Chereads / LOVE WITH YOUR GRUDGES / Chapter 2 - 2 membingungkan

Chapter 2 - 2 membingungkan

Setelah beberapa menit terkurung dengan keheningan dalam mobil Marcel.

Tabita pun bernafas lega karena mereka telah sampai di sebuah restoran mewah. Entah ada apa dengan Marcel hari ini, dia saja tidak tahu kenapa harus membawa wanita itu ke tempat ini.

Dengan cepat Marcel menarik Tabita yang sedari tadi diam di dalam mobil karena kebingungan dengan tempat yang mereka tuju sekarang.

"Maaf pak tapi ini masi jam_"

"Saya hanya lapar dan kamu hanya temani saya, saya belum sarapan dan saya tidak suka mendengar ocehan kamu" Jawab Marcel yang menyela kalimat Tabita dan duduk tanpa memperdulikan Tabita yang diam karena malu akibat omongan nya tak didengar kan.

"Baik pak, tapi saya tidak lapar" jawab bita yang mendapatkan pelotototan dari Marcel.

"Saya tidak bertanya, pelayan" jawab Marcel dengan tatapan sinis terhadap Tabita dan memanggil pelayan restoran yang dari tadi menatap Marcel kagum.

"Bapak mau pesan apa?" Tanya pelayan itu dengan nada yang di lembut-lembut kan seakan menggoda Marcel.

"Saya mau pesan makanan yang paling enak disini untuk istri saya," kalimat itu membuat pelayan centil itu seketika menegang di tempatnya setelah mendengar kata "istri" yang diucapkan Marcel tadi. pelayan tadi segera menatap Tabita dengan sinis dan mengangguk mengiyakan dan segera beranjak pergi tanpa menjawab apapun.

Tabita yang mendengar ucapan Marcel sukses membuat Tabita menganga dan hanya bisa mengomentari dari batin saja.

"Dasar bos aneh, tadi pagi ngamuk kayak singa, sekarang malah ngaku-ngaku kalau gue istrinya. Lihat aja kau bos gue balas."

"Kenapa melotot begitu ?, Sebaiknya kamu duduk diam dan tidak menatap saya, saya tahu saya tampan"

Dasar Marcel aneh.-author

Skip

"I_iya pak" Tabita hanya bisa mengiyakan saja apa yang Marcel katakan, sudah cukup dia membantah perkataan pria didepan nya.

Setelah selesai dengan acara makan mereka yang penuh keheningan Tabita dan Marcel pun segera kembali ke kantor dan kembali dengan aktivitas mereka, hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 19:30,  yang artinya mereka sudah pada jam pulang. walaupun sudah lewat dari jam pulang sebenarnya.

"Bita, bareng yuk pulangnya lagian aku gak sempat pesan ojol." Tawar Siska sambil menggandeng tangan Tabita

"Yaudah tapi kakak gue yang paling tua mau jemput gue," Siska hanya manggut-manggut mengiyakan dan dua orang sahabat itu pun segera ke lobi kantor untuk menunggu jemputan.

Mobil Alphard hitam milik pria tampan dan dingin itu sudah terparkir di depan dua orang wanita yang sedang asik berbincang tanpa sadar telapak tangan Tabita di gandeng oleh tangan kekar seseorang yang membuat Siska diam seketika karena terpana dengan ketampanan pria dihadapannya bak pangeran dari negeri dongeng.

"Kakak," ya, dia Tristan Abimanyu Wijaya kakak tertua Tabita yang kelakuan nya 11,12 dengan bos mereka.

"Udah ngobrol nya, sekarang pulang,mama nelfon Mulu" Siska yang mendengar kata-kata Tristan hanya bisa diam. Tabita yang tahu sahabat nya itu yang diam segera menarik lengan Siska dan membawa wanita itu ke mobilnya.

"Udah duduk manis nanti kak Tristan anterin kita, iyakan kak?" jawab bita dengan senyum yang mengarah ke Tristan yang duduk di kursi kemudi. Tristan hanya mengangguk sebagai jawaban yang membuat Tabita makin bingung dengan tingkah kakak nya itu.

"aku tahu itu kamu" batin Siska.

Siska hanya diam sepanjang perjalanan tanpa menjawab pertanyaan dari Tabita. Yang membuat Tabita merasa aneh dengan tingkah Siska. Terlebih kakaknya yang tak berhenti menatap mereka di belakang lewat kaca spion di depan kepalanya.

Skip rumah.

Setelah sampai dirumah Tabita dan Tristan pun segera masuk ke kamar mereka masing-masing dan membersihkan diri.

Kedua Orang tua Tabita dan kakak keduanya teddy sedang berangkat ke kampung halaman mamanya yang katanya ada urusan mendadak yang terpaksa harus mengajak Teddy yang sedari pagi tidak pergi ke kampus karena sudah hilang gairah untuk kekampus. Jangan bingung kenapa, itu karena kelakuan wanita centil yang pagi-pagi sudah merayu kedua kakaknya yang suka moody-an.

Tabita yang sudah 1 jam di balkon kamarnya hanya diam dengan pikirannya sendiri yang memikirkan kelakuan bosnya tadi pagi.

"Pak Marcel aneh" ucap bita dengan menguap dan segera masuk ke kamar karena udara di luar sudah mulai dingin dan dia melihat jam di nakas nya yang sudah menunjukkan pukul 21:30.

Skip malam

Dengan tergesa-gesa Tabita turun dari lantai dua rumah mereka. Walaupun memakai rok Tabita tetap saja Tabita yang bar-bar dan jangan lupa dengan teriakan paginya. Tiada hari tanpa mengeluarkan suara lantang di pagi hari.

"Morning semuanya bita tur__" Teriak Tabita di seluruh penjuru rumah Namun suara Tristan membuat Tabita diam karena di bentak oleh pria itu. Sebenarnya dia akan bertanya soal orang tuanya yang pergi tanpa pamit kepada nya namun dia urungkan karena bentakan Tristan yang membuat bita hilang selera untuk sarapan.

"Berisik" bentak Tristan dan segera menuju teras rumah meninggalkan bita yang diam di tempat karena kaget sekaligus menahan cairan bening di pelupuk matanya yang hampir jatuh. Mungkin bagi kalian dia cengeng tapi sebenarnya Tabita merupakan wanita kuat yang hanya bisa diam dengan sifat baiknya. Itulah Tabita. Dan dia sangat sensitif soal dibentak.

"Kalau mau ikut cepat naik, atau kamu naik taksi?" bentak Tristan lagi. Tabita pun segera naik ke mobil tanpa sarapan atau sekadar minum susu dan sepanjang perjalanan hanya keheningan yang terjadi. Tristan tetaplah Tristan, manusia es tak punya hati.

Tabita hanya berbicara dan bertanya pada dirinya sendiri kenapa dengan sifat Tristan yang dari dulu tidak pernah sekali saja memberi perhatian padanya.

Hingga tak terasa Mereka sampai di kantor dimana Tabita Bekerja. Tak ada kata-kata yang Tristan lontarkan bahkan seperti kemarin Tristan pergi begitu saja.

Tabita pun segera masuk ke kantornya tanpa memperdulikan air mata yang sudah lolos begitu saja.

"Maaf kalo selama kehadiran ku tidak pernah membawa rasa bahagia buat kakak, tapi aku selalu sayang sama kakak" gumam Tabita sambil menekan tombol lift, setelah terbuka tanpa basa-basi Tabita langsung masuk tanpa menyadari ada Marcel yang dari tadi memperhatikan setiap gerak-gerik wanita itu yang sibuk menyeka cairan bening dari pipi mulusnya.

Marcel yang bingung hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun karena dia juga sudah mulai muak dengan kejadian lama yang selalu membayangkan nya setiap melihat wanita menangis. Suara lift terbuka Marcel segera melangkah namun Tabita dengan cepat melesat pergi dengan tangis yang makin menjadi. Entah ada apa dengan wanita itu yang membuat Marcel penasaran dan mengikuti arah yang Tabita tuju.

"Kenapa kakak selalu berlaku beda ke Tabita, kenapa kak? Asal kakak harus tahu kalo aku sangat sayang dengan kakak.....kakak ngertikan bita sayang kakak..." Teriak Tabita dengan sangat kuat di atas atap gedung lima puluh lima lantai yang membuat dia semakin lega karena berteriak mengeluarkan semua sesak di dadanya.

Setelah beberapa saat Marcel yang mengikuti Tabita sampai ke atas atap itupun merasa aneh dengan Tabita yang muncul dengan senyum yang mengukir diwajahnya. Gadis itu berlari melewati Marcel yang bersembunyi dibalik tumpukan derum yang juga membuat Marcel bertanya-tanya dengan tempat dia pijak sekarang untuk pertama kali.

"Wanita aneh, tadi menangis dan sekarang tersenyum tanpa beban. Dan kenapa derum-derum ini ada disini, perasaan saya selalu menyuruh cleaning servis untuk membereskan barang-barang tak terpakai. Ada gunanya juga wanita itu datang kemari. Tapi sejak kapan dia tahu tempat ini?"  batin Marcel.

Skip

Di ruangan Marcel sudah ada pria muda tampan yang sepantaran dengan dia yang menunggu sambil memasukkan kedua tangan disaku celana bahannya didepan jendela dengan tatapan dingin

Miliknya.

Marcel yang baru saja sampai di depan ruangan dicegat oleh alvano dan segera menariknya untuk berbicara. " Cel, ada dia di ruangan Lo" jawab Vano tergesa-gesa dengan kalimat informal tanpa berpikir mereka sedang berada dikantor.

"Tumben kamu berbicara kurang sopan terhadap saya?" Tanya Marcel sambil menaikkan satu alisnya yang membuat alvano mengutuk dirinya karena sudah berbicara kurang sopan. Tapi itu tidak penting karena sekarang mereka hanya berdua di depan pintu ruangan Vano.

Dan menurut Vano ada hal yang lebih penting.

"Sekarang gak penting soal sopan kalo dia ada disini cel," jawab Vano yang makin membuat Marcel bingung.

"Maksud kamu?" Tanya Marcel yang makin bingung dibuat Vano.

"Tristan... cel" jawab Vano akhirnya yang membuat Marcel lari keruangan nya segera dan mendapati Tristan yang sedang duduk di kursi kebesarannya itu. Hanya rasa benci yang marcel rasakan sekarang, karena dia sudah muak dengan masa lalu mereka.

"Ngapain anda duduk disitu?" Tanya Marcel akhirnya namun Tristan memberikan senyum tanpa arti.

"Marcel adnan Hermawan, bagaimana? Sudah bahagia dengan penderitaan yang dulu?" Tanya Tristan sambil memeluk kedua tangannya di dada dan dengan senyum mengejek.

"Mungkin begitu pemikiran anda, tapi saya tidak akan pernah bisa menerima ejekan sialan seperti it_"

'bugh" seketika Marcel terjatuh ke lantai karena Bogeman mentah yang diberikan Tristan.

"Tutup mulut sialan kamu cel kalau kamu tidak pernah mau jujur dimana tifany berada selama ini" kalimat itu membuat Marcel juga tersulut emosi dan memukul Tristan tanpa ampun.

Bugh

Bugh

Bugh

"Gue udah berulang kali ngomong kalo gue gak pernah ketemu tifany sejak kejadian itu" teriak Marcel sambil memberikan pukulan demi pukulan.

Bugh

Bugh

Bugh

"Udah cukup, kalian berdua berhenti, kak Tristan" panggil Tabita tapi tidak ada yang berhenti, alvano yang muncul pun seketika kaget dan langsung melerai pertengkaran antara kedua pria dihadapannya.

Namun tanpa sadar Tristan memukul Tabita hingga wanita itu pingsan dan membuat alvano segera menarik Marcel dan dibantu satpam yang tiba segera menarik Tristan, Tristan yang sadar akan perlakuannya pun segera pergi tanpa menyadari kalau ada Tabita yang sudah pingsan akibat ulahnya.

Didepan ruangan Marcel Siska terkejut akan penampilan Tristan yang acak-acakan. Namun Siska tidak memperdulikan nya dan segera masuk keruangan Marcel yang membuat Siska kaget bukan kepalang melihat Tabita terkapar dengan kepala yang mengeluarkan darah

Alvano dengan sigap menggendong Tabita ala bridal style menuju ambulance yang di telfon Siska, setelah sampai di lobi Tristan dan Marcel yang di amankan satpam kaget bukan main setelah melihat Tabita yang berada di gendongan Vano juga Siska disampingnya yang panik karena Tabita yang dimasukkan kedalam mobil ambulance.

Tristan segera mengikuti mobil itu menuju rumah sakit dan tak lupa Marcel yang juga tanpa sadar berada dalam satu mobil dengannya.

Cie udah baikkan ya?-author

Diem lu Thor gue lagi konsen nyetir.-tristan

Iya deh-author

Skip

"Kenapa gue gak sadar kalo ada dia disana, seharusnya pukulan itu ke gue bukan dia" batin Marcel

Skip RS

"Dok tolong teman saya dok, dia terkena pukulan dikepala sampai kepalanya berdarah" ucap Siska dengan nada bergetar.

"Tolong tunggu diluar biar dokter yang menangani pasien" jawab salah satu perawat dan menutup pintu.

Marcel dan Tristan berlari ke arah Siska dan Vano yang mondar-mandir di depan ruangan UGD.

"Kalian berdua ngapain kesini?" Tanya Vano dan Siska berbarengan. Yang ditanyain hanya diam

Siska yang sudah muak pun langsung duduk di kursi tunggu tanpa mau bergabung dengan ketiga lelaki itu.

Beberapa saat kemudian dokter keluar dari rungan itu dan disambut pertanyaan oleh kakak Tabita.

"Bagaimana keadaan adik saya dok?" Tanya Tristan dengan wajah dinginnya.

"Keadaan pasien tidak parah hanya benturan yang tidak begitu keras. tapi tenang pasien hanya pingsan sebentar saja. Kalau begitu saya permisi " Jawab dokter yang hanya diangguki mereka berempat.

Marcel dan Tristan hanya bertatapan tapi tidak mengeluarkan sepatah kata pun seakan mata mereka berdua saling berbicara. Hingga Tabita keluar dari ruangan bersama seorang perawat yang membopongnya. Tristan yang menyadari kehadiran Tabita pun  hanya menatapnya sebentar tanpa menghiraukan senyum yang Tabita ukir di bibir ranumnya itu. Siska dengan sigap mengambil alih Tabita dari perawat itu.

"Aku harus ke kantor" jawab Tristan yang mendapat tatapan bingung dari alvano dan Siska juga Tabita kecuali Marcel yang melenggang pergi sejak kehadiran Tabita.

"Tapi kak_" kata-kata Tabita lagi-lagi harus terpotong dan menutup mulutnya gara-gara tatapan dingin yang Tristan berikan terhadap Tabita.

"Udah kamu pulang yuk aku antar," ucap Siska yang mengalihkan kesedihan Tabita karena tingkah kakaknya.

"Aku mau balik kerja aja sis, aku gak mau pak Marcel marah" jawab Tabita akhirnya. Dia tidak ingin pulang ke rumah karena dia tahu sifat bibi yang selalu perhatian dengannya.

"Tapi kamu belum sembuh bener bit" kata Vano yang khawatir dengan bita.

"Cuman luka gini aja kok gak papa" jawab Tabita dengan senyum membuat alvano dan Siska geleng-geleng kepala dan mereka hanya bisa pasrah dengan sikap Tabita yang tak mau di bantah.

Skip kantor

Jam makan siang Tabita dan siska segera menuju restoran dekat kantor yang sudah banyak orang  berkumpul untuk makan disana, setelah memesan Tabita dan siska segera menuju meja yang berangka 18 disana, yah itu angka kesukaan Tabita.

Angka kesukaan gue bit-author

Diem thor gue laper, Ato gue makan lo.-bita

Ups,ok gak usah ngegas-author.

Skip

"Kamu yakin bit, udah membaik?"

Bukan Tabita namanya jika tidak pandai menutupi sesuatu yang buruk yang dia rasakan. Buktinya saat ini dia hanya tersenyum manis yang menunjukkan bahwa dia sangat baik.

"Aku baik sis, kamu kenapa nanya Mulu sih? Perasaan ku jadi aneh deh" jawab bita dengan senyum yang sudah pasti palsu.

"Yaudah mau makan apa bit?" Tanya Siska dengan raut wajah yang susah di artikan.

"Nanti aja aku pesan aku ma_ kak Tristan" beo bita dengan menatap kearah kakaknya yang muncul dari arah belakang namun Tristan tidak menjawab, malah hanya pergi begitu saja tanpa perduli dengan dia padahal dia sudah melihat Tabita saat masih di tldepan pintu.

"Bita pasti sedih dan kecewa dengan kakak nya, gue harus bisa hibur dia" batin Siska.

"Kak_"

"Makan apa oy make toa loh, yuk pesen. cepet, gak usah perduliin orang yang gak perduli Ama Lo" potong Siska dengan senyum manisnya walaupun terpaksa.

"Tapi_"

"Ssssttt diam gak Lo, isi dulu tu perut baru mikirin orang lain" jawab Siska yang memotong omongan bita.

"Btw kakak Lo dari dulu dingin ya, gak pernah berubah" lanjut Siska sambil mendaratkan pantatnya dikursi depan tabita. Kedua alis Tabita mengkerut seketika Tabita menyadari pertanyaan Siska yang membuat nya bingung dan bertanya-tanya.

Siska yang mendapatkan tatapan aneh dari Tabita seketika sadar dengan ucapannya tadi.

"Mampus gue, bita kan Ama gue ketemu pas gue baru masuk kerja disini, jangan sampe dia curiga" Siska membatin.

"Em_itu maksudnya kayak kemarin sifat kakak kamu gak ada obat dinginnya." Jawab siska yang menutupi kegugupannya.

"Oh... Kirain kamu dah kenal lama Ama kakak gue" jawab bita.

Mereka pun makan dalam diam, hanya dentingan  piring dan sendok yang saling menyahut di meja mereka.

TABITA POV

kak Tristan kenapa harus beda dengan ku?, Kenapa dari dulu aku gak pernah di anggap sebagai adiknya? sebenarnya salah ku dimana? Apa Sebaiknya aku diam dan harus mengusir jauh-jauh harapan untuk memiliki kakak yang baik? Seperti nya harus, mungkin aku harus bisa kuat menghadapi sifat nya saja. Kak Teddy aku kangen.

Drrrrt drrrrt

Suara handphone yang terletak di atas nakas di depanku menarikku dari lamunan yang tiada habisnya memikirkan kak Tristan.

Sampai aku mengukir senyum saat melihat nama yang tertera di kontak handphone ku.

"Hallo pa,"

"Hallo sayang, nak gimana kabar kamu?" Sudah dari hari keberangkatan mereka aku baru mendengar suara papa, terdengar suara papa yang sedikit berbisik. Entahlah mungkin karena sudah malam jadi papa tidak mau mengganggu tidur mama dan kak Teddy. Positif thinking aja lah.

"Baik pa, papa kok baru nelfon aku sih? Kan kangen sama kalian."

"Maafin papa, mama sama kakak Teddy ya nak, sebenarnya kita sedang liburan bertiga, untuk urusan penting juga yang berurusan dengan kantor" kalimat itu sukses membuat moodku berubah, bagaimana bisa mereka tega berlibur bertiga dan meninggalkan aku juga kak Tristan di rumah. Kenapa lagi sih ini? Maksud mereka apa? Aku kan dan kak Tristan juga anak mereka.

"Udahlah pa, aku marah sama kalian, masa liburan gak ngajak-ngajak" jawabku dan mematikan sepihak sambungan telepon dari papa.

Aku segera mematikan total handphone ku dan menaru kembali ke atas nakas dekat tempat tidur ku aku sudah cukup kesal saat ini.segera aku menarik selimut memasuki alam tidurku.

End POV

************

MARCEL POV

"Baiklah aku akan balik lagi untuk mengurus semua keperluan mereka disana." Segera aku mematikan telepon dan menghampiri supir yang telah menunggu di depan pintu kamarku.

Lelah untuk hari ini harus mengurus mereka yang selalu saja merepotkan.

Setelah beberapa saat aku sampai di sebuah villa yang ditempati oleh tiga orang yang pernah hadir dalam hidupku,kecuali putra tertua mereka dan putri bungsu mereka. Aku yakin mereka pasti telah memberi tahu bahwa mereka berlibur ke kampung halaman ibunya dan aku yang menyuruhnya. Aku terpaksa melakukan hal itu untuk mencari tahu siapa sebenarnya yang telah menyembunyikan Tiffany, tapi aku juga mencurigai mereka yang mungkin telah membunuh ayah dan ibuku.

"Cepat buka pintu kamar dua orang tua itu dan bawa mereka ke sini" aku menyuruh salah satu anak buahku yang berdiri di dekat pintu kamar mereka.

"Baik tuan, tapi...."

"Tapi apa? Jangan banyak omong buka sekarang"

Jawabku dengan menahan emosi.

"Mereka tidak dikamar mereka tuan," jawab satunya yang berdiri tak jauh dari pengawal tadi.

"APA!" Teriakku tepat di wajah mereka dan segera mendobrak pintu kamar yang telah kosong tanpa seorangpun yang kutemui.

"Sialan mereka mau cari gara-gara rupanya dengan Marcel adnan Hermawan" kaki ku segera menuju mobilku yang diparkir dan mengemudi dengan kecepatan tinggi. Aku tidak perduli lagi dengan apa yang akan terjadi, yang jelas aku harus segera mendapatkan mereka dan membuat mereka menyesal telah bermain-main denganku"

End POV

Tak butuh lama untuk Tabita sampai di kantor  karena dia di antar oleh ojek online pesanan nya sebelum mendapatkan sebuah tamparan keras dari Tristan. Ya, Tristan menampar Tabita sebelum mereka berangkat hanya karena masalah Tabita bangun telat akibat tidak bisa tidur semalaman gara-gara memikirkan keadaan orang tuanya juga kakak childisnya itu.

Entah kenapa Tristan jadi semakin berani berbuat kasar ketika tidak ada orang tua mereka.

"Ngapain ngelamun masih pagi, tuh lu di panggil pak Marcel ke ruangannya." Suara naftali membuat Tabita kaget hingga hanya bisa mengangguk sebagai jawaban. Dan mengikuti alvano yang melihat bingung dengan Tabita yang melamun hingga tidak menyadari kehadiran dirinya.

"Pak Marcel mau apa pak vano?" Alvano dibuat kaget oleh suara Tabita yang menggema di seluruh ruangan lift ini. Bahkan alvano pun bingung sejak kapan mereka ada di dalam lift.

Karena saking asiknya menatap setiap langkah Tabita.

"Em_anu_itu_ em itu pak Marcel mau ngomongin sesuatu dengan kamu bit" jawab Vano dengan sedikit gugup.

"Owh ok."

Tok tok tok

Suara Tabita langsung membuat Marcel yang berdiri menghadap jendela besar kaget bukan main karena suara Tabita yang terdengar dekat. Dugaan Marcel benar setelah dia berbalik yang mendapat kan tatapan bingung dari wanita dihadapannya.

"Ekhem.....dengan cepat dia menetralkan kegugupannya."kamu harus menyelesaikan laporan yang saya suruh ke Siska tanpa membantah." Jawab Marcel dan berlalu dari hadapan bita. Tabita yang mendengar perintah pria itu hanya membuka matanya lebar-lebar sekaligus kaget karena dia tidak tahu menahu soal laporan yang dikatakan bosnya itu dan tidak sempat dia menjawab iya pun Marcel langsung pergi begitu saja.

"Sebaiknya aku tanya ke Siska aja" sudah pasti Marcel membuat harinya makin rumit untuk di jalani. Kemarin saja dia harus membersihkan toilet di ruangan Marcel. Entah ada apa dengan Marcel akhir-akhir ini.

Setibanya dimeja Siska dia bertanya soal laporan yang dikatakan Marcel.

"Siska, soal laporan yang dikasih pak Marcel ke kamu katanya aku yang akan selesaikan? " Pertanyaan Tabita membuat Siska bingung pasalnya tidak ada laporan yang dimaksud Tabita. Hingga dia sibuk mencari laporan yang dibilang Tabita.

"Yaampun bit, aku aja ngerjain proposal untuk pembangunan hotel baru di daerah ku. Tapi ngapain pak marcel nyuruh kamu buat laporan?, Apa tadi ada yang naroh ya? Yaampun." Tanya Siska dengan wajah panik nya.

"Sudahlah nanti aku tanya lagi, sebaiknya kamu selesaiin tugas kamu, aku mau ngecek pekerjaan yang kemarin dulu supaya sekalian mau buat teh" Siska hanya mengangguk dan melanjutkan kembali pekerjaan nya.

Kaki Tabita yang jenjang menuju ruang pantry yang dekat dengan ruangan alvano. Tanpa sadar ada seorang pria yang memperhatikan setiap pergerakan wanita cantik itu. Teh yang di taruh di lemari paling atas itu membuat wanita itu sedikit kesusahan untuk mengambilnya hingga tangan kekar itu mengambilnya dengan mudah.

"Alvano? Eh maksud saya pak alvano" jawab bita dengan gugup karena ada seorang office girl yang masuk bersamaan dengan Vano.

"Ngapain kamu bikin teh sendiri kan bisa minta bantuan OB disini, kamu udah sarapan gak bit? Kalo gak nanti aku pesanin makanan ya!" pipi Tabita tiba-tiba merona dengan perhatian kecil yang ditunjukkan Vano kepadanya. Hal yang sering dilakukan Teddy kepadanya. Bita sangat rindu akan kakaknya yang tak pernah memberikan kabar kepada nya juga mama dan papanya yang di telfon sering tidak aktif. Dia merasa ada yang tidak beres dengan keberangkatan mereka yang katanya pergi ke kampung halaman mamanya.

Vano yang tadinya membuat teh untuk bita bingung karena lagi-lagi melihat wanita itu melamun. Aneh untuk Vano karena dia tidak pernah melihat Tabita yang dulu dalam diri wanita itu. Seakan ada yang memperhatikan nya Tabita segera beranjak pergi begitu saja tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.

Jangan tanya Vano karena pria itu masih bingung dibuat Tabita karena perubahan yang jauh dari wanita yang dia suka sejak lama.

Nahloh ternyata Vano suka toh sama bita!

Siapa yang kepo kemana orangtua dan kakak bita pergi?

Mau tahu gak siapa keluarga yang ditawan Marcel namun kabur?

Maaf ya baru update.....see you in the next part

✨✨✨✨✨