Jam menunjukan pukul 07 pagi. Sebuah mobil sudah berada di halaman rumah Cindy.
Dering telepon genggam Cindy berdering membuat sang empunya membuka mata. Dengan mata yang masih terpejam Cindy menjawabnya.
"Siapa yang menelpon ku pagi-pagi" Jawab Cindy sambil mata terpejam dan suara serak khas bangun tidur.
"Apa kau tidak melihat siapa yang menelponmu ?" Seorang pria dengan suara yang berat menyapa Cindy.
"Aku tidak tahu siapa kau. Jadi jawab saja."
"Aku sudah berada di depan rumahmu, segera keluar dan sambut aku." Sang pria tidak menjawab pertanyaan Cindy.
"Hhaahhh....?"
Cindy lantas turun dari tempat tidurnya lalu bergegas keluar rumah.
Betapa terkejutnya Cindy mendapati seorang pria dengan kemeja dan celana bahannya sudah berdiri didepan halaman rumahnya sambil bersandar pada mobilnya.
"Kau... Sejak kapan kau berada dirumahku? Bahkan ini masih pagi sekali." Cindy berkata sambil berteriak membuat sang pria menutup telinga nya.
"Begitu caramu menyambut aku, heemm ?" Sang pria berkata santai.
"Aku tidak mengundangmu, jadi untuk apa aku menyambutmu.
"Ternyata kau semakin cantik bila baru bangun tidur." Sang pria menggoda Cindy.
"Aku tidak butuh gombalmu. Katakan untuk apa kau kerumahku sepagi ini ?"
"Apa kau lupa apa yang aku katakan kemarin?"
"Jadi itu semua benar ? Aku kira kau hanya bercanda." Cindy sangat terkejut mendengar ucapan sang pria.
"Aku akan serius dengan pilihanku." Sang lelaki menjawab sambil menatap Cindy tajam.
Tanpa mengucapkan apa-apa Cindy meninggalkan sang pria. Membuat sang pria mau tidak mau mengikuti Cindy.
"Hei.. Kau sangat tidak sopan kepada tamu. Aku sudah datang jauh-jauh menjemputmu tapi kau malah membuatku kecewa." Sang pria berkata sambil menarik pergelangan tangan Cindy.
"Aku tidak memintamu untuk menjemputku. Aku merasa tidak membuatmu kecewa. Jangan membuat mood ku hancur pagi-pagi." Cindy berkata sambil menarik tangannya.
"Ada apa ini pagi-pagi ? Ahh ternyata ada tamu. Cindy ajak temanmu masuk. Ibu akan pergi ke dapur." Metha terkejut mendapati seseorang kerumahnya pagi-pagi sekali.
"Terima kasih tante." Jawab sang pria.
"Duduklah dulu tante akan buat sarapan untuk kita bersama."
Cindy tidak berkata apa-apa lalu meninggalkan sang pria di ruang tamu.
Setelah 1 jam mempersiapkan dirinya untuk berangkat kerja akhirnya Cindy keluar dari kamar menemui sang pria dan ibunya yang sudah menunggu untuk sarapan bersama.
"Gimana masakan tante, nak Ivan ?" Metha bertanya pada Ivan yang sedang memakan sarapannya dengan tenang.
Ya, sang pria adalah Ivan. Dengan keseriusannya Ivan akan menjalankan niatnya untuk mendapatkan Cindy dengan caranya.
"Masakan tante enak walaupun sederhana." Ivan menjawab sambil tersenyum.
Sedangkan Cindy hanya diam saja mendengarkan percakapan antara Ivan dan ibunya.
Setelah sarapan Cindy dan Ivan pamit untuk berangkat. Cindy dan Ivan bergantian mencium punggung tangan Metha.
"Kami berangkat dulu tante."
"Aku berangkat dulu, bu." Cindy dan ivan berkata dengan serempak.
Ya. Hati-hati. Jangan pulang larut." Metha menjawab sambil tersenyum melihat kelakuan anaknya dan Ivan. Cindy dan Ivan saling pandang lalu mereka sama-sama masuk kedalam mobil.
"Anak gadis ku sudah besar. Tidak terasa sekarang sudah ada pria yang ingin menjadi kekasihnya." Monolog Metha sambil melihat mobil Ivan keluar dari halaman rumahnya.
Di dalam mobil tidak ada percakapan antara Ivan dan Cindy.
"Kenapa kau repot-repot menjemputku, padahal jika kau ke rumahku akan melewati kantor terlebih dahulu." Cindy bertanya pada Ivan tanpa menoleh.
Tak ada jawaban dari Ivan membuat Cindy merasa jengkel karena diabaikan.
"Untuk apa ia menjemputku jika aku hanya akan diabaikan." Batin Cindy.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan 45 menit sampailah mereka dikantor.
"Kau turun disini tidak apa-apa kan ?" Ivan berkata pada Cindy tanpa menoleh.
"Hhaaahhh...?"
Lalu Ivan menoleh pada Cindy.
"Kau bisa turun sekarang. Lalu jalan masuk ke kantor."
"Kau menyebalkan." Cindy berkata sambil membuka pintu mobil lalu menutupnya dengan kencang.
"Dasar pria aneh, untuk apa ia repot-repot menjemputku lalu menurunkan aku disini." Batin Cindy.
Cindy berjalan tergesa-gesa. Lalu ad sebuah mobil melewatinya. Cindy menoleh pada sang empunya mobil sambil menatap dengan tatapan permusuhan.
"Lihat saja nanti. Aku akan membuat perhitungan. Jika aku dijemput lagi aku tidak akan mau. Lebih baik aku naik motor." Monolog Cindy.
Mereka masuk kedalam kantor bersamaan. Namun mereka seolah tidak saling kenal. Mereka berjalan seolah tidak mengenal satu sama lain. Sungguh aneh.
"Pagi mbak Cindy, Pak Ivan." Sang receptionis berkata sambil tersenyum.
"Pagi" Jawab Cindy
"Hemm" Jawaban Ivan
Merka jawab dengan serempak untuk kedua kalinya.
Setelah itu mereka langsung keruangan mereka masing-masing.
"Cindy, mengapa muka mu terlihat kesal? Apa ada yang mengganggu mu ? Tanya teman Cindy Rian.
"Ya, ada yang membuat mood ku rusak, tadi pagi-pagi sekali ada yang mengganggu ku." Cindy menjawab sambil menghela nafas.
"Siapa yang mengganggumu? Tanya Rian lagi.
"Itu tidak begitu penting." Jawab Cindy.
"Hei.. Nanti siang semua karyawan kantor di ajak makan siang dengan bos besar, katanya akan diadakan soft opening untuk restoran terbaru." Riska berkata pada teman-temannya.
"Yeay.. Berarti aku akan irit untuk pengeluaran makan siang hari ini" Jawab rekan kerja Cindy Rian. Dan yang lain mengiyakan sambil tertawa lalu mereka melanjutkan pekerjaan masing-masing.
Jam telah menunjukan pukul 11.50. Semua karyawan menghentikan pekerjaannya untuk menghadiri soft opening restaurant yang akan dibuka.
Restaurant yang di tuju ternyata tidak jauh dari kantor, hanya 15 menit.
Semua karyawan hadir. Mereka saling menempati tempat duduk yang tersedia. Tidak lama kemudian semua makanan tersedia di meja. Setelah berdoa semua karyawan menyantap makanan sambil mengobrol santai.
Mata Cindy menangkap sosok yang ia kenal sekaligus ia benci.
"Kenapa ia sangat dekat dengan bos besar ?" Monolog Cindy sambil menatap Ivan.
"Cindy kenapa kau tidak makan? Apa makanannya tidak enak menurut lidahmu ?" Tanya Rian.
"Ahhh.. Masakannya enak kok" Jawab Cindy sambil tersenyum.
"Kau tahu tidak kenapa pak Ivan dekat dengan bis besar?" Tanya Cindy pada Rian sambil berbisik.
"Kau tidak tahu ? Pak Ivan itu keponakan bos besar. Ibu dari pak Ivan adalah kakak daru bos kita." Jawab Rian sambil berbisik juga.
Cindy hanya ber oh ria lalu melanjutkan makannya.
Di tempat lain diam-diam Ivan pun memperhatikan Cindy yang sedang asik makan sambil mengobrol dengan rekan kerjanya yang lain.
"Kau sungguh manis saat tersenyum" Batin Ivan sambil melihat Cindy yang sedang tersenyum.
Tanpa Cindy ketahui ternyata ada yang sedang memperhatikannya dari jauh.
Seorang pria yang tidak lain adalah partner kerja dari bos nya sendiri.
"Siapa gadis itu. Ia sangat manis dan menarik perhatian" Batin seorang pria tersebut.