Syifa menghentikan langkah dan memandang Ibunya yang mengikuti dari belakang. "Di mana Tiara Ibu? Apa dia ada di tempat kerjanya?" tanya wanita itu tersirat nada khawatir di dalam nada.
"Dia ada di halaman belakang, dari tadi Tiara sudah pergi tapi kembali lagi saat Ayah dan Ibu Axelle datang. Tiara sedih ketika tahu kalau lamaran itu untukmu," kata Ibu memberitahu.
Dengan langkah tergesa-gesa Syifa menuju halaman belakang dan di sana ia menemukan saudara kembarnya menangis. Tiara langsung mengesat kasar air mata di pipi mencoba untuk tersenyum meski kecut.
"Kapan kau datang?"
"Baru dari tadi, kau baik-baik saja?" Syifa bertanya.
"Apa maksudmu? Aku baik-baik saja," bohong Tiara.
"Jangan seperti itu! Aku tahu kau sedang kecewa sebab lamarannya datang untukku bukan untuk kamu." Tiara menggelengkan kepala.
"Ya mungkin tapi setelah aku berpikir apa yang dikatakan oleh orang tuanya Axelle itu benar. Kalau kau menikah dengan Axelle, kalian akan terus bersama dengan Rey."
"Kau salah! Aku mana mungkin menikah dengan Axelle. Kami hanya teman dan kau juga pasti tahu perasaan dia. Orang yang dia cintai itu kamu bukan aku!" tekan Syifa.
"Syifa ...."
"Aku tidak mungkin juga memaksa perasaan Axelle, jangan bersedih kalau perlu aku akan bicara kepada mereka." Syifa berniat melangkah akan tetapi Tiara segera menggenggam lengan dari Ibu angkat Rey itu.
Sorot matanya masih memperlihatkan kesedihan. "Kau selalu seperti ini, memprioritaskan orang lain ketimbang diri sendiri padahal kau selalu disakiti. Apa kau tidak pernah bisa egois sesekali?"
Syifa termenung sesaat, menimbang pertanyaan dari Tiara yang kemudian dia balas dengan menggeleng. "Aku tak bisa melihat orang lain di sekitarku ya mungkin kebiasaan karena sedari kecil. Sudahlah jangan pikirkan hal itu, aku tidak akan lama."
Langkah Syifa menjadi cepat dan tegas namun begitu ketika hampir memasuki ruang tamu, wanita itu berhenti sejenak. Mengatur napas sebentar agar emosi tak menguasai dirinya barulah dia muncul dihadapan orang tua Axelle.
"Syifa kemarilah," panggil Gael. Wanita itu menurut dan duduk di depan mereka.
"Syifa kami minta maaf karena ribut di rumah orang tuamu. Sungguh kami tak bermaksud melakukan hal itu," lanjut Gael disertai tatapan bersalah.
"Tidak apa Paman saya mengerti, ini hanya kesalahpahaman sementara dan saya harap juga lamaran yang Paman bawa untuk adik saya," balas Syifa. Nada terkesan pelan agar pasangan paruh baya itu tidak merasa tersinggung.
Tapi ekspresi mereka jelas menyiratkan sebuah kejanggalan. "Tapi Syifa kami hanya ingin kamu saja yang menantu dan juga istri Axelle, kalau kau dan Axelle jadi suami istri Rey akan mendapat keluarga yang lebih sempurna,"
"Tetap saja Bibi saya tak mau menerima lamaran ini. Axelle dan adik saya sudah saling cinta, mereka berdua juga sama-sama serius mau melanjutkan ke jenjang pernikahan. Sebagai seorang kakak, saya tidak mau mengganggu kebahagiaan mereka berdua hanya karena saya ibunya Rey," Syifa menerangkan.
"Tidak Syifa tolong pikirkan secara matang-matang keputusanmu setidaknya coba pikir tentang perasaan Rey, dia masih kecil membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya," bujuk Gael lembut.
Syifa tampak kalut sesaat dan kembali membalas, " baiklah Paman, tapi pikirkan juga usulan saya. Tiara wanita baik dan saya yakin dia bisa menjadi istri sekaligus ibu sambung yang baik buat Rey,"
Percakapan mereka kemudian berakhir dengan pamitnya dua orang tua Axelle. Syifa pun hendak kembali ingin menghampiri Tiara dan Rey namun suara langkah kaki membuat dia menoleh ke arah pintu.
Tampaklah Axelle dengan wajah lesu sekalian ujung bibirnya terluka. Ada noda kebiruan di salah satu pipi pria berdarah blasteran itu. "Axelle, wajahmu kenapa bisa—"
Axelle tidak mengatakan apa pun, tatapan matanya mengatakan jika dia tak ingin bicara tentang hal tersebut. "Di mana Tiara?"
"Ada di belakang, coba kau hibur dia." Keduanya kemudian berjalan menuju halaman belakang melewati dapur.
Tiara dan Rey terkejut mendapati Axelle babak belur mereka juga bereaksi sama dengan Syifa tapi kali ini Axelle menginginkan agar dia berbicara berdua saja dengan Tiara.
Syifa cuma bisa mengamati dalam diam melalui jendela dapur untuk melihat interaksi adiknya serta Axelle. Tidak ada yang bisa didengar selain tingkah mereka. "Bunda, apa kita akan pulang ke lumah nenek dan kakek?" tanya Rey.
Pertanyaannya jelas membuat Syifa mengalihkan perhatian. "Kita menginap di sini dulu ya, Bunda mau bicara sama Tante juga Nenek," Syifa menjawab dan tidak ada protes dari Rey yang kini berjalan keluar.
"Syifa kau sudah makan?" tanya Nani.
"Belum Ibu,"
"Mau makan buah?" Syifa mengangguk. Nani lalu mengambil beberapa buah dari kulkas dan mulai memotongnya untuk dijadikan cemilan.
"Wah tumben Ibu beli banyak buah," ujar wanita itu.
"Hah? Oh bukan, ini diberi sama temanmu Ibu belum menceritakannya ya sama kamu?" dengan raut wajah bingung Syifa menggelengkan kepala.
"Itu loh pas kamu dan Axelle pulang, temanmu datang dan bawa hadiah, buat Ibu sama adik-adik kamu," tutur Nani.
"Apa Ibu tahu siapa namanya?" selidik Syifa.
"Mm, kalau tak salah namanya Hali. Katanya dia temanmu dari Malaysia,"
"Apa dia memberitahu Ibu di mana dia tinggal?" Syifa mendesak.
"Ya, tapi Ibu tak tahu nama hotelnya apa yang jelas hotel dekat dari sini." lantas Syifa bergegas meninggalkan Ibunya sendiri. Tak lupa ia menitipkan Rey juga mengganti pakaiannya.
Kemudian setelahnya mencoba menelepon nomor Hali
❤❤❤❤
See you in the next part!! Bye!!