Chereads / D I L E M A / Chapter 17 - Akrab atau Mesra?

Chapter 17 - Akrab atau Mesra?

Hali lalu keluar dari ruang rapat yang kemudian langsung menghampiri Syifa yang hanya berdiam diri.  "Urusan kita sudah selesai ayo kita pergi,  kau pasti rindu Rey bukan?" Syifa mengangguk antusias.

Keduanya langsung bergerak ke tempat parkir dan masuk ke dalam mobil kembali menuju perusahaan milik Hali. Di dalam mobil,  Hali memandang Syifa secara diam-diam.

Dia bisa melihat bahwa wanita itu mulai cemas sekarang. Bagaimana tidak? Jam makan siang sudah selesai beberapa menit dan pasti Rey telah menunggu kedatangan Ibunya.

"Jangan khawatir Rey pasti akan dijaga baik-baik oleh para pengasuh." Syifa menatap sebentar pada Hali sambil tak mengubah tatapan cemasnya tapi kemudian mengangguk lemah.

❤❤❤❤

Sementara itu Rey menunggu dalam ruangan dengan gelisah.  Semua anak-anak telah makan bersama dengan Ibu mereka yang datang menyisakan Rey seorang bersama bekal makanan.

Kini teman-temannya yang sepantaran telah tertidur nyenyak namun tidak dengan Rey.  "Rey kenapa tidak tidur?" tanya seorang pengasuh pada anak kecil itu. Rey diam tak menjawab seraya memandang pada pintu berharap Syifa akan datang atau Ayahnya.

"Tidurlah, kamu pasti mengantuk." Kali ini Rey menggeleng.

"Ley nunggu Ayah sama Bunda, mau makan siang."

"Tapi Bunda sama Ayah lagi kerja, nanti kalau pulang ya, "

"Tidak! Bunda udah janji sama Ley mau makan siang baleng. Ley mau nunggu Bunda." rajuk anak kecil itu dan mulai menangis.

Suara kenop pintu menghentikan percakapan keduanya. Pintu lalu terbuka menampilkan Syifa dengan raut wajah khawatir. Rey awalnya terkejut tetapi dengan cepat dia memberikan senyuman lebar untuk Bundanya.

"Bunda!" Rey lantas mendekati Syifa yang langsung diberikan pelukan oleh wanita itu.

"Maafkan Bunda ya Rey, Bunda terlambat." Rey menggeleng dalam rangkulan Syifa seraya membalas pelukan sang Bunda.

"Enggak apa-apa Bunda, yang penting Bunda datang buat temani Ley makan siang." Tampaklah Hali di belakang Syifa membuat si pengasuh yang terharu mendadak terkejut akan kehadiran CEO dari perusahaan tersebut.

Hali mengisyaratkan agar si pengasuh agar diam dan lalu mengalihkan pandangan pada Rey dan Ibunya. "Rey,"

Rey sontak menengadah lalu tersenyum sesaat sebelumnya kaget melihat kehadiran Hali. "Ayah!" Anak kecil itu melepas pelukan dari Syifa untuk menghampiri yang sudah dia anggap sebagai Ayah kandung.

"Ayah datang juga! Ley kangen Ayah!" ucap Rey girang.

"Ayah juga kangen sama Rey, kita makan siang sama-sama yuk." sahut Hali seraya berjalan menjauh pada Syifa yang berbincang bersama pengasuh.

Sadar jika Rey dibawa pergi oleh Hali membuat Syifa kesal. Setidaknya pria itu meminta izin membawa anaknya. "Tunggu aku Pak Hali, kau membawa anakku!"seru Syifa kesal.

Hali menghentikan langkahnya dan memutar tubuh dengan cepat memberikan rasa kaget pada Syifa. Wanita itu nyaris menabrak sang bos.

"Rey juga anakku. Berapa kali harus aku bilang padamu?!"

"Meski kau bilang berapa kali pun faktanya dia bukan anakmu. Kau mau aku menelepon polisi dan mengatakan kalau kau menculik anakku?!" ancam Syifa marah-marah.

"Terserah apa katamu, aku tak peduli.  Ayo kita pergi makan siang, memangnya kau tak kasihan apa sama Rey? Dia kelaparan." Mendengar itu Syifa agak panik dan merutuk kesal dalam hati.

Karena terbawa suasana, Syifa tak mengingat jika Rey belum makan.  Semua ini karena bosnya yang sombong. "Maafkan Bunda Rey, ayo kita makan siang."

Mereka lalu beranjak menuju kantin perusahaan yang sepi dan sepanjang jalan mereka melewati tempat kerja para karyawan. "Lihat itu, sekretaris bersama Pak Hali mereka kembali makan siang bersama. Huu ... Beruntung sekali."

"Sstt ... Diam. Memang sih akrab tapi aku sangsi loh kalau mereka berdua itu punya hubungan. Pak Hali itu terlihat lebih sayang sama Rey, anaknya Syifa."

"Benar juga. Kelihatannya Hali lebih dekat dengan Rey ketimbang Syifa dan karena Syifa Ibunya Rey maka mereka berdua dekat." Para karyawan yang terlibat percakapan itu mengangguk membenarkan.

Sedang itu Hali dan Syifa sudah sampai di kantin perusahaan. "Kamu mau makan apa?"

"Mm ... Nasi goreng." Hali pun berdiri untuk membuat pesanan sedang Syifa dan Rey setia menunggu di salah satu meja yang disediakan.

"Eh Pak Hali, tumben makan di sini. Mau pesan apa?" tanya Bu Meera, wanita berdarah India yang menjabat sebagai kepala bagian konsumsi.

"Dua porsi nasi goreng udang sama dua teh tarik juga ya."

"Baik Pak." Hali kembali lagi pada Rey dan Syifa lalu duduk di samping bocah itu. Sebagai seorang Ibu, Syifa tengah memberi makan Rey bekal yang dibawanya khusus untuk anaknya.

Tawa kecil keluar dari bibir Hali melihat betapa lahapnya Rey makan. "Makan yang banyak ya, supaya cepat besar." Rey mengangguk sebagai balasan.

"Ayah mau juga, enak loh."

"Mau, memangnya boleh?"

"Boleh, Bunda suapin Ayah juga supaya bisa lasain bekal buatan Bunda." Syifa mendelik, dia kemudian menatap Hali dengan sorot mata kesal.

"Jangan banyak maunya, kamu itu bukan seseorang yang spesial tahu,"

"Siapa bilang, aku ini berarti loh buat Rey," balas Hali juga sama kesalnya.

"Kau?!"

"Sudah jangan gaduh terus!" potong Meera sembari meletakkan makanan yang sudah dipesan oleh Hali.

"Pak harusnya anda lebih baik lagi. Bagaimana pun wanita ini adalah istri anda." Baik Hali dan Syifa, mereka sama-sama terkejut dengan ucapan Meera.

"Meera, kau salah paham. Syifa bukan istriku tapi anaknya sudah kuanggap sebagai putraku sendiri." Wanita paruh baya itu tampak terkejut dengan penjelasan Hali lalu tertawa renyah.

"Maaf pak saya salah sangka soalnya kalian terlihat mesra sekali."

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!