Chereads / D I L E M A / Chapter 64 - Maaf

Chapter 64 - Maaf

"Kita mau ke mana sekarang?" tanya Hali kepada Syifa begitu keluar dari restoran. Wanita itu tengah sibuk dengan ponsel.

"Oh kita lewat di sini yuk," ajak Syifa. Dia tidak menunggu balasan dari si bos.

"Tapi Syifa bukannya hotel lewat jalan sebaliknya?" tanya Hali.

"Aku juga tahu itu. Kita ke apotek dulu untuk obati lukamu." Hali diam seraya mengikuti ke mana wanita itu pergi.

Setibanya hanya Syifa yang masuk untuk bertanya. Tak lupa dia meminta uang dan selang beberapa menit kemudian, ia kembali menghampiri Hali.

Obat tetes luka, kapas serta plester berada di plastik bungkusan hitam yang dibawa oleh sekretarisnya. Mereka pun kembali ke hotel Intan Permai. Syifa memberikan semau itu kepada Hali sambil meminta merawat luka.

"Kalau begitu aku pergi dulu ya nanti kalau sudah ada undangan aku kirimkan," pamit Syifa.

"Iya, pasti aku datang," Hali membalas. Syifa kemudian memutar tubuh ingin pergi dari tempat itu.

"Syifa," panggil sang bos secara mendadak. Lantas wanita itu berpaling ke arah Hali yang tengah tersenyum.

"Terima kasih ya dan hati-hati di jalan." ucapan Hali sangatlah tulus tapi hati Syifa terlanjur patah. Dia hanya menjawab dengan gumaman singkat lalu kembali berjalan pergi.

Sampai di rumah Syifa langsung menuju kamar dan membaringkan diri, rasanya sangat lelah bahkan dia tak menyapa orang-orang rumah.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi keluarganya termasuk Rey sendiri. Segera anak kecil itu berjalan masuk ke dalam kamar dan duduk di sebelah Syifa yang kini memejamkan mata.

"Bunda," panggil Rey lembut.

"Bunda kenapa? Lagi sakit?" tanya anak itu lagi begitu Syifa menatapnya.

"Nggak sayang cuma kecapean mungkin dengan istirahat bisa baikan," tutur Syifa pelan. Rey cuma diam sembari memandang sendu.

Dia membaringkan diri lalu melingkarkan lengan kecilnya untuk memeluk wanita yang telah membesarkan dia selama beberapa tahun.

Syifa menyadari hal itu dan menarik Rey ke dalam pelukan. "Kenapa rasanya lebih sakit ketimbang Jessica pergi?" gumam wanita itu lirih.

"Bunda lindu sama Bunda Jessica?" tanya Rey.

"Yah," Syifa menjawab pelan.

"Andai saja Bundamu tidak pergi, Bunda tidak akan terjebak masalah dengan Ayahmu dan kita bertiga bisa jadi keluarga kalau pun ada masalah, Bunda tidak akan terlibat lebih jauh seperti sekarang." lanjutnya.

"Bunda tidul ya, katanya Bunda lelah," Rey mengingatkan. Syifa berpaling ke arah anak kecil itu dan makin mengeratkan pelukan.

"Rey anak yang baik. Bunda bersyukur punya anak pintar seperti Rey."

"Ley juga bahagia punya Bunda seperti Bunda Syifa," sahut Rey sekalian membalas pelukan sang Bunda angkat.

❤❤❤❤

Keesokan pagi seperti yang dikatakan oleh Syifa pada Rey, dia dapat tersenyum dan bercengkrama dengan keluarganya. Semua itu agar tidak ada yang tahu tentang sedihnya.

Jika seorang bertanya maka wanita itu akan menjawab dengan lugas kalau dirinya sedang kelelahan hingga siang menjelang tidak ada satu pun yang bertanya membuat Syifa lega.

Mendadak sebuah panggilan masuk lalu diterima olehnya. Masih memasang senyum palsu Syifa menyapa. "Halo,"

"Halo Syifa." Tubuh Syifa mematung mendengar suara Hali. Dia tak bisa menyembunyikan perasaan gusarnya ketika mendengar suara seseorang yang membuat ia patah hati.

"Oh Hali, ada apa?" tanya Syifa canggung.

"Aku mau pamit sama kamu, karena urusanku sudah selesai maka aku hari ini pulang. Oh iya tolong jangan lupa kirim surat undangan nanti aku akan datang ke pesta pernikahan Axelle," sahut Hali.

"Tentu saja aku akan mengirimnya, hati-hati di jalan." Sesudah itu Hali menutup telepon ketika membalas dengan bergumam. Syifa menghembuskan napas berat. Dari tadi napasnya tercekat dan tak yakin jika suaranya terdengar baik-baik saja.

Beruntung dia bisa mengendalikan diri. Ponsel Syifa berbunyi sekali lagi tapi bukan Hali melainkan orang tua Axelle.

"Halo Bibi," sapa Syifa.

"Kau ada di mana Syifa? kita perlu bicara. Bisa tidak kau ke rumah?" Setelah percakapan singkat dengan Ibunya Axelle, Syifa bergegas ke tempat yang dituju.

Sengaja dirinya tak memberitahu keluarga biarlah ia mengatasi masalah ini sendiri.

Tibalah Syifa di kediaman Poldi dan di ruang tamu Abigail serta Gael terlihat cemas. "Bibi, Paman. Kenapa kalian terlihat gelisah seperti itu?"

"Soal Axelle ... semalaman dia tak pulang. Di telpon tidak pernah angkat, kau tahu di mana dia?" tanya Abigail.

1c

Syifa menghembuskan napas lega. "Dia ada di rumah sekarang. Axelle baik-baik saja."

Jawaban dari Syifa membuat mereka lega. "Bibi, Paman, aku minta maaf tapi sepertinya kalian harus pertimbangkan permintaan Axelle. Dia cuma ingin bahagia sama Tiara saja,"

Gael dan Abigail saling melihat satu sama lain. Membuang napas sebentar mereka kembali memperhatikan Syifa. "Apa benar kau tak bisa Syifa?"

Wanita itu menggeleng pelan. "Maaf Bibi, berapa kali pun Bibi bertanya aku akan tetap menjawab tidak. Alasannya sudah jelas kalian dengar kemarin."

Untuk kedua kalinya sepasang suami istri itu menghembuskan napas berat. Mereka lalu setuju dan meminta agar menghubungi Axelle.

Kabar tersebut disambut gembira oleh pihak keluarga. Tidak menunggu waktu lama lamaran pun diadakan dengan meriah. Orang-orang serta sanak keluarga berkumpul di rumah kecil milik Syifa.

Mereka turut bahagia dengan kabar gembira dan dimulailah persiapan pernikahan. Syifa sebagai kakak dari Tiara turut sibuk meski tak seberapa sebab pekerjaannya juga menumpuk.

Tibalah hari di mana mereka mencetak undangan. Syifa yang sudah berjanji kepada Hali segera meminta kepada Alexi sayangnya pria itu mengatakan dia telah mengirim undangan khusus untuk sang bos lebih awal dan semenjak saat itu Hali yang selalu rutin menghubunginya mendadak tak memberi kabar lagi.

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!