Chereads / D I L E M A / Chapter 31 - Mencoba Untuk Mengerti

Chapter 31 - Mencoba Untuk Mengerti

"Paman mau pelgi? Temani Ley dulu main," ucap Rey merengek pada Hali tidak membuat Hali mengurungkan niatnya.

"Maaf ya Paman punya urusan sama seseorang, Paman sudah berjanji dan janji itu tak bisa diingkar." mendengar itu Rey mengerucutkan bibir.

Padahal Rey ingin sekali bermain Hali dan menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan pria yang baik itu. "Dengan Marisa?" tanya Syifa.

Hali mengangkat wajahnya kemudian mengangguk. "Semalam kami chat dan berjanji akan bertemu hari ini."

"Oh begitu, pergilah tak apa-apa kok Marisa pasti menunggumu."

"Tapi Rey--"

"Jangan pusingkan dia, kan ada aku Bundanya." Hali membuang napas. Dia kembali melihat pada Rey yang masih setia dengan wajah cemberutnya.

"Rey Paman janji setelah ini kita pergi jalan-jalan ya. Kau mau?" sebagai anak kecil yang suka dengan hal baru tentu saja membuat Rey antusias.

"Janji?" tanya Rey seraya mengancungkan jari kelingking ke arah Hali.

"Iya Paman janji." jawab Hali sambil menautkan kelingkingnya sesaat. Setelah itu Hali keluar dari apartemen milik Syifa. Tak lupa dia mengucapkan terima kasih atas sarapan yang dibuat.

Hali pun menghilang dari balik pintu sementara Syifa menatap pada Rey yang memperlihatkan sorot mata kecewa. "Rey, kenapa sedih? Kan Paman Hali sudah janji sama Rey kalau setelah urusannya selesai Rey akan dibawa jalan-jalan."

"Ley tahu Bunda Ley cuma sedih." Syifa membuang napas panjang. Mungkin Rey kecewa karena Hali tidak memprioritaskannya namun Syifa tak bisa melakukan apa-apa selain menghibur Rey.

"Sudah jangan sedih, lebih baik kita main ya. Untuk hari ini Bunda akan bersama Rey."

"Loh Bunda tak kejla?"

"Kan Bunda sedang sakit masa kerja?"

"Kalau gitu Bunda istilahat saja tak pellu main sama Ley."

"Bukan gitu Rey, maksud Ibu. Ibu sedang cuti sakit dan Ibu sudah mendingan kok." Syifa menyamakan tingginya dengan Rey, menggapai tangan kecil milik anak angkatnya itu untuk ditaruh pada dahinya.

"Sudah tak panas, kan?" Rey mengangguk.

"Jadi kita bisa main seharian." Ketika senyuman tampak di wajah Rey, bel apartemen berbunyi. Syifa yang berada di dekat pintu segera membukanya namun begitu melihat sepasang mata elang milik Axelle, Syifa langsung menutup pintu.

Axelle dan Tiara sama-sama terkejut lalu riak wajah Axelle berubah kesal. Dia segera mengetuk kasar pintu apartemen Syifa seraya memanggil nama wanita itu. "Syifa, keluar kamu!"

"Kau tak bisa menghindariku lagi, aku ingin bertemu dengannya." Syifa tampak kalut sementara Rey agak ketakutan mendengar suara nyaring dari Axelle.

"Bunda takut."

"Tidak apa-apa, Bunda ada di sini." suara ketukan menjadi pukulan yang agak keras makin membuat Rey ngeri.

"Bunda?!"

"Rey pergilah ke kamarmu, jangan keluar sebelum Bunda memanggilmu mengerti?" Rey mengangguk paham. Dia pun melangkah masuk ke dalam dan menutup pintu.

Syifa menarik napas dalam-dalam kemudian mengeluarkannya secara perlahan. Dia lalu membuka pintu dan menemukan sosok Axelle menyorot tajam namun ada seorang wanita yang membuatnya cukup terkejut.

"Tiara ... Kau ada di sini. Kenapa bisa?" Tiara tak menjawab, dia malah membuang pandangan ke arah lain. Axelle melihat kecanggungan antara saudara kembar itu segera mencairkan suasana dengan memegang tangan milik Tiara.

"Dia datang bersamaku. Bisakah kita masuk? Aku ingin menemui putraku." Syifa menatap sekilas pada genggaman tangan antara Tiara dan Axelle.

Pasti ada sesuatu yang tak diketahui Syifa.

❤❤❤❤

Hali akhirnya sampai di kafe tempat Marisa dan dirinya akan bertemu. Dia membawa sebuket bunga yang indah untuk sang kekasih, berharap Marisa akan menyukainya.

Tak butuh waktu lama dia bisa menemukan Marisa di antara banyaknya pengunjung dan awalnya Hali penuh percaya diri menghampiri sang kekasih tapi dalam sekejap senyuman Hali menghilang saat dia mengetahui bahwa ada Ibunya yang juga menunggu.

Pikiran Hali langsung tertuju pada Ibunya yang tak ingin dia dan Marisa bersama. Apakah dia masih memaksa Marisa agar meninggalkannya?

Sebab itu Hali datang dengan emosi. Sepasang matanya menatap langsung ke arah Della. "Mama sedang buat apa di sini? Mau menghancurkan kencanku dengan Marisa?" nadanya terdengar dingin tapi Della sama sekali tak merasa terintimidasi.

Malah dirinya sangat tenang. "Hali, Ibumu datang ke sini bukan karena dia tahu kita bertemu tapi aku yang memanggilnya kemari." Hali kini mengalihkan pandangan ke arah Marisa yang menunduk.

"Untuk apa kau memanggil Ibuku kemari? Kau tahu bukan kalau Ibuku tak suka dengan hubungan kita."

"Aku tahu dan aku minta maaf kalau kau merasa agak kurang nyaman. Aku ... Memanggil Ibumu agar dia menjelaskan sesuatu. Aku mohon dengarkan dia."

Hali sangat kesal sejujurnya namun demi Marisa dia mencoba untuk tetap mengerti. Dia duduk di depan mereka sambil acuh tak acuh, Hali pun meminta Della agar bercerita.

"Hali, sejak lama Mama selalu tak mau kau dekat dengan wanita ini dan setiap kebencian selalu ada alasannya. Semua itu karena Ibunya yang tak tahu malu." kening Hali mengerut, bingung.

"Bibi Imah? Kenapa Mama mengatakan Bibi Imah seperti itu? Bibi Imah sangat baik pada kita semua,"

"Huh, ya dia baik hanya untuk menutup kemunafikannya. Asal kau tahu saja Hali, Bibi Imah pernah menggoda Papamu beberapa kali." semakin lama Hali semakin tak mengerti.

Bagaimana bisa Ibunya mengatakan hal seburuk itu terhadap Ibu Marisa?!

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!