Chereads / D I L E M A / Chapter 34 - Ingin Dihibur

Chapter 34 - Ingin Dihibur

"Axelle kau egois sekali. Aku dan kau memiliki kesepakatan bahwa saat kau bertemu anakmu dan juga Syifa, urusan kita berdua selesai." ujar Tiara tegas.

"Heh, itu hanya pemikiranmu saja. Memangnya kapan aku berjanji kepadamu? Tidak, kan?" Tiara menggertakkan gigi, geram sebab perkataan Axelle.

"Siapa suruh kau membuatku nyaman." lanjut Axelle enteng. Senyuman smirk yang ditampilkan makin membuat amarah Tiara meninggi.

Wanita itu sebenarnya ingin menampar wajah tampan keturunan Jerman Indonesia tersebut akan tetapi dia tak bisa melakukannya sebab Rey dan Syifa keluar dari kamar Rey.

"Ayo kita pelgi Ayah." Rey tentu saja senang. Dia agak sedih sebab tadi Hali tak mengajaknya jalan-jalan tapi Axelle datang bagai penyelamat.

"Ayo kita pergi." Axelle lalu melihat pada Tiara. Wanita yang berprofesi sebagai seorang hakim itu masih setia duduk.

"Kenapa kau pasang wajah masam begitu, ikuti aku." intonasi bernada perintah digunakan oleh Axelle kepada Tiara yang kini memandangnya jengkel.

"Iya aku akan menyusul tapi aku mau berbicara sebentar dengan Syifa. Ada hal yang harus aku sampaikan." Axelle memandang Syifa agak lama dan kembali melihat ke arah Tiara.

"Baik, aku tunggu kau di bawah. Tidak pakai lama." Axelle dan Rey kemudian berjalan keluar meninggalkan Syifa dan Tiara berdua.

"Apa yang kau bicarakan? Tentang tanda merah itu?"

"Bukan. Aku minta bantuan sama kamu."

"Katakan saja. Aku mendengarkan."

"Apa kau memiliki uang? Aku butuh sekali untuk membeli tiket untuk pulang ke Indonesia." saat itulah Tiara menceritakan bahwa dirinya dipaksa ke sini oleh Axelle.

Tiara tak diberikan uang sekaligus paspor berada di tangan Axelle sehingga dia tak bisa ke mana-mana. Rencananya nanti Tiara akan mengambil paspor dari Axelle lalu pulang secara diam-diam.

"Kau yakin dengan rencanamu itu? Yakin tak akan ketahuan?"

"Iya jamin. Syifa kali ini saja, kalau sudah sampai ke Indonesia aku akan menggantinya."

"Tak perlu kau memohon padaku. Kita ini saudara masa aku tak membantumu tunggu sebentar, aku tidak akan lama kok." Syifa pergi ke kamarnya sebentar dan tak lama membawa sejumlah uang yang cukup banyak lebih dari sekedar membeli pesawat tiket.

"Ini agak banyakan, aku cuma minta membeli tiket saja."

"Ambil saja, aku ikhlas." senyuman Tiara merekah. Dia lalu memeluk Syifa sebentar.

"Terima kasih." setelah itu Tiara pamit menuju Axelle dan Rey. Syifa cuma bisa menggelengkan kepala. Dia pun terpikirkan lagi dengan tanda merah di sekitar leher Tiara.

Sejujurnya Syifa ragu dengan penjelasan Tiara yang mengatakan kalau dia tak melakukan apa pun bersama Axelle. Kalau itu terbukti maka Syifa pastinya harus meminta pertanggung jawaban dari Axelle.

Tak lama terdengarlah suara telepon rumah yang berdering. Syifa lantas mengangkatnya dan mendengar suara lirih Hali dari balik telepon. "Halo Syifa, di mana Rey?"

"Dia sedang jalan-jalan bersama seorang tamu yang spesial. Kau terdengar sedih."

"Haha ... benarkah?"

"Ya. Tawamu saja suram."

"Ah, maaf. Aku hanya mendapat tekanan berat. Baiklah aku tutup teleponnya ya, aku pikir ada Rey jadi bye Syifa."

"Jangan tutup dulu teleponnya!" potong Syifa tegas.

"Kau mau aku menghiburmu atau curhat padaku?"

"Buat apa nanti kau akan bosan karena selalu mendengar ceritaku yang menyedihkan."

"Jadi ingin dihibur?" Hali diam cukup lama lalu satu kata keluar dari bibir pria itu.

"Ya."

❤❤❤❤

Di taman hiburan, Tiara tak berhenti tersenyum saat melihat Rey bersama Axelle di komidi putar. "Tante, komidi putalnya bagus banget. Kenapa tante nggak main sama kami?"

"Tante mudah pusing jadi nggak bisa naik wahana itu. Rey lapar?"

"Iya, Ley pengen makan es klim."

"Makan dulu yang lain baru kita makan es krim ok?"

"Iya tante." Axelle cuma diam saja melihat interaksi antara mereka berdua. Ketika Tiara berdiri sambil menggandeng tangan milik Rey, Axelle langsung membuka suara.

"Aku tak sangka kau akrab sama Rey,"

"Wajarlah, Rey itu keponakan angkatku. Sewaktu dia ada di Indonesia, Rey selalu bermain denganku. Benar, kan Rey?" anak kecil itu mengangguk sebagai jawaban.

Sementara Tiara menampakkan semringah sedang Axelle bersungut-sungut. Sekali lagi Axelle mengamati keduanya terlebih saat Tiara mengelap wajah Rey yang penuh dengan keringat.

Dari perhatian itu Axelle agak menyimpulkan bahwa Tiara sayang terhadap Rey. Suatu kabar yang bagus. "Kenapa kau senyam-senyum begitu?"

"Hanya pikiranmu saja. Rey mau Ayah gendong, Ayah taruh Rey di pundak."

"Mau." Axelle merendahkan tubuhnya dan meminta pada Tiara agar membantu Axelle untuk duduk atas pundak kekar miliknya.

"Pegang yang erat."

"Iya." Rey tersenyum lebar saat Axelle berjalan. Dia terlihat sangat bahagia begitu juga Axelle. Tiara menghentikan langkahnya sedang tangannya merogoh saku yang terisi dengan uang.

Tiara harus bisa! Dia bertekad bulat untuk pergi dari Axelle malam ini juga. Kendati Axelle akan marah besar namun Tiara tak peduli. Wanita itu sadar akan tugasnya sebagai seorang hakim yang tak bisa terus-terusan bersantai.

Tiara akan pergi meski itu akan membunuhnya, dia tak peduli. "Tante," panggilan dari Rey menyadarkan Tiara dari lamunan.

Dia pun memandang pada Rey yang masih setia berada di atas pundak Axelle sedang pria itu menatapnya juga. "Ayo." lanjut Rey sambil memberi isyarat agar Tiara mendekati mereka.

Tiara lantas mempercepat langkah menghampiri Rey beserta Ayahnya sambil memasang sebuah senyuman palsu.

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!