Chereads / Satu nama di hati / Chapter 5 - Bab 4

Chapter 5 - Bab 4

Sudah satu minggu lebih Cindy cuti dari pekerjaannya, sebenarnya Cindy sudah sangat ingin masuk kerja tapi Fery melarangnya dengan alasan belum cukup waktu untuk bulan madu.

"Kau tak usah bekerja lagi hari ini, aku ingin kau dirumah menyambutku saat aku pulang kerja sore nanti". Dengan memeluk Cindy dari belakang, Fery mencium rambut Cindy.

"Waktu cuti ku sudah habis dari dua hari yang lalu, tapi kau memaksa untuk meminta waktu cuti tambahan. Apa masih kurang ,huuh ? Lagi pula jika aku dirumah menunggumu pulang kerja aku merasa bosan dirumah tidak melakukan apapun. Cindy berkata sambil mengerucutkan bibirnya.

"Baiklah aku mengalah kali ini, tapi jika kau benar-benar sudah hamil nanti akan aku pastikan kau berhenti bekerja. Fery berkata sambil mencuri ciuman di bibir Cindy.

"Cepat pakai baju kerjamu setelah itu kita sarapan bersama di bawah, Bi Eni telah membuat sarapan untuk kita". Cindy berkata sambil keluar dari kamar.

Mobil Fery berjalan dengan kecepatan sedang membelah jalan raya yang padat untuk mengantar Cindy ketempat kerjanya.

"Nanti akan aku jemput jam 5 sore, Jangan lembur untuk hari ini. Setelah berkata itu Fery mencium kening Cindy.

"Kita lihat saja nanti, aku akan lembur atau tidak." Cindy berkata sambil tersenyum setelah mendapat ciuman dikeningnya.

Setelah Cindy memasuki kantornya langsung di sambut oleh rekan kerjanya di bagian receptionis

"Cindy dengan senyumannya membalas sapaan rekan-rekan kerjanya".

Setelah Cindy sampai di meja kerjanya langsung menelpon seseorang yang sangat ia rindukan selama satu minggu lebih ini. Tetapi sayang tidak ada jawaban dari sang pemilik telepon itu.

Cindy merasa sedih karena sudah sangat merindukan pemuda tampan itu.

tanpa berbasa basi ia segera menuju pantry untuk bertanya ke seorang office boy.

"Pak Andy apa bagian purchasing sudah masuk semua ?" Cindy bertanya dengan nada cemas.

"Hanya ada Pak Sumantri dimejanya, Pak Ivan belum masuk hari ini.

"Memangnya kemana pak Ivan ?" Cindy bertanya sambil memperhatikan Pak Andy yang sedang membuat kopi.

"Memangnya Mbak Cindy gaa tau kalo mami Pak Ivan masuk rumah sakit ?"

Cindy merahasiakan dari semua rekan kerja dikantornya tentang pernikahannya sendiri.

Cindy membalakan matanya karena terkejut

"Maminya Pak Ivan sakit apa pak ? Lau dirumah sakit mana dirawatnya ? Sudah berapa hari ? Cindy berkata sambil menetralkan detak jantungnya karena terlalu terkejut atas berita yang ia dengar hari ini.

Baru Pak Andy ingin menjawab tetapi dering hp Cindy yang berdering jadi ia mengurungkan niatnya untuk menjawab.

Cindy mengambil hp nya yang ia taro di saku celananya lalu melihat siapa yang menelpon.

Ternyata Fery yang menelpon, dengan perlahan ia menggeser tombol hijau sambil menjauh dari Pak Andy agar tidak mendengar percakapan Cindy dengan Fery.

"Aku sudah sampai dikantor, kau sedang apa, kenapa tidak menjawab pesan ku ?" Fery berkata dengan nada yang sedikit khawatir karena tidak biasanya Cindy mengabaikan pesannya.

"Aku sedang dibagian HRD tadi, aku sedang mengurus ijinku yang lebih dari seharusnya. Bohong Cindy pada Fery.

"Baiklah kalau begitu, jangan lupa nanti makan siang bersamaku di tempat biasa, aku akan menjemputmu". Fery berkata sambil tersenyum.

"Biarlah hari ini aku makan siang dengan teman-temanku. Sudah lama aku tidak makan bersama mereka." Cindy berkata sambil berharap cemas untuk mendapatkan persetujuan suaminya.

Fery menghela nafas pelan lalu menjawabnya

"Baiklah aku beri ijin kau kali ini makan siang dengan temanmu, tapi nanti kau harus memberi kabar kepadaku dengan siapa saja kau makan bersama."

"Ia suamiku yan posesif, aku akan memberikan kabar kepadamu apapun yang aku lakukan." Cindy menjawab sambil memutar bola matanya malas.

"Baiklah kalau begitu aku tutup dulu telponnya. Fery berkata sambil tersenyum atas jawaban istrinya.

Setelah keduanya menutup telp masing-masing Cindy kembali ke pantry mencari Pak Andy untuk bertanya hal yang tertunda tadi, tapi sayangnya Pak Andy sudah tidak ada.

Dengan cemas Cindy kembali ke mejanya lalu kembali menelpon orang yang sedang ia cari-cari. Namun tidak juga mendapat jawaban dari sang pemilik telp, sehingga Cindy semakin cemas.

Sebelum makan siang dengan rekan kerja dikantornya Cindy menelpon Fery untuk memberi kabar.

"Aku makan siang dengan rekan kerjaku dan semua wanita tidak ada pria." Cindy menelpon Fery sambil mengerucutkan bibirnya, walaupun Fery tidak bisa melihatnya.

"Bagus, aku suka dengan kau yang penurut seperti itu." Fery berkata sambil menatap foto Cindy yang ada di meja kerjanya.

"Ya aku tahu kau lelaki seperti apa, maka dari itu aku jujur dengan semua yang aku lakukan. Sudah aku matikan tlpnya aku mau pergi dulu mkan siang.

"Fery tersenyum sambil mematikan sambungan telponnya.

Cindy tidak menceritakan jika ia akan menjenguk seseorang pada Fery, karena jika ia menceritakannya sudah dipastikan ia tidak akan mendapat ijin.

Setelah makan siang dengan teman-temannya Cindy mengabarkan akan segera pulang ke kantornya, namun ternyata tidak. Cindy hendak kerumah sakit dimana orang tua salah seorang rekannya dirawat.

"Kau dimana sayang ?" Fery menelpon Cindy dengan nada manja.

"Aku baru sampai dikantor dan sekarang sedang turun kebawah karena aku ingin keruangan HRD" Bohong Cindy.

"Apa kau melakukan kesalahan ?"

" Entahlah, akupun juga tidak tahu. Baiklah nanti akan aku ceritakan setelah aku selesai."

"Oke. Aku tunggu telpon mu." Fery lalu mematikan sambungan telponnya dan melanjutkan pekerjaannya.

Semua rekan kerja Cindy sudah berada di dalam ruang rawat mami dari Ivan, hanya Cindy yang belum masuk karena ia menerima telpon dari Fery.

Cindy jalan perlahan menuju ruang rawat seseorang.

Jantungnya berdetak sangat kencang karena sebentar lagi ia akan bertemu dengan Ivan, orang yang sangat ia rindukan.

Tetapi Cindy harus menerima kekecewaan sebab orang yang sedang ingin ia temui tidak ada karena sedang pulang kerumahnya mengambil keperluan ibunya, hanya ada kaka Ivan disana.

Cindy masuk dengan perlahan dengan senyum yang dipaksa.

"Ivan..... Aku sangat merindukanmu.."

Lirih Cindy dalam batinnya.