Esok harinya kedua orang tua Axelle sudah bersiap-siap menuju rumah Ibu Syifa. Karena yang mereka lakukan adalah sebuah kejutan maka keduanya tidak memberitahukan siapa pun termasuk putra mereka sendiri.
"Ibu mau ke salon? Tumben, ada acara?" Ibu Axelle yang bernama Abigail itu lantas membenarkan.
"Arisan?" duga Axelle namun hanya dibalas dengan senyuman kali ini. Merasa kurang puas, dia lalu beralih pada Ayahnya.
"Apa Ayah mau pergi juga?" tanya Axelle.
"Iya, Ibumu bilang harus temani dia ke salon," jawab Ayah lugas. Axelle mengkerutkan dahi, tidak biasanya Ayah mau menemani Ibu ke salon.
"Acara apa sih? Acara rekan kerja Ayah?"
"Nanti deh, kamu juga harus datang Ibu akan bilang lokasinya kira-kira setelah ke salon Ayah dan Ibu langsung ke sana sekalian bahwa Syifa serta Rey," pinta Abigail dan kemudian bangkit berdiri untuk keluar dari kamar.
Turut bersamanya ada suami bersama Axelle dari belakang. "Bibi mau pergi?" tanya Syifa sekalian menyapa Abigail.
"Syifa jangan panggil Bibi panggil Ibu saja," sahut Abigail seraya memberika senyum manis. Wanita itu lantas tertawa kecil namun terdengar canggung.
Semacam ada sesuatu yang janggal tapi Syifa tak mau salah tangkap. Mungkin saja panggilan tersebut karena sudah dianggap keluarga. "Baik Bu akan saya coba,"
Semringah puas ditampakkan oleh Abigail lalu berkata, "Nah seperti itu. Jangan terlalu formal karena kau sudah menjadi anggota keluarga kami. Aku dan Ayahnya Axelle akan pergi ke suatu acara nanti kau datang bersama Rey dan Axelle, kami akan menunggu di sana,"
"Acara? Wah tapi apa tidak merepotkan?"
"Tidak kok pokoknya kamu datang!" tegas Abigail kemudian pasangan suami istri tersebut berjalan pergi.
Baik Axelle mau pun Syifa jadi sama-sama heran. Belum berbincang Axelle menerima panggilan dari seseorang sambil berjalan menjauh menyisakan Rey beserta dia.
"Bunda," panggil Rey.
"Ya?"
"Kenapa wajah Bunda begitu? Apa ada yang salah?" Rey bertanya. Tatapan Syifa beralih pada anak angkatnya dan menggeleng.
"Dari tadi Rey mau cemilan, kan ayo kita ke dapur," ujar Syifa mengingatkan. Dalam sekian detik Rey langsung lupa, dia memilih ingin makan cemilan secepatnya.
❤❤❤❤
Siang hari Axelle beserta dua orang lainnya sudah berada di mobil milik pria itu. Mereka pun berpakaian rapi meski terdapat perasaan kurang nyaman. "Axelle, kau yakin ini jalannya?"
"Iya ini benar jalannya," balas Axelle.
"Kau sadar tidak ini jalan menuju ke rumah Ibuku," Syifa menerangkan.
"Iya aku juga tahu tapi mungkin jalannya yang sama tapi tujuannya beda," Axelle membela.
Tapi sungguh tak disangka mereka benar-benar sampai di rumah Ibu Syifa. Detak jantung keduanya berdetak kencang ketika memikirkan kemungkinan terburuk.
Sampai di depan pintu, Syifa dan Axelle menemukan hantaran lamaran yang menjelaskan maksud kedatangan dari Abigail beserta Gael namun hantaran tersebut bukan untuk Tiara melainkan Syifa.
Ibu Syifa-Nani terlihat heran saat mengobrol dengan orang tua Axelle dan dia juga menjelaskan jika anak mereka melamar Tiara bukan saudara kembarnya.
Tapi dua orang itu kekeh dalam keputusan. Mereka menginginkan Syifa menjadi menantu bukan Tiara. "Apa yang Ayah dan Ibu lakukan di sini?!" hardik Axelle mendadak.
Sontak ia menjadi pusat perhatian maka langsung saja dirinya masuk beserta Syifa. "Rey ajak Bunda ke kamar Tante Tiara."
Permintaan sang Ayah segera ditepati dengan menarik tangan Bundanya sementara pria itu harus menyelesaikan masalah ini.
"Jadi ini acaranya? Ayah dan Ibu membuat lamaran dadakan untuk Syifa?" Gael dan Abigail diam seribu bahasa. Akibatnya Axelle tidak bisa menahan perasaannya dan mulai sedikit terbawa emosi.
"Kenapa kalian tak memberitahukan hal sepenting ini kepadaku dan kenapa tiba-tiba kalian memutuskan untuk melamar Syifa?! Kami cuma teman dan aku menyukai adiknya!" Axelle menjelaskan.
"Kemarin aku sudah melamarnya baik-baik dan Tiara menerimaku tapi Ayah dan Ibu mengacaukan segalanya. Sekarang apa yang harus aku katakan pada Tiara, kalau kemarin itu hanya sebuah omong kosong?"
"Tapi Ibu dan Ayah ingin Syifa jadi menantu kami! Dia Ibu Rey dan kalau kamu menikah dengan dia maka kita tak akan berpisah!" Abigail membela.
Axelle menggelengkan kepalanya sembari tetap memasang wajah kesal. "Jika masalahnya Rey itu tak akan menjadi masalah. Kami sudah membuat keputusan akan membagi waktu untuk Rey, tidak usah pusingkan hal itu!"
"Tapi Axelle Ayah dan Ibu adalah orang tuamu, kami hanya ingin kau bahagia bersama anakmu saja!" sekali lagi Gael membela keputusan mereka akan tetapi Axelle dengan cepat menyela.
"Kalau Ayah dan Ibu ingin aku bahagia maka biarkan aku memilih jalanku sendiri!" bentak Axelle.
"Dari kecil Ayah dan Ibu selalu memaksaku untuk belajar, kalian minta aku menjadi juara satu aku menurut, Ayah marah kalau aku bermain ps aku diam saja. Saat aku lulus SMA Ayah ingin aku kuliah bisnis aku ikut kemauan tapi apa pernah kalian mendengarkanku? Saat aku mengeluh tentang beratnya pelajaran di sekolah tidak ada satu pun yang tak mau dengar, Ayah dan Ibu tidak tahu betapa stresnya aku saat kuliah mau pun bekerja!" Axelle lantas mengatur napasnya yang tersendat-sendat, matanya tampak berkaca-kaca setelah mengutarakan perasaannya. Ada kelegaan di dalam diri pria itu seakan beban yang dipikul telah hilang.
"Sekarang aku tak mau menuruti keputusan Ayah dan Ibu. Terserah apa yang kalian katakan tapi tekadku sudah bulat, aku akan menikah dengan Tiara bukan Syifa. Kalau aku tidak akan dianggap lagi sebagai anak, tidak apa-apa setidaknya aku senang karena aku bersuara," kata Axelle tenang. Dia lalu mengalihkan pandangan ke jendela yang tepat di depannya.
Sepasang iris coklat milik Axelle membulat melihat seseorang, wajahnya mendadak panik saat orang itu berbalik dan berjalan menjauh dari kediaman Ibu Syifa. Axelle pun mengejarnya dengan berharap bahwa dirinya tak terlambat untuk menjelaskan.
❤❤❤❤
See you in the next part!! Bye!!