Chereads / D I L E M A / Chapter 59 - Cuci Otak

Chapter 59 - Cuci Otak

Pagi hari yang cerah itu Rey ditinggal seorang diri sebab Syifa sedang pergi ke rumah Ibunya bersama Axelle. Sebenarnya bocah kecil tersebut telah merengek minta ikut akan tetapi wanita itu bisa membujuk.

Bibir Rey mengerucut sebal memikirkan alasan Ibu angkatnya lalu menghembuskan napas. "Loh kok cucu Nenek kesal begitu?"

"Sebal Bunda pelgi tidak ajak Ley padahal Ley kangen juga sama Nenek dan Om sama Tante," tutur Rey.

"Tapi Bunda belum pernah ke sana sementara Rey sudah datang diajak sama Ayah dan Tante Tiara." Nasehat sang Nenek tak serta merta membuat Rey tenang malah cemberut makin terlihat jelas.

"Bagaimana kalau nanti kita pergi ke rumah nenek Rey?" Rey spontan menggeleng.

"Mau sama Bunda," tukasnya.

"Iya begitu maksud Nenek nanti kalau Ayah dan Bunda datang kapan-kapan kita ke sana satu keluarga bareng Nenek dan Kakek juga." Lantas Rey menoleh.

"Kenapa?" Tampak raut wajah bocah itu bingung.

"Buat silaturahmi sekalian kenal calon besan," perkataan Ibu Axelle makin membuat Rey tak mengerti.

"Besan? Apa itu?"

Kedua orang tua itu menoleh lalu tersenyum. "Besan itu hubungan dari dua buah keluarga yang menyatukan anak mereka dalam pernikahan,"

"Semacam Ayah dan Bunda menikah maka Nenek dan Kakek akan jadi besannya Nenek Rey yang ada di sana." Sepasang mata Rey membulat.

"Bunda sama Ayah mau menikah?" Senyum dari mereka makin melebar tanda membenarkan.

"Kenapa meleka tak bilang sama Ley?!" protes anak kecil itu seraya mengerucutkan bibir.

"Mungkin saja ingin membuat sebuah kejutan," balas Ibu Axelle penuh percaya diri.

"Tapi Ayah itu tidak suka sama Bunda, dia suka sama Tante Tiala," ungkap Rey setelah mengingat betapa dekatnya sang Ayah kandung bersama Tante.

"Tidak mungkin soalnya Nenek dan Kakek lihat sendiri kalau Ayah beri Bundamu cincin," Rey terdiam. Ekspresinya tampak lesu.

"Muka Rey kok begitu?" Anak kecil itu membenarkan tanpa ragu.

"Kenapa Ley nggak dikasih tahu, kan Ley anaknya Ayah dan Bunda? Ini juga bukan halapan Ley," lirih Rey.

"Ayah suka sama Tante Tiala jadi Ley pengen Ayah sama Tante lalu Bunda bisa dapat laki-laki yang sayang banget sama Bunda dan Ley mau Paman Hali yang jadi Ayah Ley," lanjut anak kecil itu.

"Paman Hali?"

"Iya Paman Hali, teman dekatnya Bunda di Malaysia," balas Rey cepat. Keduanya melihat satu sama lain, kehadiran dari Hali bisa menjadi penghalang rencana mereka untuk menjodohkan Axelle dengan Syifa.

"Rey kenapa berpikiran seperti itu? Tak senang kalau Ayah dan Bunda menikah lalu akhirnya keluarga Rey lengkap," hasut Ayah Axelle.

"Ley senang kok tapi Ley sudah janji, bukan hanya Ley yang bahagia tapi Bunda juga halus bahagia," lugas Rey tenang.

"Tapi Rey, Nenek dan Kakek tidak bohong Ayahmu memang memberikan cincin lamaran untuk Bunda. Kalau kau tak percaya perhatikan saja tingkah mereka berdua ketika bersama." Tampak kesangsian dari raut wajah manis sang cucu yang lalu melirik pada Kakeknya.

Sebuah anggukan dilakukan oleh pria tua itu dan dengan polosnya Rey mengiyakan. Jika benar perkataan mereka maka sudah jelas jawaban yang akan diambil.

Dari siang Rey terus menunggu kedatangan Syifa dan Axelle seraya menatap gerbang pintu. Dia sedang duduk di teras yang luas sambil menggenggam ponsel pintar. Entah apa yang dilakukan dengan benda itu tapi Rey selalu memegang benda pipih tersebut.

Suara klakson mobil yang sangat dikenal menyita perhatian Rey. Langsung dia berdiri dan tak berapa lama mobil terparkir di depannya. Sepasang mata si bocah kecil langsung tertuju ke arah Syifa dan Axelle.

Senyuman tampak dari wajah mereka berdua selagi berbincang-bincang. Perhatian langsung tersita tatkala melihat Rey sedang di tempat itu.

"Rey sedang apa di sini?" tanya Syifa.

"Tunggu Bunda sama Ayah, kok lama sekali? Katanya cuma belkunjung sebental?" protes Rey sebal.

Syifa lantas menepuk kepala anak angkatnya itu. "Maaf sayang soalnya kami sedang membicarakan hal yang penting makanya jadi lupa waktu," Syifa memberi alasan.

"Membicalakan hal penting apa?" Baik Axelle mau pun Syifa, mereka beradu pandang dan tertawa.

"Ada nanti Rey juga tahu. Sudah makan belum? Bunda lapar mau temani Bunda makan?" Tidak ada alasan Rey menolak ajakan Syifa dan mereka lalu masuk.

Ketimbang Syifa, Rey bisa melihat bahwa Ayahnya jauh lebih bahagia entah apa sebabnya tapi dia mengerti satu hal. Ekspresi yang diperlihatkan Axelle hanya untuk Tante Tiara jadi mungkin saja hari ini pria itu bertemu dengan Bibi angkatnya.

"Bunda Ayah kok gitu? Senyum tak jelas," bisik Rey pada Syifa. Hal ini tentu saja mengundang tawa geli wanita berusia 20 tahunan tersebut.

"Biasa lagi senangnya nanti kalau ada waktu Bunda akan ceritain semuanya sama Rey," balas Syifa masih dengan senyuman yang sama.

Usai makan siang wanita itu bergegas mengumpulkan semua piring kotor agar dicuci tapi di hari itu tak biasanya Axelle membantu. Mulai dari menyusun, mengangkat dan mendapat bagian mengelap piring hingga kering.

Semua hal tersebut dilakukan mereka berdua. Kadang-kadang keduanya tertawa sebab melakukan hal lucu seperti menyentuh lengan atau pipi padahal tangan masih penuh dengan sabun atau saling menyikut.

Rey beserta dua orang lainnya yaitu Ayah dan Ibu Axelle melihat betapa senang kedua orang dewasa tersebut bermain dalam kegiatan mereka. Jujur mereka terlihat begitu serasi. "Bagaimana, Rey sudah melihat sendiri? Ayah dan Bundamu saling mencintai!" tekan Ibu Axelle berharap dia mendapat kepercayaan dari cucunya sendiri.

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!