Tepat pukul 5 sore Fery menjemput Cindy dikantornya, setelah sebelumnya menelpon Cindy untuk bersiap karena ia akan berangkat mengendarai mobilnya.
"Katakan padaku kenapa kau dipanggil oleh bagian HRD tadi siang ?" Fery bertanya pada Cindy sambil matanya menatap lurus kedepan jalan.
"Teman ku ada yang sedang cuti karena orang tuanya masuk rumah sakit, jadi aku sementara menggantikan pekerjaannya". Bohong Cindy.
"Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu ?"
"Aku akan tetap memprioritaskan pekerjaan ku terlebih dahulu baru setelahnya aku mengerjakan pekerjaan lain."
"Jangan terlalu memikirkan hal yang tidak penting, aku tidak ingin kau stres lalu mengakibatkan sulit untuk mempunyai keturunan." Fery berkata sambil mencium punggung tangan Cindy.
Cindy tidak menjawab perkataan Fery. Ia hanya tersenyum mendengarnya sambil menganggukan kepalanya pelan.
Tidak lama setelahnya mobil yang mereka kendarai telah sampai dirumah baru mereka.
Setelah sampai rumah Cindy langsung masuk kedalam kamar meninggalkan Fery yang tengah bingung dengan melihat Cindy yang hanya diam sepanjang jalan menuju rumah mereka.
Cindy langsung masuk kedalam kamar mandi miliknya lalu setelahnya menyalakan shower agar tangis yang ia tahan tidak terdengar oleh Fery.
"Mengapa kau tidak menjawab telponku Ivan... Aku ingin menjelaskan semuanya kepadamu." Monolog Cindy dalam hatinya. Air matanya terus turun tanpa bisa ia cegah, semakin ia cegah maka air mata tersebut semakin mengalir dengan sendirinya.
Fery yang menyadari keanehan istrinya langsung menyusul ke kamar. Tapi sayangnya ia tidak menemukan istrinya di dalam kamar. Namun setelahnya ia mendengar shower dikamar mandi menyala.
Fery menunggu istrinya sambil duduk di tepi ranjang.
"Ada apa denganmu hari ini ? Mengapa kau lebih banyak diam ? Apa ada masalah berat sehingga kau menjadi pendiam seperti ini ? Fery bertanya dengan nada cemas sambil terus menatap Cindy.
Cindy yang terkejut melihat Fery berjalan menghampirinya langsung memeluk Fery erat.
"Aku hanya lelah karena terlalu semangat bekerja hari ini. Maka dari itu aku langsung mandi agar lelahku hilang". Cindy berkata sambil menghirup aroma tubuh Fery.
Fery yang mendapat perlakuan seperti itu makin mengeratkan pelukannya pada Cindy sambil mencium puncak kepala Cindy.
"Aku sangat mencintaimu Cindy. Kuharap kau mengerti". Fery berkata sambil mengurai pelukannya sambil memandang manik mata Cindy.
"Aku mengerti Fery. Aku juga mencintaimu". Cindy mengatakannya sambil mengeratkan pelukannya.
Tapi yang tidak Fery ketahui bahwa Cindy membayangkan pria lain.
Setelah adegan romantis tadi, pada malam harinya Fery dan Cindy makan malam bersama.
"Apa kau menyukai makan malam hari ini ?" Fery Fery berkata sambil menggenggam jemari Cindy.
"Aku sangat menyukainya. Disini sangat romantis dan makanan disini menurut orang enak-enak." Cindy berkata sambil tersenyum.
"Aku ingin kau menikmati makan malammu, karena setelah ini aku akan berusaha lagi agar segera punya Fery atau Cindy kecil". Fery berkata sambil tersenyum melihat Cindy.
"Ya... Aku tidak akan bisa menolaknya. Karena kau orang yang mesum." Cindy berkata sambil menarik jemarinya lalu mengerucutkan bibirnya.
"Aku sudah tidak sabar membuatmu hamil."
"Aku juga ingin merasakan bagaimana jika aku hamil."
Setelah keduanya menyelesaikan makan malam romantis mereka, Fery langsung tancap gas menuju kediaman mereka.
Fery menggendong Cindy ala bridal style lalu menaruhnya pelan di ranjang mereka.
Lalu keduanya hanyut dalam gairah masing-masing.
Entah berapa kali mereka melakukan hal tersebut. Hingga mereka kelelahan atas pergulatan yang menguras tenaga tersebut.
Cindy terbangun terlebih dahulu, ia ingin pergi ke toilet, namun pergerakannya membuat Fery terbangun.
"Kau mau kemana ? Apa tidak lelah ?" Fery berkata sambil mengeratkan pelukannya.
"Aku ingin ke toilet. Aku sudah menahannya sedari tadi, tapi kau tidak mau melepaskan tanganmu." Cindy berkata sambil melepas tangan Fery perlahan.
"Aku tidak akan melepaskanmu sampai kapanpun. Semakin kau berlari maka semakin aku akan terus mengejarmu sampai kau lelah dan tidak mampu untuk lari lagi." Fery berkata dengan sedikit nada ancaman.
Cindy terkejut mendengarnya, namun segera memasang wajah datar untuk menutupi keterkejutannya.
"Biarkan aku ke toilet sebentar, nanti aku kembali lagi. Kau bisa memelukku sampai besok pagi."
Lalu tanpa aba-aba Fery segera bangun dari tidurnya lalu menggendong Cindy untuk ke toilet bersama.
"Jika kita ke toilet bersama sudah bisa dipastikan aku akan keluar tidak bisa berjalan." Cindy berkata sambil mencibirkan bibirnya membuat Fery gemas dan tertawa lepas.
"Aku hanya ingin ke toilet sebentar, tapi kau malah memberikan aku ide." Fery berkata sambil berjalan mendekati Cindy dengan senyum smirknya, hingga membuat Cindy ketakutan lalu terpaksa mendorong Fery kuat agar keluar dari toilet.
Setelah Cindy menutup pintunya ia hanya bersandar di pintu sambil memejamkan mata.
"Esok aku akan mencarimu, kemanapun kau pergi aku pasti akan menemukanmu." Batin Cindy.