Chereads / D I L E M A / Chapter 46 - Berpisah Sementara (4)

Chapter 46 - Berpisah Sementara (4)

Pipi kiri Axelle terasa kebas. Sepasang matanya menatap nanar ke arah Syifa yang kini memandangnya penuh amarah. "Dasar bajingan! Bangsat! Berengsek! Gara-gara kamu, aku ketakutan setengah mati tahu!" teriak Syifa kesal.

"Aku pikir kamu mau bawa Rey langsung ke Indonesia karena obrolan kita dan mestinya kau memberitahu kalau kamu mau pergi ke mana!"

"Tapi aku sudah menghubungimu,"

"Dan kamu tidak berusaha untuk meneleponku beberapa kali!" balas Syifa dengan intonasi nada tinggi.

Wanita itu kemudian bergegas ke mobil milik Axelle. Membuka pintu kiri dan menemukan Rey duduk dengan tenang. "Bunda," ucap Rey. Anak kecil itu lekas memeluk Ibu angkatnya.

Cuma sebentar, Rey melepas rangkulan dan meneliti raut wajah Syifa. Terlihat sangat jelas dari sorot mata milik wanita itu terdapat kesedihan. Meski dia memberikan sebuah senyuman namun tampak dipaksa seakan tak mau memberitahu kalau ada sesuatu yang sedang ia pikirkan.

"Bunda sedih?" tanya Rey polos.

"Tidak sayang malah Bunda senang Rey pulang. Lain kali kalau mau pergi, bilang sama Bunda dulu ya, jangan bikin Bunda khawatir." Rey mengangguk sebagai jawaban dan setelahnya Syifa menggendong anak kecil itu untuk melangkah pergi.

Sedang Axelle meringis kesakitan seraya mengelus pipi kirinya yang masih menggelenyar. Sepertinya akan butuh waktu sampai rasa kesemutan menghilang dengan sendirinya. Dari kaca dia bisa melihat bekas tangan milik Syifa di pipi kiri, menambah

"Kau tak apa-apa?" tanya Hali kepada Axelle. Sontak pria itu memberikan tatapan tak mengenakkan. "Menurutmu apa tanda kemerahan ini baik-baik saja?" Axelle balik bertanya

Hali kontan menggeleng, "lalu kenapa masih tanya?!" Axelle kemudian berjalan meninggalkan Hali. Gerak kakinya dipercepat agar bisa mengejar Syifa namun wanita itu beserta anaknya berjalan lebih cepat melewati tanpa sedikit pun menoleh.

Sepertinya Syifa sangat kesal sebab perbuatan Ayah kandung dari anaknya itu.

❤❤❤❤

Beberapa jam berlalu namun tak ada satu kata yang keluar dari mulut Syifa untuk Axelle yang masih menunggu dengan frustasi. Meski pria itu mencoba memamerkan senyum terbaik atau pun menulis berupa surat pendek permintaan maaf semuanya ditolak oleh Syifa.

Bahkan ketika hari sudah sore dan Syifa beserta Rey pulang ke rumah mereka dengan menumpang mobil sang bos wanita itu tak pernah sekali pun melirik ke arah Axelle yang terus mengikuti.

"Dasar pria keras kepala, kenapa dia selalu mengikutiku?" tanya Syifa kesal tatkala melihat dari kaca spion mobil. Rupanya Axelle membuntuti mereka bertiga yang kini dalam perjalanan pulang.

"Sudah biarkan saja toh dia tak berbuat jahat," bela Hali dengan mata yang terus menatap ke jalan raya.

"Jangan membelanya!" seru Syifa keras, memekak telinga Hali anehnya pria itu sama sekali tak terganggu.

"Ya aku merasa apa yang dia lakukan wajar. Axelle adalah Ayahnya Rey jadi tak apa-apa jika dia  menyenangkan hati Rey. Mereka juga, kan tidak tinggal bersama." sontak Syifa melihat pada Hali. Pandangannya menusuk namun pria itu tak ambil pusing.

"Sejak kapan kau jadi sok dewasa?"

"Entah," jawab pria itu santai. Mereka akhirnya sampai di apartemen. Axelle pun turut demikian dan buru-buru mengejar Syifa yang sudah masuk lift terlebih dahulu.

Dia lantas menggunakan tangga untuk mengejar Syifa beserta Rey. Kendati dia merasakan lelah, pria itu berhasil menyusul. Napasnya ngos-ngosan membuat Axelle tak bisa mengatakan sesuatu kepada Syifa yang baru saja keluar dari lift.

"Aku .... minta maaf padamu .... sungguh .... aku menyesal ...." Syifa mengeluarkan napas panjang. Ditepuknya pundak pria itu lalu berkata, "kau pasti lelah ayo masuk ke dalam rumah."

Axelle mengangguk dalam diam. Masih mengatur dadanya yang naik turun, pria itu berjalan bersama Syifa. "Mana Rey?"

"Bersama Hali. Mereka tak lama lagi datang." Syifa membuka pintu sesudah memasukkan password apartemen. Axelle menunggu di ruang tamu sementara Syifa sibuk membuatkan teh untuk mereka berdua.

"Terima kasih," ucap Axelle ketika Syifa memberikannya teh. Keduanya lalu duduk saling berhadapan dan menyeruput teh masing-masing.

"Aku juga mau minta maaf padamu," kata Syifa mendadak. Secara otomatis memandangnya dengan tatapan bingung.

"Aku tak seharusnya marah dan menamparmu di depan umum ... Aku cuma khawatir jika kau membawa Rey tanpa mengatakan sesuatu kepadaku," lanjut Syifa dengan nada rendah sementara kepalanya menunduk.

"Itu tak mungkin. Kau adalah Ibunya, Rey akan tetap bersamamu dan kau juga wajib tahu Rey itu ke mana jadi kau tak usah merasa bersalah. Hanya karena membahas Rey akan ikut aku ke Indonesia kita malah bertengkar seperti ini." beberapa detik dilalui dengan senyap. Axelle memandang sesaat kepada Syifa sedang wanita yang dihadapannya itu sesekali meminum teh.

"Kau sudah mengatakannya pada Rey?" pertanyaan Rey dijawab dengan gerakan kepala oleh Syifa.

"Lalu bagaimana dengan reaksinya?"  Syifa menegakkan kepala melihat pada Axelle dan kemudian menjawab, "dia agak bingung tapi setelahnya Rey menolak ketika tahu cuma dia yang pergi."

"Mm ... Kau tak memberikan penjelasan?"

"Tidak. Aku juga tak mau memaksanya untuk dia pergi. Biarkan saja Rey memilih sendiri." jawaban Syifa agak kurang memuaskan bagi Axelle dan dia mendecak.

"Aku tak membuatnya tinggal di sana lama kok," ketus Axelle.

"Dan aku juga mau Rey bahagia dengan tidak memaksakan kehendak kalau kau mau bujuk dia sendiri!" tantang Syifa kesal.

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!