Chereads / D I L E M A / Chapter 45 - Berpisah Sementara (3)

Chapter 45 - Berpisah Sementara (3)

Syifa membuang napas kasar ketika dirinya sudah sampai di ruang kerjanya. Sejak dari tadi ia sibuk mendampingi Hali dengan beberapa klien dan juga rapat yang penting.

Sskarang Syifa memiliki jam makan siang yang tenang. Waktu yang bagus untuk menaikan mood dengan memeluk sebentar putra kesayangannya, Rey.

Tadi pagi dia tak sempat membuat sarapan jadi makan di kantin adalah pilihan satu-satunya. Syifa lantas tersenyum bahagia sebab dirinya sudah memikirkan betapa bahagianya ketika melihat bocah berusia empat tahun tersebut.

Saat dia melangkah keluar, Hali pun menampakan diri di pintu. Syifa cuma melihat sebentar pada pria itu lalu kembali berjalan namun anehnya Hali mengikuti dari belakang.

Lantas dia menatap ke arah bosnya dengan mengerutkan dahi sedang pria berambut cepak tersebut bingung juga ketika dilihat seperti itu.

"Kau kenapa menatapku begitu?"

"Kenapa kau mengikutiku?"

"Aku mau pergi ke tempat penitipan denganmu. Tidak ada salahnya bukan?" Syifa diam. Sepertinya tak perlu dijelaskan lagi kenapa Hali mau pergi ke sana dan Syifa pun tak bisa menghalangi pria itu untuk bertemu dengan Rey.

Akhirnya mereka pergi bersama-sama ke penitipan. Tak ada pembicaraan di antara Syifa dan Hali malah yang ada mereka saling melirik.

Sesampainya di tempat yang dituju, Syifa buru-buru masuk. Jujur ada perasaan tak enak saat dia meninggalkan Rey apa lagi mengingat kalau Axelle akan datang dan ya ampun Syifa tak mau memikirkannya.

"Rey!" panggil Syifa dengan nada yang agak nyaring. Tak seperti seperti biasanya Rey tidak menghampirinya dan saat Syifa melihat sekeliling dia tak menemukan Rey.

"Eh Ibu Syifa, sedang cari Rey ya?" tanya seorang pengasuh setelah mendekat.

"Iya, di mana Rey?"

"Dari tadi ada seorang pria yang mengaku kalau dia itu Ayahnya Rey kalau tak salah namanya Axelle dan dia minta izin untuk mengajak Rey jalan-jalan."

jantung Syifa berdetak lebih cepat sekarang.

Dia langsung mengambil ponsel memeriksa apa Axelle mencoba menelponnya sewaktu rapat dan benar saja pria itu menghubunginya dua kali.

Tanpa basa-basi Syifa menelepon balik Axelle namun lima telepon yang masuk tak pernah diangkat oleh pria itu. "Sial Axelle, kau jangan buat aku ketakutan!"

Tangan Syifa agak bergetar ketika mengetik sementara pikirannya kacau memikirkan Axelle akan membawa Rey pergi tanpa persetujuan terlebih dahulu. Sebagai seorang Ibu, Syifa tak bisa berpisah dengan anaknya secara mendadak seperti ini.

"Syifa,"

Tepukan bahu dari Hali menyadarkan wanita itu dari kekhawatiran yang dirasakan. Dia kemudian berbalik menatap bosnya itu.

"Apa terjadi sesuatu pada Rey?"

Syifa tak membalas, dia mengatur napas yang agak sesak kemudian menatap sang bos dengan sepasang mata berkaca-kaca.

"Boleh bantu hubungi Axelle? Dia membawa Rey. Aku takut jika dia ...."

Wanita itu diam untuk kedua kalinya. Tangan yang menggenggam ponsel makin erat. Dia ingin sekali mempercayai Axelle tapi kalau kejadiannya seperti ini Syifa sekarang meragukan pria itu.

"Jangan panik dulu, aku akan menghubungi Axelle juga. Tak mungkin dia membawa pergi Rey tanpa meminta izin darimu."

❤❤❤❤

"Yeay!! Ayah hebat!"

Axelle tersenyum lebar mendengar pujian Rey. Ada rasa senang ketika dia mendengar teriakan putra tunggalnya itu.

Sebuah kebahagiaan yang menyentuh hati Axelle. Sepasang Ayah dan anak itu tengah berada di mall, lebih tepatnya di tempat arcade game dan karena terlalu menikmati waktu bersama-sama, keduanya jadi lupa waktu.

"Ayah ini sudah jam belapa?" tanya Ley.

"Ah iya jam makan siang." jawab Axelle menggumam. Segera saja dia menggapai ponsel yang berada di saku dan terkejut melihat jam 12 telah lewat.

Pria yang berkerja sebagai CEO itu pun mendapati kalau Syifa sudah menghubunginya sampai lima kali ditambah dengan nomor telepon Hali.

Salahnya sendiri juga karena dia mengaktifkan mode diam. "Rey kita terlambat, Bundamu pasti panik ayo kita pergi." Sebagai jawaban Rey mengangguk lalu melebarkan tangannya meminta agar digendong.

Buru-buru Axelle menggendong Rey sekaligus membawa barang belanjaan mereka. Alhasil pria itu agak kaku dalam melangkah.

Namun karena mau tepat waktu, Axelle mengabaikan hal tersebut dan lebih cepat berjalan menuju tempat parkir. Sekarang dia berharap kalau Syifa tak akan meragukan dirinya meski Axelle sadar ia sudah sangat terlambat.

Dalam perjalanan mereka kembali dilanda masalah dengan kemacetan, makin diperburuk dengan rasa pusing yang mendera Axelle sebab terlalu banyak mendengar suara klakson.

"Ayah, Ayah tak apa-apa?" dia menggeleng sambil memaksa senyuman kepada Rey.

Axelle tak mau anaknya tahu kalau dia sedang pusing. Ponsel miliknya kembali berbunyi dan kali ini Axelle langsung menerima panggilan.

"Halo,"

"Halo Axelle syukurlah kau menerima teleponnya. Kau ada di mana sih? Apa Rey ada bersamamu?" Orang yang berada di balik telepon adalah Rey dan dari nadanya terdengar cemas.

"Maaf, katakan pada Syifa kalau aku akan membawa Rey pulang jadi jangan khawatir."

"Baik tapi usahakan secepatnya ya,"

"Iya." telepon ditutup secara sepihak. Axelle kemudian menatap lurus ke depan. Dari depan dia bisa melihat pergerakan mobil meski pelan tapi memiliki ruang untuk bergerak. Sepertinya ini akan membutuhkan waktu yang sangat panjang.

Jam menunjukkan pukul 14.40 waktu setempat saat mobil milik Axelle akhirnya sampai di perusahaan Singgih. Pria itu mendesah lega kala melihat Syifa dan Hali di luar bangunan perusahaan Singgih.

Tidak pernah terlintas sedikit pun di benak pikirannya kalau dia berada dalam masalah dan dengan santainya Axelle keluar dari mobil menghampiri keduanya.

Belum sempat menyapa, mendadak Syifa berjalan cepat dan melayangkan sebuah tamparan keras dari pipi pria itu. Dari jarak yang dekat dia bisa melihat tatapan penuh kemarahan dari wanita yang sudah membesarkan Rey beberapa tahun.