Pagi hari yang cerah Cindy telah rapi berpakaian untuk berangkat kerja. Cindy ingin pergi pagi-pagi untuk mencari seseorang yang sangat ia rindukan.
Cindy beralasan pada Fery bahwa ia akan menjemput temannya karena mobilnya sedang dibengkel. Cindy pamit pada Fery yang masih memejamkan mata, namun karena lelah Fery hanya mengangguk mengiyakan.
Cindy menaruh catatan kecil diatas nakas tempat tidur mereka.
"Maaf aku jalan mendahuluimu, aku ingin menjemput Dini karena mobilnya sedang berada dibengkel. Jangan lupa sarapan mu, aku sudah menyiapkan baju untuk mu. Nanti setelah aku sampai kantor akan ku beri kabar. Aku mencintaimu. Cindy"
Setelah meletakan catatan kecil Cindy langsung keluar kamar dan turun kebawah untuk memanaskan mobilnya.
Cindy nampak gusar karena orang yang ia hubungi tidak bisa. Entah karena kehabisan baterai atau memang sengaja mematikan hp nya untuk menghindari Cindy.
Cindy masih mencari ketempat-tempat yang biasa ia datangi bersama Ivan. Namun hasilnya semua nihil. Cindy tidak bisa menemukannya.
Telp Cindy berdering, ternyata Fery yang menghubunginya. Dengan menarik nafas perlahan lalu menghebuskannya Cindy mulai menggeser tombol hijau untuk menjawab.
"Apa kau sudah sampai di kantormu ? Mengapa tidak menghubungiku ?" Fery berkata dengan nada sedikit cemas.
"Aku sudah sampai beberapa menit yang lalu, karena terlalu sibuk sampai lupa untuk menghubungimu. Maafkan aku." Cindy berkata dengan sedikit manja untuk melupakan kegusarannya.
"Baiklah kalau begitu. Nanti akan aku jemput untuk makan siang. Kalau begitu aku matikan teleponnya. Aku sudah terlambat untuk meeting." Ujar Fery.
"Hhmm... Baiklah.
Lalu Cindy kembali berpikir untuk melanjutkan pencariannya agar cepat bertemu dengan Ivan.
Namun saat hendak menjalankan mobilnya dering telp Cindy kembali berbunyi.
Sesaat Cindy melirik telepon genggam yang ia taruh di kursi sebelah kemudi. Betapa terkejutnya Cindy melihat siapa yang menelponnya. Ternyata orang yang selama ini ia cari sedang menghubunginya sekarang. Dengan jantung yang berdetak kencang dan tangan yang gemetar Cindy mulai menggeser tombol hijau untuk menjawabnya.
"Kau ada dimana ? Aku sudah sampai dikantor tapi kau tidak ada dimejamu. Apa kau tidak tahu ini sudah pukul berapa ?" Terdengan suara yang berat di seberang telp.
"Aku sedang diperjalanan menuju kantor. Aku sebentar lagi sampai." Cindy berkata sambil melirik jam di tangannya ternyata sudah pukul 08.30 pagi.
"Baiklah. Aku tunggu di ruangan ku, ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu." Ivan berkata dengan nada dingin.
"Iya, aku akan langsung keruanganmu." Cindy berkata pelan. Ia sudah menyiapkan semuanya. Ia tau Ivan pasti akan sangat marah dengan apa yang sudah terjadi.
Butuh waktu 35 menit untuk Cindy sampai kantornya. Ia lalu bergegas masuk keruangan Ivan.
Tanpa mengetuk pintu Cindy langsung masuk keruangan Ivan.
Cindy terdiam sesaat sebelum masuk. Manik mata mereka bertemu. Cindy menghampiri Ivan perlahan sambil matanya berkaca-kaca. Sedang Ivan berdiri dari tempat duduknya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Masih ada waktu sebentar untuk kau menjelaskan semua ini." Ivan berkata sambil memberikan sebuah amplop coklat.
Cindy berjalan menghampiri meja Ivan sambil matanya terus memandang wajah yang selama ini ia rindukan.
Setelah ia sampai di depan meja Ivan Cindy langsung membuka amplop coklat tersebut.
"Aku akan menjelaskan semua ini. Tapi aku butuh waktu lebih banyak untuk memulainya. Cindy berkata sambil memegang foto pernikahannya dengan Fery.
Ya, ternyata isi dari amplop tersebut adalah foto pernikahan Cindy dengan Fery.
"Ceritakan saja secara garis besarnya. Jangan membuang waktu." Ivan berkata dengan wajah yang sangat sulit diartikan.
Cindy duduk di depan meja Ivan. Dengan suara bergetar menahan tangis Cindy mulai menceritakan sedikit.