Chereads / D I L E M A / Chapter 22 - Rey Tak Suka Tante (2)

Chapter 22 - Rey Tak Suka Tante (2)

Beberapa hari berlalu. Hali dan Marisa menjalani hubungan asrama kembali setelah lama berpisah. Karena kerinduan yang mereka rasakan, baik Hali maupun Marisa tampak bahagia dengan menghabiskan waktu satu sama lain.

Bahkan gosip antara Syifa dan Hali langsung reda saat beberapa karyawan melihat kedekatan dua insan yang tengah mabuk cinta itu. Perlu diketahui, Marisa diterima di perusahaan milik Hali dan hal ini membuat Hali senang.

Sementara Syifa dan Rey diabaikan oleh Hali. Waktu Hali tersita oleh Marisa sementara Rey yang sudah terbiasa dengan kasih sayang Hali tentu merasa kehilangan sekali.

Sebab itu Rey sebal setengah mati dan dia berubah. "Rey, ayo makan. Kalau kamu sakit bagaimana?"

"Nggak mau sebelum Ayah datang!"

"Rey, Ayah lagi sibuk jadi dia tak akan datang untuk makan siang bersama kita."

"Bunda bohong! Pasti Ayah sama tante itu, kan?! Gala-gala tante, Ayah nggak sayang lagi sama Ley!" Kendati Rey masih anak kecil suara lantang miliknya menggema di kantin perusahaan. Beberapa orang lantas melihat pada Syifa dan Rey.

Syifa pun secara otomatis mengumbar tersenyum getir dan berujar pelan maaf. Dirinya tak enak mengganggu para karyawan yang makan di tempat itu "Hush, jangan bilang begitu. Ayah sayang kok sama Rey."

"Kalau dia sayang sama Ley, pasti Ayah ada di sini bukan sama tante itu." Syifa membuang napas. Menyerah dengan sifat Rey yang keras kepala.

Dia lalu meraih ponsel untuk menghubungi seseorang yang penting bagi putra tunggalnya. Beberapa menit menunggu, teleponnya diangkat. "Halo," suara Hali menginterupsi.

"Kau ada di mana?"

"Kenapa bertanya ketus begitu? Tentu saja aku sedang makan bersama Marisa!"

"Putramu tak mau makan dan dia ingin kau ada di sini. Tolong datang sekarang juga agar anakku makan. Hali, kalau kau tak datang aku tidak akan membuatmu bertemu dengan Rey."

"I--iya aku akan datang!" telepon ditutup secara terburu-buru dan Syifa memandang anaknya..

"Ayah akan datang, tunggu saja."

❤❤❤❤

Hali segera minum air dan menyapu mulutnya dengan tisu yang tersedia. "Kenapa buru-buru seperti itu?"

"Putraku tak mau makan jika aku tak ada. Ayo kita kembali ke perusahaan." Marisa membuang napas pendek.

"Baik." Marisa ikut berberes lalu pergi bersama dengan Hali menuju mobil. Sepanjang perjalanan, keduanya membisu. Tak memiliki gairah untuk bercanda.

Wanita muda itu melirik pada Hali yang tampak cemas. Ternyata anak Syifa amatlah sangat penting sampai-sampai Hali mengkhawatirkan Rey.

Kalau tidak salah enam bulan mereka berpisah dan selama itu Hali bersama Rey dan Ibunya menurut Marisa itu wajar. Tapi entah kenapa Marisa merasakan sesuatu yang lain?

Entahlah, Marisa tak bisa mendefinisikannya secara tepat. Lebih seperti dia cemburu pada anak kecil.

Tak terasa mereka sudah sampai, begitu memarkirkan mobilnya Hali langsung ke kantin di mana Syifa dan Rey menunggu.

"Ayah!" Hali tersenyum kemudian mengambil tempat duduk di samping Rey.

"Maaf kalau Ayah terlambat, sekarang Ayah sudah ada di sini. Makanlah." Senyum Rey mengembang mendengar kalimat Hali. Rey lalu mengambil bekalnya secara antusias lalu makan dengan lahap.

"Nah gitu dong, anak Ayah hebat!" Tentu saja Rey bahagia kala dirinya dipuji tapi baru beberapa detik, senyum yang seperti matahari mendadak hilang layaknya awan mendung menutupi sang mentari.

Rey melihat tajam pada Marisa yang memamerkan senyuman dan mengambil tempat di depan anak kecil tersebut. "Hai Rey."

Entah kenapa Rey muak melihat Marisa. "Kenapa tante ada di sini? Ley cuma minta Ayah datang. Pelgi, Ley tak mau lihat Tante, kalena Tante Ayah nggak sayang sama Ley!"

"Rey?!" Syifa yang awalnya tenang langsung menegur Rey. Sungguh dia tak mengira jika Rey bisa mengatakan hal seperti itu di depan Marisa.

"Kamu nggak boleh bilang begitu, ayo minta maaf pada Tante Marisa!" lanjut Syifa sekali lagi.

"Tidak usah Syifa, aku mengerti. Dia masih kecil jadi menurutku wajar ... Aku pergi dulu." Marisa melangkah pergi meninggalkan Hali, Syifa dan Rey.

Dia juga tak mempedulikan panggilan dari kekasihnya. Alhasil Hali mengejar Marisa yang makin menjauh. "Kenapa Rey bilang seperti itu?"

"Ley cuma mau bilang yang benal kok,"

"Tapi kamu sudah menyakiti perasaan Tante Marisa ... Hhhahh Rey, terimalah kenyataan kalau Hali yang sudah kau anggap sebagai seorang Ayah memiliki orang lain dalam hatinya sementara kita ... Kita hanya orang asing yang dianggap sebagai keluarga tak lebih dari itu."

"Tapi Hali adalah Ayah Ley,"

"Ya namun itu pemikiranmu saja, tapi kita bukan siapa-siapa."

"Kalau begitu Bunda menikah saja dengan Ayah, supaya kita bisa jadi kelualga."

"Itu tidak mungkin Rey, berkeluarga bukan berarti kita main rumah-rumahan tapi sebuah tanggung jawab penuh sedang menikah, itu sangatlah mustahil. Bagaimana bisa Ayah Hali menikahi Bunda jika dia memiliki seorang wanita yang penting di dalam hidupnya. Menikah juga dibutuhkan suatu perasaan. Ayah Hali sayang sama Rey tapi tidak sayang sama Bunda."

"Rey, Bunda bahagia kalau lihat kau bahagia itu sebabnya Bunda membiarkan Rey memanggil Hali dengan sebutan Ayah." Rey terdiam dan mencerna perkataan Syifa dengan otaknya.

Meski tak bisa dijabarkan dengan baik tapi Rey agak mengerti. Kesimpulannya Bunda harus bahagia begitu juga dengan dia.

Rey pun memantapkan hati. Dia akan mencari seorang pria yang membahagiakan Bundanya sekaligus dirinya. Rey pasti akan mendapat Ayah Baru.

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!