Setelah menempuh kurang lebih 1 jam sampailah mereka di rumah Cindy. Rumah sederhana, hanya ada ibu Cindy, sedangkan ayahnya sedang bekerja diluar kota.
"Rumahmu sangat bagus. Aku suka." Gumam Ivan sambil melihat sekeliling rumah Cindy.
"Ini ibuku yang mengurus semuanya." Cindy berkata sambil melangkah masuk kedalam rumah.
"Ibu, aku pulang." Teriak Cindy dari pintu depan rumahnya.
"Ibu ada di dapur, sedang menyiapkan makan malam". Jawab Metha ibu Cindy.
"Silahkan duduk. Aku tinggal dulu kedalam." Cindy berkata sambil tersenyum kemudian masuk ke kamarnya.
Ivan yang kagum dengan rumah sederhana milik Cindy berkeliling melihat-lihat foto yang terpajang di ruang tamu. Sambil sesekali tersenyum memandangi foto masa kecil Cindy.
"Maaf, Kamu siapa?" Ibu Cindy datang dari dapur dengan tatapan yang bingung.
"Saya Ivan. Teman satu kantor Cindy." Ivan berkata sambil mencium punggung tangan Metha.
"Maaf, saya tidak tahu. Cindy tidak berkata apa-apa. Mungkin dia lupa." Jawab ibu Cindy sambil tersenyum ramah.
"Kalau begitu tunggu sebentar, saya buatkan minum." Ujar Metha.
"Terima kasih tante." Ivan berkata sambik tersenyum.
"Maaf lama, aku berganti pakaian sambil mencuci muka ku." Cindy berkata sambil tersenyum.
"Tidak apa-apa. Aku memaklumi." Ujar Ivan.
Metha datang dengan 2 gelas teh dan juga camilan.
"Cindy, apa kau lupa datang dengan seorang teman tapi tidak memberitahu ibu." Metha berkata sambil melirik Cindy.
"Aku lupa bu, tadi aku buru-buru." Jawab Cindy sambil tertawa
"Lain kali kau bilang dulu pada ibu. Ibu tadi sangat terkejut." Ujar Metha.
"Hhmmm." Jawab Cindy sambil mengunyah camilannya.
"Ya sudah kalau begitu ibu tinggal dulu, ibu mau melanjutkan pekerjaan ibu di dapur." Lalu Metha pergi meninggalkan Cindy dan Ivan.
Sepeninggal Metha hanya keheningan yang ada di antara Cindy dan Ivan. Cindy memakan camilannya sambil sesekali melirik Ivan yang betah diam.
"Apa kau ada pertanyaan untuk ku? Dari tadi ku perhatikan kau hanya melirik ku saja". Ujar Ivan sambil minum tehnya.
"Hhahhh...?"
"Aku sadar dari tadi kau melirik ku. Jika ada yang ingin ditanyakan, tanyakan saja. Jika ada jawabannya akan aku jawab".
"Apa kau cenayang ?"
"Tidak."
"Lalu kenapa kau tahu isi kepalaku?"
"Karena matamu yang berbicara". Ivan berkata sambil memandang wajah Cindy.
Cindy yang salah tingkah langsung membenarkan posisi duduknya.
"Apa kau serius dengan perkataanmu di mobil tadi?". Cindy berkata sambil memandang wajah Ivan dari samping.
Terdengar helaan nafas dari Ivan.
"Aku serius."
Flashback
Cindy masuk kedalam mobil ivan dengan perasaan yang campur aduk.
"Boleh kita jalan sekarang?". Tanya Cindy dengan ragu-ragu.
Tanpa jawaban dari Ivan, ia lantas melajukan mobilnya.
Tak ada percakapan diantara mereka. Hingga akhirnya Cindy yang memulai percakapan.
"Apa kau tahu rumahku?". Tanya Cindy sambil matanya lurus kedepan tanpa menoleh Ivan.
"Hhmmm". Gumam Ivan.
"Dari mana kau tahu?". Tanya Cindy sambil menolehkan mukanya.
"Kemarin aku baca sedikit tentangmu." Jawab Ivan sambil terus matanya menatap jalan.
"Kau melihat semuanya atau hanya sebagian?".
"Kau mau aku jawab jujur atau bohong?."
"Aku mau kau jawab jujur."
"Aku melihat semuanya. Dan aku suka tulisan tanganmu, sangat rapi."
Cindy tidak melanjutkan pertanyaannya lagi. Karena ia sedang dalam mood yang jelek setelah mendengar jawaban Ivan.
"Aku hanya ingin memberi tahu mu sesuatu. Kuharap kau tidak terkejut dan menerimanya dengan senang hati." Ivan berkata sambil menoleh sebentar pada Cindy.
"Apa?". Cindy menjawab dengan malas.
"Aku bukan pria romantis. Jika aku menyukai seorang gadis aku akan lebih baik bertindak dari pada merayu. Jadi aku harap kau tidak dekat dengan pria manapun selain aku. Karena aku tidak suka berbagi." Ivan berkata tanpa menolehkan kepalanya.
"Apa maksudmu?." Cindy yang terkejut dengan pernyataan Ivan berkata sambil berteriak
"Kau sangat pintar, tentu mengerti maksudku tanpa aku jelaskan."
"Aku baru mengenalmu hari ini. Tapi kau sudah seenaknya.Aku akan bertindak sesuka hatiku. Aku tidak mau." Jawab Cindy sambil menolehkan mukanya ke arah jendela.
"Jika kau punya kekasih, putuskan dia." Ivan berkata dengan sangat datar.
"Jika kau diam berarti kau setuju."
Cindy menyandarkan kepalanya sambil menutup mata.Ia memang menyukai Ivan. Tapi Cindy tidak tahu jika jadinya akan seperti ini.
Cindy merasa perjalanan pulangnya kali ini amat sangat lama. ditambah dengan jalanan yang memang sedang macet.
Flashback Off
"Cindy ajak temanmu makan malam bersama. Ibu sudah selesai masak." Metha berkata sambil menata meja makan.
"Tidak usah bu, Ivan sudah ingin pulang."
"Bolehkan aku makan dulu disini baru pulang. Jalanan macet, aku takut kelaparan dijalan." Ivan berkata sambil berjalan menghampiri Metha di meja makan.
Cindy yang terkejut atas jawaban Ivan hanya diam sambil menghela nafas.
mereka makan dalam diam. Hanya sesekali Metha yang bertanya pada Ivan.
Setelah makan malam selesai Cindy mengantar Ivan kedepan rumah untuk pulang.
"Mulai besok aku akan menjemputmu dan mengantarkanmu pulang. Kau tidak usah mengendarai motormu itu. Tidak bagus jika kau naik motor terus." Ivan berkata sambil masuk kedalam mobilnya.
"Haahhh...?".
"Kenapa kau sekarang lambat dalam berpikir ? Apa perkataanku kurang jelas? Ivan berkata sambil memandang jengkel pada Cindy.
"Aku tidak mau." Lantas Cindy meninggalkan Ivan dengan menutup pintu rumahnya dengan keras.
"Memangnya apa hubunganku dengan dia, seenaknya saja dia mengurungku." Batin Cindy sambil melangkah masuk kedalam kamarnya.