka berdua pun datang dan mereka makan dengan lahap.
Marcel POV
"Kemana lagi wanita itu pergi, sudah tahu jam makan siang sudah habis dari tiga puluh menit yang lalu dan sekarang mereka berdua entah pergi kemana, terlebih wanita sialan itu" sebaiknya aku duduk di sini untuk menunggu nya, entah kenapa setiap aku tidak melihat dia semakin rasa penasaran ku memuncak.
Akhirnya suara wanita itu terdengar dan bisa ku lihat dia kaget bukan main saat melihat ku duduk di meja kerjanya. Dapat ku lihat dia gugup untuk melontarkan sepatah kata.
"Ngapain gugup, kamu ikut saya makan siang" Sekarang mungkin sudah waktunya aku untuk memulai permainan yang telah aku bicarakan dengan keluarga nya.
Pasti dari kalian banyak yang bertanya siapa keluarga yang telah aku Tawan waktu itu. Ya mereka orangtua wanita yang saat ini bersamaku.
Genggamanku saat ini menarik perhatian seluruh karyawan kantor, entah wanita yang ku genggam ini malu atau risih aku tak perduli yang penting saat ini permainan ku sedang dijalankan.
"Sebaiknya bapak lepasin tangan bapak, saya malu dilihatin banyak orang pak" dikira aku akan melepaskan genggamannya.
Tidak
Aku harus memainkan peranku saat ini.
Sudah saatnya dendam yang lama aku simpan harus ku penuhi untuk bisa membuat wanita ini mengetahui sifat busuk dari keluarga nya yang sesungguhnya.
"Pak,"
"Pak"
Aku tak menjawab malahan aku menariknya dan menggendongnya ala bridal style. Masa bodoh dengan tatapan karyawan yang saat ini memperhatikan kita.
"Silahkan masuk tuan," dengan sigap tubuh mungil wanita itu ku taruh dikursi belakang tak lupa tangan dan kakinya ku ikat. Setelah itu aku duduk di kursi kemudi dan melajukan mobil membela jalanan kota Jakarta yang panas disiang yang terik.
"Pak kok tega ngiket saya pak? Salah saya apa pak? Saya udah ngikutin perintah bapak buat Nebus kesalahan yang bapak bilang!" Tak ada sahutan untuk wanita itu. Aku semakin menambah kecepatan tinggi untuk sampai di salah satu Mension mewah yang baru ku beli beberapa bulan lalu.
Disinilah kita berdua dengan sambutan para pria berbadan kekar yang memakai seragam serba hitam.
"Selamat siang tuan dan nyonya, kalian sudah ditunggu diruangan yang kami sediakan untuk pernikahan kalian"
Aku hanya diam dan melangkahkan kaki menuju kamar untuk berganti pakaian.
Wanita itu jangan ditanya dia sedang berada dikamar sebelah kamar ku, dia sedang dihias untuk mendampingi ku. Jelas hal gila yang kulakukan untuk bisa mendapatkan balas dendam yang selama ini ku tunggu untuk keluarga Wijaya.
End POV
"BAPAK GILA YA? SAYA TIDAK MENCINTAI BAPAK TAPI KENAPA HARUS ADA PERNIKAHAN BODOH INI?" teriak Tabita dengan dada naik turun. Meja yang tertata rapi dengan mawar putih itu harus hancur saat Marcel membantingnya begitu keras membuat wanita itu diam bungkam bahkan kakinya yang terkena serpihan pecahan vas bunga itu mengeluarkan cairan merah yang tanpa disadari Marcel. Tabita tidak menyadarinya karena dia sudah terlanjur emosi akan apa yang di lakukan pria brengsek dihadapan nya.
"Asal kamu tahu bahwa kamu sudah menjadi jaminan dari hutang keluarga kamu," jawab marcel enteng sambil menarik dagu wanita itu yang membuat bita terpaku tak percaya dengan omongan pria bertubuh tinggi itu.
"Sebaiknya kamu menjadi anak berbakti sebelum saya akan menjebloskan orang tua kamu ke penjara" Marcel menepuk bahu bita sebentar dan berjalan meninggalkan wanita itu yang sudah meneteskan cairan bening.
Skip
Pemberkatan nikah kedua insan yang sedang berpura-pura bahagia itu telah usai dan kini telah dilanjutkan dengan acara resepsi pernikahan mereka yang megah. Entah dari kapan marcel menyediakan semua itu entahlah tapi semua tertata dengan rapi.
"Bita maafin mama ya nak, mama terpaksa menikah kan kamu dengan nak Marcel karena papa punya hutang yang cukup besar yang tidak dapat kami lunasi nak" pelukan hangat seorang ibu yang merindukan anak perempuan nya satu-satunya ini membuat Tabita merasa janggal namun dia hiraukan dengan menumpahkan semua rasa kecewanya dengan kedua orang tua nya juga kakak-kakak nya. Disaat seperti ini pun Tabita teringat akan kakaknya Tristan yang tidak hadir di pernikahan nya. Tapi dia berpikir positif supaya tak terlalu membuat dia makin sakit hati. Cukup kedua orang tuanya saja yang membuat dia menanggung semua beban mereka jangan lagi dengan kedua kakaknya.
Cukup
Hanya kata itu yang dia pikirkan hingga dia merasa pinggang ramping nya di peluk oleh seseorang.
"Pa_pak Marcel"
"Mulai sekarang panggil saya tuan bukan bapak" bisik marcel
"Tapi pak sa_saya"
"Jangan banyak membantah, kamu harus panggil saya dengan tuan kalau hanya ada kita berdua kalau di depan umum kamu harus panggil Saya sayang. Tanpa penolakan" Tabita hanya mengangguk karena pinggang nya sudah merasa sakit saat diremas Marcel begitu kuat tadi.
Dia tidak habis pikir dengan semua kejadian yang begitu cepat terjadi, saat dia berpikir Marcel menikahi nya karena cinta nyatanya dia menikahi nya hanya karena dijadikan jaminan. Sungguh miris hidup wanita cantik itu.
"Sa_sayang" rengkuhan Marcel mulai melonggar saat wanita disampingnya ini mengeluarkan kata yang sudah lama dia tidak dengar dari mulut seorang wanita.
"Mama mertuaku akhirnya bisa bertemu lagi," Marcel tak menggubris panggilan yang di sebut bita tadi karena dia merasa ada yang aneh dengan detak jantung nya yang tiba-tiba tak beraturan.
"Sialan dia menyebutkan kata laknat itu, tapi aku tidak akan termakan dengan semua perkataan manis wanita ini yang mungkin dia akan merebut kekayaan yang aku punya suatu saat karena dia sudah resmi menjadi istri seorang seperti ku" batin marcel
"Kamu jagain anak mama ya nak Marcel, mama tahu kamu orang baik."
"Cih baik apanya, orang modelan titisan iblis neraka begini, malah dibilang baik" bita tak habis pikir dengan mama dan papanya yang tega membuat perjanjian bodoh yang membuat dia menjadi korban dan juga kenapa papanya harus berhutang begitu besar padahal dia tahu papanya tidak pernah terikat dari kata hutang. Kini otaknya dipenuhi dengan ribuan kata tanya yang terus menerus berputar membuat dia semakin pusing untuk mencari jawabannya.
"Iya ma, anak mama berada di tangan yang tepat" kata-kata barusan membuat Tabita seketika merinding dan tegang seketika.
"Tuhan, mudah-mudahan aku tidak di apa-apain Ama iblis satu ini. Ku mohon" sadar dari tadi Tabita diam marcel langsung menariknya lagi mendekat padanya dan mencium sekilas kening wanita itu yang lagi-lagi harus terpaku akan perlakuan Manis Marcel padanya.
Namun perlakuan itu tak bertahan lama saat Marcel mencengkeram erat lengannya dan membisikkan kata-kata yang harus membuat Tabita memaki Marcel dari batinnya saja.
"Sebaiknya kamu jangan termakan akan perlakuan Manis saya barusan, karena sebentar lagi kamu akan menerima sebuah kisah terbaik yang harus kamu jalani. Dan_" dia menarik Tabita naik ke lantai atas meninggalkan tamu-tamu yang menatap heran kearah mereka.
"Wah ternyata pengantin nya udah gak sabar malam pertama ya jeng?" Jawab ibu-ibu yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping ibu Tabita. Hanya kekehan yang ditunjukkan ibu Tabita tanpa niat membalas perkataan ibu-ibu itu.
Setelah sampai di kamar Marcel mendorong wanita itu hingga jatuh di lantai. Tabita tidak mengetahui kalau pria yang tadi berperilaku manis kepadanya harus melakukan hal diluar nalarnya.
"Aw, pak ke_kenapa saya di dorong" tanya bita sambil memegang lututnya yang berkedut nyeri.
"Kamu mau tahu kenapa saya dorong kamu?, HA?" Teriak marcel tepat didepan wajah nya.
Tabita hanya memejamkan mata karena dia harus kuat menghadapi sifat arogan sang suami.
Ya suami. Kalau dia tak lupa baru menikah beberapa saat yang lalu.
"Saya gak tahu pak" jawab bita polos.
"Kamu adalah anak dari orang yang paling aku benci, dan satu hal kalau kamu mau menyelamatkan keluarga kamu, kamu harus menanggung semua kesalahan keluarga kamu terlebih kakak kamu tristan dan juga kedua orang tua kamu" wanita itu masih belum mengerti dengan kalimat yang keluar dari mulut pria itu.
"Maksud bapak?" Tanya bita dengan lirih yang menahan air mata. Jangan tanya Marcel bagaimana karena dia tidak akan perduli dengan apa yang dia lihat di depannya tersakiti. Karena baginya tak ada untungnya untuk perduli dengan wanita yang sudah ketakutan didepannya. Dan dia memang tak akan pernah memberi ampun bagi siapapun yang sudah mengusik kehidupan nya.
Egois bukan.
"Kamu akan jadi pembantu saya dirumah ini, dan kalau orang tua kamu datang kamu harus memainkan drama selayaknya kamu menjadi istri yang baik terhadap saya. Dan satu lagi " Marcel berbalik dan menaruh tangan di saku sambil tersenyum miring kearah bita yang masih setia diatas lantai dingin itu.
"Kamu jangan panggil saya bapak kalau kita sedang berdua di rumah tapi tuan, dan kamu harus tidur dikamar pembantu paling belakang. MENGERTI?" Suara Marcel terdengar di satu ruangan ini dan Tabita dia hanya menahan tangisnya supaya tidak pecah saat itu juga dan menahan sesak yang begitu dalam yang tidak menyangka bahwa dia harus menikah dengan orang yang sama sekali tidak mencintainya ataupun sebaliknya. Semua terjadi begitu cepat dan yang membuat dia makin sakit saat dia harus mengetahui semua hal yang terjadi adalah dari keluarga nya sendiri.
Hanya hening diantara mereka berdua hingga membuat Marcel naik darah dan berjongkok dihadapannya dan menarik dagu wanita itu kuat yang sudah ketakutan karena ulahnya dan itu tak berpengaruh apa-apa baginya.
"Hapus air mata palsumu nona dan turun bersamaku kebawah untuk melanjutkan acara pernikahan kita" jawab Marcel dan berdiri meninggalkan Tabita yang sudah menitikkan air mata tanpa marcel sadari.
Acara resepsi pernikahan mereka berakhir pukul 23:30 sudah larut hingga Tabita saja sudah menuju alam mimpinya walaupun dia harus tidur dilantai dekat tempat tidur pria iblis itu.
Iblis?, Ya memang iblis karena dia memperlakukan wanita tidak layak. Contohnya saat ini.
"Bangun, heh bangun" panggil Marcel sambil menendang lengan bita. Sang empunya hanya bergumam. Karena dia sudah sangat lelah.
"BANGUN" Teriak Marcel yang membuat Tabita terkejut dan segera bangun.
"Kenapa tuan?" Tanya bita yang telah memakai embel-embel "tuan" kepada Marcel.
"Kamu jangan pakai selimut saya, saya bisa kedinginan kalau begini." Jawab Marcel yang membuat Tabita tak percaya bahwa dia tega harus mengambil benda yang menghangatkan tubuh nya dari dinginnya lantai walaupun diatas karpet tapi dia juga perlu penghangat. Dasar brengsek.
"Maaf tuan tapi saya juga butuh ini" jawab bita dengan menunjukkan selimut itu.
Dasar bita polos ya polos :\
Marcel tak menyangka wanita ini masih saja membantah perkataan nya. Dengan cepat Marcel menarik selimut ditangan Tabita dan Tabita yang kagetpun tak bisa menyeimbangkan gerakan nya hingga posisi mereka berdua Sekarang begitu dekat. Tabita di atas dada Marcel menahan nafasnya karena begitu gugup akan posisi mereka seperti ini.
"Marcel gue_" alvano yang tadinya akan menemui Marcel harus tercengang akan pemandangan didepannya hingga kedua tangannya menutupi wajahnya.
"oh shit sorry gue lupa lu dah nikah. Lanjutin malam pertama kalian." Teriak Vano dengan cepat berlari tak lupa menutup kembali pintu.
"Apa malam pertama?, Sedangkan melihat ku saja dia tak Sudi apalagi malam pertama."
Batin bita dan segera berlari ke kamar mandi.
Sungguh hal tak terduga baginya apalagi tadi ada pria yang begitu menyukainya melihat dia dan Marcel dengan posisi yang bagi siapapun yang melihatnya pasti berpikiran ambigu.
Skip pagi
Cahaya matahari pagi begitu cerah saat memasuki ruangan yang kini ditempati oleh kedua suami istri baru itu. Lebih tepat nya hanya Marcel saja yang akan menempati kamar ini tidak dengan sang istri "Tabita".
"Tuan, sudah waktunya untuk bangun mama sama papa udah nungguin dibawah" rupanya pria itu tidak juga Bergerak dari posisi tidurnya.
"Tuan Marcel, sudah waktunya bangun" merasa terusik akhirnya pria tampan itu bangun. Bagi wanita siapapun yang melihat gaya bangun tidur Marcel pasti akan terpanah dan merasa gemes sendiri karena raut wajahnya yang begitu polos ingin dicubit. Apalagi saat ini yang melihat nya adalah Tabita. Dia tidak dapat menahan degub jantung nya lagi.
"Ngapain ngeliatin saya kayak gitu, sana pergi" pupus sudah impian bita dengan pria polos lucu tadi, yang ada pria dingin menyebalkan.
Tabita hanya menelan ludah kasar dan pergi keluar kamar dengan memaki-maki dalam hati.
Menuruni anak tangga dia tersenyum lebar saat kakak keduanya Teddy yang sudah beberapa saat ini tak dia lihat akhirnya datang menemuinya.
"Kak Teddy" panggil bita dan bergegas lari kearah Teddy dan memeluknya erat karena begitu merindukan nya.teddy juga memeluk nya tak kalah erat.
"Adik kakak udah duluan nikah nih, tapi maaf ya dek kakak kemarin gak bisa hadir. lagi urusin sesuatu yang begitu penting." Jawab Teddy dan hanya diangguki bita. Tak banyak yang dia mau tanyakan soal urusan kakaknya tapi yang perlu dia tanyakan adalah kenapa dia harus menikah dengan pria iblis itu.
"Gak penting soal urusan kakak, yang terpenting ada pertanyaan buat kakak, ikut aku ke taman belakang aja" Teddy hanya menurut dan mengekori bita.
Disinilah mereka duduk disebuah kursi anyaman bambu, dengan menghadap kolam ikan yang sekelilingnya ada tanaman hias yang menurutnya sangat mahal. Dan bita bisa mulai tahu bahwa pria itu adalah pria penyuka tanaman juga seperti dirinya.
"Kamu mau nanya apa bit?" Tanya Teddy yang menariknya kembali ke kenyataan.
"Oh itu kak, kakak bisa jujur kan Ama bita?, Soalnya mama Ama papa gak mau ngasih tahu soal pernikahan tiba-tiba ini kak, ngapain juga bita harus jadi jaminan atas semua hutang papa kak?, Memang berapa banyak hutang yang papa punya?" Pertanyaan bertubi-tubi dari adiknya membuat dia merasa bersalah akan semua kesepakatan mereka waktu itu.
"Maafin kakak bit, kakak hanya mau menyelamatkan nyawa mama sama papa juga tristan.kakak janji akan secepatnya merebut kembali kamu dari pria brengsek itu. Bukan brengsek lagi tapi iblis" Tabita yang risih kakaknya hanya melamun tanpa menjawab pun memanggil kembali nama kakaknya hingga pria mancung itu menghadap kearahnya dan memeluknya erat yang membuat wanita itu merasa aneh.
"Kakak kenapa?, Jawab dulu kek. Main meluk-meluk aja." Teddy pun melepaskan pelukannya.
"Kakak gak tahu dek, kakak sibuk dengan urusan kakak jadi kakak aja kaget pas tahu kamu dah nikah. Kamu semangat ya dan turuti suami kamu, ingat kamu udah ada tanggung jawab sebagai istri. Kakak pamit dulu dek, kakak mau lanjutin ngurusin sesuatu" Jawab Teddy dan melesat pergi menjauh dari bita yang terdiam ditempatnya berdiri dengan beribu kata tanya.lagi.
"Oh kamu diam-diam ketemu keluarga kamu tanpa sepengetahuan saya nona?" Suara bariton pria itu membuat mulut Tabita terasa berat untuk menjawab apalagi sekarang dia merasa tangan kekar pria itu sudah mencengkram erat lengannya hingga dia meringis kesakitan.
"Dengar ya nona sok tahu, jangan pernah biarkan keluarga kamu datang tanpa sepengetahuan saya, dan untuk kedua kakak kamu jangan pernah kamu beri ijin untuk memasuki rumah saya. MENGERTI NONA?" Lagi dan lagi marcel berteriak didepan wajah wanita bertubuh mungil itu. Bita hanya memejamkan mata supaya air matanya tidak lolos begitu saja. Dia harus bisa tegar menghadapi sikap kasar bosnya yang sekarang adalah suaminya.
"Saya mengerti tuan. Tapi tolong jangan semena-mena terhadap saya, bagaimana pun tuan yang memaksa menikah dengan saya." kalimat tadi hanya ditertawai oleh Marcel tanpa rasa bersalah. Dasar iblis.
"Apa istri?, Iya istri diatas kertas dan kenyataannya kamu saya jadikan pembantu untuk membantu juga bibi yang sekarang sibuk didapur. Itu kalau kamu lupa" jawab marcel enteng sambil menarik tangan bita lagi dan membawanya kedapur dan mendorong Tabita hingga terjatuh di dekat kaki wanita paruh baya yang kaget akan kehadiran tuannya dan istri tuannya yang sekarang ada didekat kakinya.
"Tuan, istri anda_"
"Dia juga pembantu disini,biarkan dia juga bekerja di rumah ini, dan kamu wanita sialan, jangan pernah kamu macam-macam atau kamu tanggung akibatnya." Jawab Marcel dan berlalu begitu saja menuju lantai atas kamar mereka. Ah lebih tepat kamar Marcel.
Bibi Retno yang ubah dengan bitapun membantu nya berdiri dan mengobati luka di siku juga lengan yang tadi tergores di meja akibat ulah pria iblis itu.
Haduh kelakuan kasar Marcel keluar juga deng.
Ayoloh siapa yang banyak kepo siapa suami tifany?
Tristan kemana ya? Jadi curiga gak?
Yuk vote ya kalo ada yang kepo komen aja.