Ketika Lilia keluar dari kantor Jean, Kenny segera menyapanya dengan senyuman lebar. "Nona Lilia."
Lilia hanya mengangguk kaku tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kenny dapat menangkap suasana hatinya yang buruk dan segera menekan tombol lift untuknya.
Pintu lift terbuka dan seorang pria yang mengenakan kemeja bercorak bunga berjalan keluar. Pria itu melirik Lilia, tapi wanita muda itu mengabaikannya dan memasuki lift. Setelah pintu lift tertutup, Lilia memukul dinding keras-keras untuk melampiaskan kemarahannya.
Pria itu adalah tamu Jean, Tom Wibowo. Dia memperhatikan Lilia sampai pintu lift tertutup. Tom bersiul dan menoleh pada Kenny, "Ken-Ken, siapa wanita cantik itu?"
Kenny melontarkan pandangan jijik saat mendengar nama panggilan itu. Tapi sebelum dia bisa menjawab, Jean melangkah keluar dari ruangannya.
"Jangan berpikir macam-macam dengan dia." Suara Jean terdengar berat dan mengancam.
Ekspresi santai Tom seketika berubah dan dia menoleh ke arah Jean. Mata Tom berbinar-binar penuh ketertarikan. "Bro, kamu kenal wanita itu?"
Jean Widjaya, orang paling dingin yang pernah ditemui Tom, tertarik pada seorang wanita?
Apakah besok dunia akan kiamat?
Kenny segera menjelaskan dengan penuh semangat, "Tentu saja Presiden Jean mengenalnya! Nona Lilia adalah calon istri beliau!"
Tom tersedak dan menghabiskan beberapa menit terbatuk-batuk hebat.
*****
Malam itu, di dalam sebuah bar elit bernama Bar King.
Seorang penyanyi melantunkan lagu indah namun sedih dari atas panggung. Suara emasnya menghibur para pelanggan yang memenuhi bar itu.
Di salah satu meja, Lilia perlahan menyesap cocktail-nya. Vivi Tara, sahabat baik Lilia, duduk di hadapannya dengan segelas coke di tangan. Wajah bulat wanita itu dipenuhi semangat saat dia mendengarkan cerita Lilia.
"Pada intinya, kamu akan segera menikah?" Wanita berambut cokelat sebahu itu menyimpulkan setelah Lilia selesai menumpahkan segala kekesalannya.
Lilia membanting gelasnya ke atas meja. "Vivi, apa kamu tidak mendengarkan ceritaku tadi?! Sudah kubilang, aku dipaksa menikah! Memangnya pernikahan kontrak masih ada di zaman sekarang?! Aku masih mau menjalani hidupku!" Protes Lilia.
Vivi menghela nafas dan berusaha menghibur Lilia. "Iya, tapi dari ceritamu, kamu tidak punya jalan keluar lain. Jadi coba lihat sisi positifnya saja. Pasanganmu adalah Jean Widjaya, kamu tahu! Si Jean Widjaya yang menjadi presiden perusahaan termuda di seluruh Indonesia!"
Vivi menekankan dengan penuh semangat. Mata hitamnya berkilat-kilat penuh antusiasme.
"Semua wanita di kota ini ingin menikah dengan putra keempat keluarga konglomerat itu! Ditambah lagi, dia tampan dan misterius, benar-benar seorang pria idaman! Percayalah padaku, Jean seratus kali lebih baik daripada laki-laki itu!"
Lilia tahu Vivi sengaja tidak menyebutkan nama laki-laki itu. Tapi tangan Lilia yang sedang mengangkat gelasnya sempat terhenti sejenak saat Vivi menyinggung tentangnya.
Vivi menghela nafas lagi saat melihat reaksi Lilia. Sudah beberapa tahun berlalu sejak mereka putus, tapi Lilia belum bisa melupakan laki-laki itu.
"Hei, bukankah ini Lilia Pangestu, si supermodel yang kebetulan menjadi populer itu?"
Tiba-tiba terdengar suara wanita yang melengking tajam dari belakang Vivi.
Vivi menoleh dan melihat Rina Calya, model dari agensi yang sama dengan Lilia. Mata sipit wanita itu dipenuhi kebencian saat dia menatap Lilia. Rina ditemani oleh pria bertubuh gemuk yang mengenakan baju mahal. Jam tangan bermerek melingkari pergelangan tangan pria itu dan jemarinya dipenuhi cincin berharga.
Vivi yakin kalau Rina di sini untuk mencari masalah dengan Lilia seperti biasa. Dia melirik sahabatnya, yang berwajah merah karena alkohol, dan memutuskan kalau mereka sebaiknya pergi sebelum sesuatu terjadi.
"Lilia, ayo kita pulang!" Vivi berdiri dan berusaha menarik Lilia pergi.
Tapi Lilia menolak untuk bergerak dan justru tersenyum sinis. "Oh, bukankah ini nona muda Rina yang kekayaannya sampai tujuh turunan?" Kata Lilia, menirukan suara wanita itu dengan sempurna.
Wajah Rina memerah karena malu dan dia tidak berani melirik ke arah pria yang bersamanya.
Semua orang di dunia hiburan tahu kalau di awal debutnya, Rina berpura-pura menjadi nona muda yang kaya hanya karena gengsinya yang tinggi. Akibatnya, Rina ditipu habis-habisan oleh mantan kekasihnya dan kasus itu menjadi skandal besar. Sampai sekarang, berita tentang skandal itu masih bisa ditemukan di internet.
"Peter, bisakah kamu menungguku di sebelah sana?" Rina berbicara dengan nada genit dan senyum lebar yang terlihat palsu.
Peter merengut dan berkata dengan nada kasar, "Jangan lama-lama!"
"Iya, aku akan segera ke sana!" Jawab Rina dengan ekspresi lega.
Setelah memastikan Peter sudah cukup jauh, senyum menjilat di wajah Rina langsung lenyap. Dia bersedekap dan menatap tajam Lilia. "Kalau paparazzi tahu bahwa model yang diundang mengikuti Milan Fashion Week sedang bermabuk-mabukan di sini, kamu akan langsung jadi topik viral!"