"Tapi belum sekarang aku masih lelah." kata Axelle yang lalu pergi dari ruang tamu menuju kamarnya sendiri. Sekali lagi dia mengembuskan napas.
Untuk masalah Rey gampang cuma yang buat dirinya lelah adalah Tiara selalu menjauhnya. Semenjak dia pulang Axelle berupaya untuk bertemu tapi Tiara sama sekali tak memberikan waktu dan ruang.
Panggilannya selalu dialihkan oleh operator dan sekarang Axelle hanya bisa memendam perasaan kesal. "Awas saja kalau aku bisa menangkapmu, kau tak akan aku lepaskan."
Lalu memorinya berputar mengingat apa yang terjadi beberapa hari yang lalu tepatnya di malam itu ketika Axelle mencoba untuk mengajak Tiara bercinta akan tetapi ....
"Hentikan!" Axelle sontak tak bergerak memandang heran pada Tiara yang berada dalam rengkuhan. Wanita itu menutup mukanya dengan bantal.7
"Ada apa?"
"Kenapa kau membuka bajumu? Kamu mau melakukan apa?" tanya Tiara. Dari suaranya jelas wanita yang berprofesi sebagai hakim itu gugup. Lantas, seringai terbentuk di bibir Axelle.
"Masa kau tak tahu apa yang dilakukan oleh dua orang di atas ranjang?" Axelle balik bertanya dan dia mulai mendekat ke arah Tiara.
Tiba-tiba saja Tiara membuang bantal tersebut ke arah wajah Axelle. "Kau pikir aku sama seperti wanita lain, kalau kau mau memuaskan napsumu pergilah dan cari seorang wanita lain, bukan aku?!"
Axelle dan Tiara saling memandang tajam untuk waktu yang cukup lama. Namun Axelle mendadak tertawa membuat Tiara bingung. "Aduh kau manis sekali sih,"
Tepat saat itu juga Tiara meringis karena Axelle mencubit salah satu pipunya. Buru-buru Tiara menjauhkan tangan Axelle dari wajahnya sementara wanita itu menampakkan wajah masam.
"Aku tak menakut-nakutimu hanya saja aku kegerahan. AC di kamar ini mati jadi aku buka bajuku." mata Tiara memicing. Dia tak percaya ucapan Axelle jujur.
Jelas sekali dia mengatakan sesuatu yang berbau dewasa. "Minggir, aku mau tidur."
Tiara langsung menyeret dirinyaa untuk bangun namun Axelle kembali membuatnya duduk. "Loh dari tadi kau bilang mau tidur tapi kenapa-"
"Tidurlah bersamaku." seketika emosi Tiara naik. Kenapa begitu tiba-tiba dia berubah pikiran?
"Maksudku kita bukan melakukan sesuatu hanya tidur." kata Axelle. Dia bisa melihat kalau Tiara cukup terganggu akan ucapannya.
"Serius? Cuma tidur?"
"Iya." Axelle kemudian membaringkan diri di samping Tiara yang agak gelisah dan pria itu harus mendorong agak Tiara mau tidur di samping dengan cara menarik Tiara.
Malam itu tak terjadi apa-apa di antara mereka berdua. Sebenarnya Axelle memang mau melakukan sesuatu akan tetapi Tiara menolak dengan tegas dan karena tak mau bertengkar, Axelle menghargai keputusan Tiara.
Sekarang apa yang harus diperbuatnya untuk membuat Tiara kembali padanya?
❤❤❤❤
Keesokan harinya Syifa dan Rey bersiap-siap untuk ke kantor. Setelah memastikan tidak ada yang kurang baik dari penampilan mau pun beberapa barang Syifa lalu menggandeng Rey menuju terminal bus yang tak jauh dari apartemen.
"Rey, kita naik bus lagi tak apa-apa, kan?"
"Iya Bunda." Syifa lantas tersenyum dan membelai rambut anak kecil itu penuh kasih sayang. Ketika mereka sampai di teras mendadak terdengar suara klakson mobil.
Mereka berdua melihat asal sumber suara dan menemukan sosok Hali dengan mobil pribadinya. "Ayo kita ke kantor,"
Rey adalah orang pertama yang menghampiri Hali dengan semringah sementara Syifa berjalan ragu. "Yakin tak apa-apa?"
"Iya. Ayo masuk." Hali membuka pintu mobil dan Rey langsung masuk begitu juga Syifa. Wanita itu baru ingat jika Hali baru saja putus dari kekasihnya. Apa ini berarti mereka memutuskan untuk tak bertemu lagi?
"Hali, bagaimana dengan Marisa?"
"Dia sudah tak bekerja di kantor." jawab Hali tenang.
"Loh kenapa? Kinerjanya bagus,"
"Memang sih tapi dia telah mengundurkan diri. Dia sudah memberikanku surat pengunduran diri." Syifa diam dan dalam senyapnya dia hanya melihat pada Hali.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Tentu saja aku baik."
"Serius?"
"Iya. Tolong jangan pancing emosiku! Ini baru pagi hari loh?!" kekesalan Hali sudah kembali tapi entah kenapa Syifa tidak percaya jika Hali sudah move on.
Tepat mereka sampai di kantor, keduanya berpapasan kala Marisa keluar membawa barang-barangnya. Baik Hali dan Marisa cuma bisa saling memandang.
Pada akhirnya Hali memutuskan pandangan lalu pergi tanpa ada sepatah kata sementara Marisa melangkah kembali kala punggung Hali mulai menjauh.
"Marisa tumggu dulu ...." Marisa berhenti dan melihat pada Syifa juga Rey.
"Kau serius mau berhenti bekerja?"
"Iya. Aku serius kok. Hanya ini yang aku lakukan untuk menjauh darinya." Marisa membuat senyum hambar dan menepuk pudak Syifa.
"Tolong jaga Hali ya, aku pamit." Mantan pacar hali itu kemudian keluar dari perusahaan sedang Syifa berjalan menuju tempat penitipan anak-anak.
"Jangan nakal, nanti Bunda akan datang untuk makan denganmu." Rey mengangguk dan berjalan mendekat teman sepantaran sementara Syifa bercakap-cakap sebentar pada salah satu pengasuh.
Syifa akhirnya sampai di kantornya sendiri. Meletakkan tasnya lalu sudah sibuk dengan beberapa telepon.
Tok tok
"Masuk." ucap Hali dan Syifa masuk ke dalam dengan membawa file untuk dilihat oleh pria itu.
"Tuan Hali ini ada beberapa dokumen,"
"Taruh saja di meja." Syifa mengikuti saja dan melihat pada Hali yang sibuk berbicara tentang bisnis dengan lawan bicaranya di telepon. Hali sangat serius. Dirinya tak seperti kemarin yang selalu sedih. Syifa pun tampak senang dan berharap semoga bosnya mendapat kebahagiaan.
❤❤❤❤
See you in the next part!! Bye!!