Chereads / D I L E M A / Chapter 29 - Siapa Jessica?

Chapter 29 - Siapa Jessica?

"Bunda Syifa sama Bunda Jessica itu teman jadi Bunda Jessica minta Bunda Syifa jagain Ley, itu yang dibilang Bunda Syifa sama Ley." ucap Rey.

"Terus Bunda Jessica di mana?" Rey menatap Hali dengan wajah senyuman.

"Bunda udah naik ke sulga kalena selamatin Ley." kata yang dilontarkan oleh Rey menusuk dada Hali. Bagaimana bisa seorang bocah mengatakan ibunya telah meninggal dengan senyuman?

"Bunda Syifa bilang Ley nggak boleh sedih kalau ingat sama Bunda Jessica kalena Bunda Jessica bahagia waktu Ley lahil." Hali makin sedih saja. Dia menarik Rey ke dalam pelukannya.

"Kalau Rey sedih menangis saja, Paman bisa jadi teman curhat Rey." bocah tersebut menggeleng masih dengan senyuman hambar.

"Ah Ley tak mau sedih telus, sekalang Ley pengen bobo tak apa-apa, kan kalau Ley tidul peluk Paman?"

"Iya." Rey langsung menguap dia kemudian meletakkan kepalanya di dada dan tak butuh waktu lama Rey tertidur sementara Hali membelai rambut milik Rey dan hasilnya anak kecil itu tertidur lelap dengan cepat.

❤❤❤❤

Tiara sungguh tak mengerti dengan tingkah Axelle. Dari tadi sore dia masih sempatnya menggoda Tiara tapi sekarang Axelle hanya ada di kamarnya, mengurung diri.

Bahkan untuk makan malam tak disentuhnya. Tiara pun dengan memiliki keberanian menghampirinya kamar milik Axelle. Awalnya Tiara ragu jika Axelle akan marah tapi tidak gunanya penasaran, dia harus mencari jawaban dari pria gila itu.

Tok tok

"Axelle, kau ada di dalam? Ini aku Tiara aku--" belum menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba pintu kamar milik Axelle terbuka dan Tiara ditarik masuk.

Tiara bisa melihat jelas tatapan penuh intimidasi dari Axelle yang lalu menutup pintu dan menyudutkan Tiara dengan mengurung Tiara di antara kedua lengannya.

"Kau tahu bukan?"

"Tahu tentang apa?"

"Tentu saja kau tahu, kau itu, kan saudara kembarnya. Itu sebabnya kau tidak mau mengikutiku ke Malaysia karena kau tahu Syifa ada di sini!" mata Tiara membulat.

"Syifa ada di sini?"

"Ya, aku melihat dia dengan Rey tapi aku tak mendapatkan mereka sebab mereka telah pergi terlebih dahulu." Alasan yang masuk akal kenapa Axelle jadi histeris.

"Sudahlah jangan pasang wajah heran begitu, aktingmu payah."

"Aku tak berakting, aku sungguh tak tahu kalau dia ada di sini."

"Bohong!"

"Tidak aku mengatakan yang sebenarnya!" balas Tiara membela diri.

"Bohong!"

"Terserah kau mau percaya atau tidak tapi aku tak berbohong!" mereka sama-sama memandang satu sama lain sambil mengatur napas yang memburu karena kesal.

Axelle kemudian memutuskan pandangan seraya mengumpat dengan nada kecil. Dia tidak melihat jika ada sesuatu yang ditutupi oleh Tiara tanda kalau wanita itu tidak berbohong.

Beberapa saat Axelle lalu memandang sekali lagi pada Tiara. Dia masih memandang Axelle dan pria itu membuang napas. "Baiklah, aku minta maaf."

"Nah gitu dong. Lepaskan aku." Bukannya melepas, Tiara malah di dekap lebih erat lagi. Senyuman Axelle jelas memiliki makna lain.

Wajah Axelle makin membuat wajah Tiara memanas. "Kau mau apa?"

"Menurutmu aku ingin melakukan apa?"

"Me-menciumku?" seringai Axelle melebar saja. Dada Tiara merasakan sensasi gelitik saat napas Axelle menggelitik wajahnya.

Kedua bibir mereka bertemu dan saling melumat dengan napsu yang menggebu. Cukup lama, Axelle melepas ciuman, menatap wajah Tiara yang memerah lalu menggendongnya untuk dibaringkan ke ranjang.

Tangan Axelle sibuk membuka ikat pinggang juga kemeja yang melekat di tubuh sementara Tiara membulatkan mata melihat Axelle telanjang dada di depannya secara otomatis wanita itu menutup mata.

"Nona Tiara, apa kau sudah siap?"

❤❤❤❤

Di apartemen milik Syifa, Hali dan Rey tertidur di ruang keluarga dengan tv yang senantiasa menyala. Ketika tv dimatikan, suara bising yang langsung menjadi sunyi membangunkan Hali lalu melihat sekelabat bayangan di depannya dan ketika dilihat baik-baik itu adalah Bunda asuh Rey. Syifa.

"Selamat pagi." Hali mengerjapkan mata lalu memandang pada jendela yang menampakkan langit malam.

"Pagi. Kau sudah mendingan?" Syifa mengangguk.

"Rey bagaimana? Dia tak rewel?"

"Tidak malah dia sangat penurut."

"Baguslah. Sebagai ucapan terima kasih sarapanlah bersama kami." Hali berdiri mendekat Syifa dan tanpa meminta izin pria itu meletakkan tangannya di dahi Syifa.

Syifa jelas dibuat kaget oleh perbuatan Hali dan makin kaku ketika melihat Hali sangat dekat dengannya. "Syukurlah demammu turun."

Hali kemudian bertemu mata dengan Syifa dan menyadari ada sesuatu yang lain di dalam pandangan wanita itu. Lantas, pria itu memutuskan pandangan mata sekaligus menjauh. Syifa pun berusaha untuk membuang perasaan canggung yang ada dan ingin menuju dapur secepat mungkin.

"Syifa kau belum memberitahuku,"

"Tentang apa?"

"Kalau kau bukan Ibu Kandungnya Rey dan siapa Jessica." langkah Syifa terhenti. Melirik sedikit pada Hali senyuman pahit ditunjukan oleh Syifa.

"Rey pasti sudah mengatakan padamu. Apa kau mau membantuku membuat bubur, aku akan menceritakannya apa yang terjadi."

Hali setuju kemudian secara bersama-sama membuat sarapan dengan Syifa. "Jessica adalah wanita penghibur, dia memiliki mimpi untuk menikah dengan seorang pria kaya dan tampan. Jika dia tak bisa menggoda pria incarannya dengan gayanya maka dia akan melakukan hal yang ekstrim seperti memasukkan obat di dalam minuman si pria."

"Jessica menceritakan semuanya itu padaku dan jelas sebagai seorang sahabat, aku memberitahukan bahwa apa yang dia pikirkan itu sangatlah salah namun dia benar-benar nekat melakukannya, berpikir bahwa pria itu akan bertanggung jawab tapi dia salah besar. Si pria malah memberikanya uang dan pergi begitu saja."

"Lalu, akhirnya Jessica hamil. Dia kembali meminta pertanggung jawaban tapi malah ...." Syifa menghentikan aksinya yang memotong beberapa bahan.

"Sekali lagi si pria tak mau dan kembali memberikannya uang agar Jessica menggugurkan kandungannya. Awalnya Jessica ingin melakukan hal tersebut tapi aku memberikan dia nasihat agar tidak menggugurkannya. Lambat laun Jessica mulai menerima kandungannya dan mencintai bayi yang dia kandung."

"Jessica mempertahankan bayinya walau ada pertaruhan nyawa saat Jessica melahirkan Rey hingga pada akhirnya setelah persalinan, Jessica meninggal dunia. Kami masih sempat berbicara dan dia mau aku yang menjaga Rey. Hak asuh milik Rey jatuh padaku karena Jessica telah menandatangani dokumen pemberian hak asuh kepadaku lalu satu janji lagi. Jangan pernah memberikan Rey pada Ayah kandungnya."