"Terima kasih ya karena sudah mau mengantar kami." ucap Syifa di dalam mobil.
"Sama-sama. Ini bukan hal yang merepotkan kok, aku juga tak akan keberatan kalau kau memintaku untuk menjemput kamu dan anakmu." sementara itu Rey diam menatap pada Paul.
Perhatian dari Paul kepada sang bunda membuat bocah itu memiliki pertanyaan yang tak sungkan dia tanyakan. "Om, om mau tidak jadi Ayah Ley?"
Syifa beserta Paul kaget dan diiringi senyuman Paul membalas. "Memangnya bisa?"
"Iya syalatnya cuma sayang sama Ley dan Bunda."
"Rey jangan ngomong seperti itu. Kau mengada-ngada saja." potong Syifa. Wanita itu lalu memandang Paul dengan senyuman getir.
"Maaf ya Rey memang seperti itu selalu bertanya apa yang ada di pikirannya maklum anak-anak."
"Tidak apa-apa saya sangat mengerti." tak butuh waktu lama mereka akhirnya sampai di apartemen.
"Sekali lagi terima kasih ya." ucap Syifa begitu dia keluar dari mobil beserta Rey.
"Iya sama-sama. Apa perlu aku keluar dan mengikutimu juga?"
"Ah tidak usah aku bisa sendiri." Setelah perbincangan singkat mereka, Paul menjauh dari Syifa dan Rey yang berjalan masuk hingga sampai di depan pintu apartemen.
Begitu masuk Syifa menutup pintu, wanita itu membuang napas kasar. "Bunda," panggil Rey.
"Iya Rey, ada apa?"
"Bunda tak apa-apa? Wajah Bunda pucat sekali." Syifa tersenyum lemah.
"Hanya pusing sementara kok, Bunda tak apa-apa, Bunda hanya perlu istirahat." Tangan Syifa lalu mengacak rambut milik anaknya kemudian bergerak ke kamar untuk istirahat.
Rey tahu, kondisi Ibunya tak baik sama sekali.
❤❤❤❤
Marisa dan Hali pergi ke suatu tempat yang sepi. "Ada apa Marisa, kenapa kau terlihat sangat gugup begitu?" Marisa tak bicara dan hanya mengatur napas untuk mengatakan sesuatu.
"Hali, aku sudah memikirkan hal ini baik-baik jadi lebih baik kita putus saja ya." Hali mematung sedang dadanya bergemuruh hebat.
"Kenapa kau tiba-tiba mengatakan hal itu? Apa Mamaku melakukan sesuatu yang buruk terhadapmu?"
"Tidak tapi kami saling bertemu kemarin dan---" ucapan Marisa terhenti saat Hali menepuk kedua pundaknya.
"Marisa dengarkan aku baik-baik. Apa pun yang terjadi aku ingin tetap bersamamu, kali ini aku tak akan membiarkan siapa pun menghalangi hubungan kita sekali pun itu adalah orang tuaku sendiri jadi kamu jangan khawatir aku akan melindungimu." Wanita itu kemudian dipeluk oleh Hali dan membalasnya secara kaku.
Jujur Marisa sangat tidak yakin dengan keputusan Hali yang mau mempertahankan hubungan mereka. Bagaimana bisa seorang pria berjanji pada seorang wanita sementara dia memperhatikan wanita lain?
Apa lagi setelah mendengar cerita dari Ibunya Hali membuat Marisa merasa tak enak. Suara ponsel Hali mengejutkan keduanya dan Hali langsung mengangkatnya.
"Halo Syifa ada apa?" pertanyaan Hali membuat Marisa melebarkan mata agak kaget namun kemudian tersenyum hambar.
"Paman ini Ley Paman," jawab Rey dari seberang.
"Paman bisa tidak datang ke sini? Bunda tiba-tiba sakit, Ley cemas."
"Tentu Rey Ayah akan datang ke sana."
"Bukan Ayah tapi Paman." setelah itu Hali memandang pada Marisa dengan raut wajah bersalah.
"Tak apa-apa aku mengerti. Pergilah, dia membutuhkanmu."
"Terima kasih Marisa, aku akan menghubungimu begitu masalahnya selesai." Hali pun pergi meninggalkan Marisa yang diam. Wanita itu pun masih tersenyum pahit.
"Ternyata kau lebih mementingkan Syifa dibanding aku." gumamnya lirih.
Begitu sampai di apartemen, Hali terburu-buru menuju apartemen milik Syifa dan mendapati Rey menangis di ruang tamu sendirian. "Rey,"
Anak kecil itu menoleh lalu berlari menghampiri Hali sambil menangis. "Mana Bunda?"
"Di dalam kamal." Hali pun bergegas mendekat. Diketuknya sebentar lalu masuk, di atas ranjang Syifa menggigil napasnya terdengar berat. Begitu Hali meraba dahi milik Syifa, sangatlah terasa panas.
"Bunda demam." Segera pria itu menelepon seorang dokter yang lalu dengan cepat datang untuk mengobati Syifa.
"Cuma demam biasa, saya sudah memberikannya obat jadi dia pasti akan sembuh." ucap si dokter.
"Terima kasih ya dokter. Untuk biayanya saya akan transfer secepatnya."
"Iya, kalau begitu saya permisi dulu." Sepeninggal dokter tersebut Rey berjalan mendekat.
"Paman, Bunda tak apa-apa?"
"Iya cuma demam besok pasti Bunda akan membaik nah karena Bunda lagi sakit Paman yang akan menjaga Rey. Rey mau, kan?" Rey mengangguk.
"Hali." suara serak milik Syifa membuat Hali memalingkan wajah pada Syifa.
"Terima kasih dan maaf sudah membuatmu repot."
"Tak apa-apa, pikirkan kesehatanmu dulu dan aku akan menjaga Rey. Aku sudah pernah bilang padamu kalau Rey sudah kuanggap sebagai anakku sendiri." Syifa agak sedikit terhibur kemudian memejamkan mata.
Hali dan Rey keluar dari kamar Syifa lalu melakukan rutinitas yang seharusnya dikerjakan oleh Syifa seperti memandikan Rey, mengganti baju, membuat makanan dan lain-lain.
Semua itu dilakukan oleh Hali dengan senang hati. Dia merasa menjadi seorang Ayah meski sehari saja. Jam delapan malam adalah waktu santai, mereka berdua baring-baring di depan tv yang sedang menampikan film frozen dua. Rey dengan santainya memeluk tubuh Hali sambil mencium parfum maskulin yang enak dari tubuh pria itu.
"Kau suka tinggal dengan Paman?" Rey mengangguk.
"Coba saja kalau Paman Hali itu benelan Ayah Ley, pasti Ley sama Bunda senang." namun kemudian Rey memberikan senyuman getir. Rey kecil tahu bahwa apa yang dia inginkan tidak bisa terjadi.
"Rey, Paman Hali sudah bilang kalau kau mau menganggap Paman sebagai Ayah Paman tak keberatan kok."
"Tidak boleh. Paman cuma sayang sama Ley tapi Paman nggak sayang sama Bunda jadi Paman bukan Ayah Ley." Hali mengembuskan napas. Apa yang harus dia lakukan supaya Rey bisa memanggilnya sebagai Ayah ya?
Mata Hali yang menatap sekitar lantas terpaku pada sebuah foto Syifa bersama seorang wanita seksi. Letaknya ada di meja yang amat dekat membuat Hali bisa melihat foto tersebut dengan jelas. Tampak kerutan di dahinya, pria itu ragu kalau Syifa punya teman seperti itu.
"Rey, foto itu ... Bundamu bersama siapa?" Rey lalu melihat ke arah foto tersebut dan mengambil foto itu lalu dibawa makin mendekat pada Hali.
"Ini Bunda Jessica."
"Bunda Jessica?"
"Iya sebenalnya Ley punya dua Bunda. Bunda Syifa, Bunda yang melawat Ley dan Bunda Jessica, Bunda yang melahilkan Ley." tutur Rey sambil memandang si wanita seksi.
❤❤❤❤
See you in the next part!! Bye!!