"Aku menepati janji Jessica dengan membesarkan Rey dan memiliki hak asuh sepenuhnya. Akan tetapi suatu hari seorang pria datang dan mengatakan bahwa pria itu ingin bertemu dengan Rey." raut wajah Syifa berubah menjadi kesal.
"Pria itu rupanya adalah sekretaris Ayah Rey, sekilas aku takut jika pria yang telah menelantarkan Jessica dan Rey mau mengambil Rey dariku, aku takut jadi aku pergi dari rumah. Aku hanya meminta izin pada Ibuku setelah itu kami langsung pergi dari Indonesia menuju Malaysia demi hidup yang lebih baik juga menghindari pria jahat. Aku tak akan sudi kalau orang itu menemui Rey."
"Seenaknya saja datang untuk menemui anak yang sudah dia telantarkan." gerutu Syifa. Bibirnya mencebik membuat Hali menahan tawa.
Padahal dari tadi Hali hendak bersimpati tapi semuanya pupus seiring melihat dia raut wajah Syifa yang begitu lucu. "Kau sudah pernah berbicara dengan Ayah Rey?" Hali mencoba menghilangkan tawanya dan menatap pada daun bawang yang dia potong.
"Belum,"
"Lalu kenapa menyimpulkan begitu cepat? Bisa saja dia adalah orang baik yang hanya ingin menemui Rey."
"Tapi dia adalah orang yang tak baik, tak mau merawat Rey dan seenak jidat mau datang untuk menemui putraku?!" ketus Syifa mempertahankan argumennya.
"Syifa, coba kau melihat di posisi lelaki itu. Dia dijebak oleh sahabatmu agar mereka tidur bersama, apa kau tak pernah membayangkan apa yang dibayangkan oleh Ayahnya Rey terhadap Jessica. Menurutmu apa dia akan percaya ucapan Jessica yang sudah tega menjebak dirinya?" penuturan dari Hali membuat Syifa senyap.
Sepasang matanya kini jatuh pada minyak goreng yang panas. "Aku tahu kalau kau dan Jessica itu adalah sahabat baik begitu juga dengan sikap yang diambil oleh Ayah Rey adalah keputusan terburuk namun di masalah mereka keduanya sama-sama salah. Aku tak mau kau memperkeruh masalah, temui Ayah Rey dan bicara baik-baik."
Syifa membuang napas. Benar yang dikatakan oleh Hali. Semua masalah akarnya dari Jessica yang tamak akan kekayaan tapi nyatanya kehidupan realita menamparnya dengan sangat kuat. Rencananya berjalan gagal dan tak ada yang bisa dilakukan selain ikhlas menerima kehadiran Rey.
"Baiklah. Terima kasih karena sudah membuka otakku. Apa kau selesai menyelesaikan memotong sayur-sayurnya?"
"Ah iya." Hali memberikan pada Syifa dan tak lama terdengar suara tumisan sekaligus aroma yang enak.
"Kelihatannya enak, aku tak sabar makan." sambil mengaduk-aduk masakannya Syifa memberikan senyuman.
"Bunda!" Rey menghampiri mereka seraya mengucek-ngucek matanya tanda dia baru bangun.
"Selamat pagi Rey,"
"Pagi Bunda. Pagi Paman." Hali mendekat setelah dirinya mencuci tangan dan mengacak rambut milik anak angkat dari Syifa itu.
Hali dan Rey kemudian asyik berbincang layaknya Ayah dan anak sementara Syifa melihat mereka sambil sesekali memperhatikan masakan yang dia buat. Entah kenapa Syifa merasa mereka tampak seperti keluarga kecil. Ini sudah kesekian kalinya.
Hali tampak cocok dengan Rey tapi Syifa tak banyak berharap sebab Syifa sadar jika Hali memiliki Marisa, wanita yang dia cintai.
❤❤❤❤
Axelle membuka matanya menatap langit-langit. Dia lalu melihat ke arah samping dan Tiara masih berada di posisinya. Posisi wanita itu sekarang memeluk tubuh Axelle yang telanjang.
Sedang lengan milik Axelle dibuat menjadi bantal. Lelaki itu membuang napas. Bagaimana ya dia keluar dari masalah ini tanpa membangunkan Tiara. Dia sungguh tak tega.
Ponsel yang letaknya berada di atas meja tak jauh dari Axelle segera diraih dan Axelle menemukan chat dari sekretarisnya yang membawa berita baik.
Ternyata tempat tinggal Syifa sudah ditemukan. Baiklah sekarang Axelle harus bergegas pergi. Dia lalu mengangkat tubuh Tiara setelah dengan perlahan menjauhkan tangan Tiara yang berada di bagian dada.
Axelle lalu membaringkan kembali Tiara namun sungguh tak diduga oleh Axelle, Tiara terbangun kala Axelle mengubah posisi tidurnya.
Mata mereka bertatapan sebelum akhirnya wanita yang berprofesi sebagai hakim itu mengeluarkan suara menyapa lebih tepatnya sebuah pertanyaan. "Kau mau ke mana?"
"Ke suatu tempat." jawab Axelle.
"Kau tidur saja, aku tak akan lama kok." Axelle hendak bangun namun Tiara segera mencegatnya.
"Apa kau akan bertemu dengan Syifa? Kalau begitu aku akan ikut."
"Tidak Tiara, kau di sini saja istirahat biar aku selesaikan masalahku sendiri."
"Syifa adalah saudaraku begitu juga dengan Rey. Dia keponakanku. Ayo pergi." Tiara bingkas berdiri menuju kamar mandi sedang Axelle dibuat bingung sendiri.
Percuma saja menghalangi Tiara untuk tak ikut. Dia adalah wanita paling keras kepala yang pernah ditemui oleh Axelle. Dia agak cemas bagaimana jika Syifa berselisih paham akan kehadiran Tiara.
Namun Axelle menggelengkan kepalanya. Sekarang bukan itu yang harus dia pikirkan tapi bagaimana dia bisa menemui Rey atau pun mencari alasan agar Syifa bisa menerima dan mengizinkan dirinya untuk bertemu dengan buah hatinya.
Axelle tahu akan hak adopsi yang diberikan sepenuhnya pada Syifa dan tidak ada yang bisa menggunggatnya termasuk Axelle yang adalah Ayah biologis Rey. Pria itu hanya ingin bertemu juga berbincang ringan dengan anaknya. Tak ada yang salah, kan dengan permintaan Axelle?
Dia juga merasa bersalah karena tak mendengar ucapan Jessica tapi di sisi lain dia bersyukur bisa menemukan sosok Tiara yang memang dia cinta. "Axelle kenapa kau melongo seperti itu? Ayo bersiap-siap untuk ke sana!"
Axelle menyunggingkan senyuman misterius. "Akhirnya kita akan bertemu putraku."
❤❤❤❤
See you in the next part!! Maaf kalau telat!