Chereads / D I L E M A / Chapter 23 - Ayah Baru

Chapter 23 - Ayah Baru

Akan tetapi Rey tak memungkiri jika dia sedih. Sedih sebab tak akan memanggil Hali dengan sebutan Ayah begitu juga dengan kenyataan kalau orang yang selalu dia panggil Ayah itu bukanlah Ayahnya.

Mata Rey mulai berkaca-kaca dan setelahnya dia mulai menangis dengan suara kuat. Semua orang kembali menatap mereka tapi kali ini Syifa hanya termenung lesu.

Sementara itu, Hali berusaha mengejar Marisa yang melangkah dengan cepat. Ketika ada kesempatan, Hali segera menarik tangan Marisa dan membuatnya berputar menghadap ke arahnya.

"Kenapa kau mengejarku? Rey pasti akan sedih pergilah hibur Rey!"

"Tidak, aku akan tetap bersamamu. Kau kekasihku Marisa!"

"Apa hubungan kita lebih penting dari perasaan kecewa seorang anak? Dia benar, akan lebih baik kalau aku tidak datang ke sana karena hanya mengganggu kalian. Rey sudah terbiasa dengan kau dan Syifa yang seperti keluarga. Aku di sana hanya sebagai pengganggu saja!" Marisa berusaha menahan keras air matanya tak jatuh namun pertahanannya sia-sia saja.

Air mata mulai keluar dan mengalir di pipinya. Sebagai seorang pacar yang baik, Hali menghapus air matanya dan membawa Marisa ke dalam pelukan ingin menenangkan Marisa. Beberapa saat dalam keheningan, mendadak suara cemprang yang meneriakan nama Hali.

Marisa otomatis melepas pelukan sama halnya dengan Hali. Mereka lalu melihat ke asal suara yang mana Ibu Hali menghampiri mereka. "Dasar perempuan gatal! Berapa kali saya bilang, jangan dekati anak saya tapi kamu masih berani menampakkan wajah ke sini?!"

"Mama sedang apa di sini?"

"Sudah jangan mengalihkan pembicaraan. Kenapa wanita ini ada di perusahaan kita? Kenapa kau juga memeluk dia di depan umum seperti ini? Apa kau mau orang-orang datang dan menikahkan kalian?!"

"Tidak Mama kami--"

"Diam. Mama tidak berbicara sama kamu tapi sama wanita ini." ucap Della seraya menunjuk pada Marisa yang hanya menunduk.

"Dengar ya sampai kapan pun aku tak akan sudi menjadikanmu menantu, paham?!" kata-kata Della bagaikan hantaman keras yang menggoyahkan perasaan Marisa sementara dia hanya menggigit bibir menahan kesakitan yang dia rasakan.

"Permisi." Marisa segera melangkah cepat setelah berucap. Inginnya Hali mengejar Marisa namun Della langsung mencegat dengan menahan lengan sang putra.

"Kau mau ke mana? Pergi ke ruang kerjamu ada banyak pekerjaan yang harus kau lakukan jangan banyak membuang waktu dengan pacaran. Ayo!" Hali membuang napas.

Dia tidak ingin dikatakan sebagai anak yang melawan dan akhirnya Hali mengiyakan saja permintaan Ibunya.

Sepanjang hari itu dilewatkan dengan rutinitas biasa. Della pun pergi setelah berbincang banyak ke anaknya guna melepas rindu sampai sore Hali pulang sendiri.

Karena memiliki hubungan dengan Marisa, Syifa dan Rey tidak pulang lagi bersama dan kini Marisa tidak ada di tempat.

Hali akhirnya sampai ke apartemen. Tak banyak berharap pria itu malah terkejut melihat sosok anak kecil di depan pintu apartemennya. Siapa lagi kalau bukan Rey. "Rey, sedang apa di sini?"

Rey menoleh pada Hali dengan mata sembab. Anak kecil itu berusaha untuk senyum namun senyum yang ditampilkan tidak memiliki keceriaan seperti biasa. "Rey, kenapa ada di sini? Habis menangis lagi, Bunda melakukan sesuatu yang buruk sama kamu?"

Kontan Rey menggeleng. "Ley ke sini mau bicala sama Paman Hali."

Deg!

Mana sebutan Ayah yang sering diucapkan oleh Rey saat bertemu dengannya?

"Loh, kok panggil Paman? Panggil Ayah dong!" Sekali lagi Rey menggeleng.

"Paman Hali bukan Ayah Ley itu kata Bunda." Hali lantas mendecih, Syifa ... Wanita itu benar-benar membuat Hali jengkel.

Awas saja kalau mereka bertemu. "Ayo kita masuk, katanya Rey mau bicara sama Ayah."

"Paman Hali." sahut Rey tegas.

Di dalam Rey duduk di sofa sambil meminum coklat panas yang diberikan untuknya.

"Bagaimana? Enak?"

"Iya enak." Hali tersenyum kemudian mengelus rambut milik Rey dengan lembut.

"Oh iya dari tadi ada yang mau dibicarakan. Katakan." Rey menyesap coklatnya sebentar lalu menjawab.

"Ley mau cali Ayah balu."

"Ayah baru?" Hali tentu saja terkejut. Dia merasa gagal sebagai seorang Ayah, Rey adalah anak kesayangannya tapi Rey mau cari Ayah baru. Pernyataan Rey sangatlah membuat dia kecewa.

"Ada apa? Ayah kurang perhatian ya sama Rey?"

"Bukan ... Ley mau cali Ayah yang juga sayang sama Bunda. Kata Bunda, Ayah Hali sudah punya Tante jadi tak mungkin jadi kelualga. Ayah sayang sama Ley tapi nggak sayang sama Bunda."  Mendengar itu Hali terdiam.

Memang benar adanya agak sulit menjadi sebuah keluarga yang seperti diinginkan Rey tapi Hali sangat nyaman dengan perannya sebagai Ayah Rey dan dia tak mau ada seseorang yang mengambil peran itu darinya.

Tapi mau bagaimana lagi, Syifa juga harus memiliki orang di sampingnya bukan kasih sayang sepihak. "Paman Hali mau bantu Ley, kan untuk cali Ayah balu?"

Hali hanya memandangi mata Rey. Terlihat polos tapi sangat suci dan dia tak mau mematahkan semangat anak selugu itu. "Baik Ayah mau bantu,"

Rey mengerucutkan bibir. "Bukan Ayah tapi Paman!"

❤❤❤❤

Di bandara internasional Kuala Lumpur, Axelle menghirup udara dan membuangnya secara perlahan. "Membosankan sekali, begitu banyak pekerjaan yang harus aku lakukan."

Dia pun mengenakan kacamata hitam sambil menyeret kopernya untuk keluar dari bandara. "Ups, ada sesuatu yang aku lupa."

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!