Chereads / D I L E M A / Chapter 15 - Berulang Kali Membantu

Chapter 15 - Berulang Kali Membantu

Mereka pun tiba di parkiran perusahaan milik Ayah Hali dan keduanya langsung masuk. "Aku akan pergi dulu ke penitipan anak jadi Pak Hali menunggu saja aku tak lama." ucap Syifa saat mereka berada di dalam lift.

"Iya aku tahu tapi jangan lama ya. Aku punya banyak pekerjaan hari ini." Begitu pintu lift terbuka, Hali yang memang masih menggendong Rey memeluk erat anak itu.

"Ayah pergi kerja dulu ya nanti kalau sudah selesai baru kita berjumpa lagi." Rey sama sekali tak merengek. Dia membalas pelukan sesaat dan mengalihkan pandangannya pada Syifa.

Kendati berat hati Rey diberikan pada Ibunya lalu pria itu melangkah pergi. Syifa menurunkan Rey kemudian menepuk kepalanya kala menemukan tatapan sedih dari anaknya itu.

"Sudah jangan sedih begitu nanti kita akan ketemu Ayah kalau sudah selesai bekerja." Digandengnya tangan Rey menuju tempat penitipan anak.

Dia berbicara sebentar pada pengasuh di tempat penitipan anak dan setelahnya mengalihkan perhatian pada Rey. "Jangan nakal ya nanti Bunda datang saat jam makan siang."

Sebagai anak patuh Rey mengangguk dan masuk ke dalam sebuah ruangan yang mana ada beberapa anak-anak sebayanya sedang bermain. "Kalian main apa, Ley ikut dong!"

"Main powel langel kalau mau ikut cuma powel langel bilu yang ada, mau?"

"Mau!" Rey pun bergabung dan bermain bersama mereka untuk menuntaskan monster yang diperankan oleh seorang pengasuh.

Syifa akhirnya tiba di ruang kerjanya. Dia segera membuat kopi unuk di antarnya pada Hali dan memberi beberapa dokumen yang diperiksa oleh pria itu.

Tok tok

"Masuk." Dia pun masuk saat mendengar ucapan Hali memberi perintah. Dibukanya pintu sambil mengucapkan selamat pagi. Syifa lalu meletakkan kopi dan segala dokumen yang dia bawa.

"Hari ini jadwal Pak Hali cukup padat. Ada beberapa pertemuan dengan klien penting dan anda akan makan siang bersama salah satu klien penting itu. Anda juga harus melihat beberapa proyek guna memeriksa." Sepanjang penjelasan dari Syifa, sepasang mata pria itu melirik diam-diam.

Hali mengakui jika Syifa berhasil menjadi sekretaris kendati pada awalnya mereka bertengkar dan Hali mengatakan secara terang-terangan kalau Syifa tak berbakat menjadi seorang sekretaris.

Memang pada awalnya Syifa sering salah dalam pekerjaan apa pun bahkan yang paling mudah namun wanita itu cepat belajar dan kini Hali merasa telah bergantung pada wanita itu.

Apa-apa Hali membutuhkan bantuan Syifa sebab sering kali Syifa yang membersihkan ruangannya. Hali merasa bersalah karena dia selalu mengeluh tentang Syifa. Setelah bertemu dengan Rey, Hali menutup mulutnya rapat-rapat.

Syifa adalah seorang ibu tunggal yang sudah tak memiliki suami. Sungguh kehidupan sulit saat dirinya seorang membesarkan Rey. "Pak Hali!"

"Ah iya." ucap Hali kaget.

"Anda sedang melamun apa? Sebaiknya anda mulai saja dari sekarang."

"Ok terima kasih Syifa kau sudah bisa pergi ke ruanganmu."

"Memang ini mau keluar." sahut Syifa ketus. Dia lalu pergi meninggalkan Hali yang mendengus kesal.

"Baru saja aku berpikir positif terhadapnya, eh malah dia memancing emosiku lagi." Satu jam berkutat dengan beberapa dokumen, pintu ruang kerjanya kembali diketok.

Syifa masuk mendekat pada Hali. "Ada apa lagi?"

"Sudah saatnya rapat Pak, klien baru saja datang dan nantinya Presdir Erwin akan menghadiri rapat juga." Hali ber-oh ria dan mengambil jasnya seraya bergegas ke ruang rapat yang mana klien menunggu di sana.

Syifa selaku sekretaris mengikuti Hali dari belakang. Sepanjang perjalanan keduanya bisa mendengar desas desus menyangkut mereka berdua. Sama seperti saat Syifa dan Hali berada di restoran, menciptakan rasa tak nyaman.

"Eh coba lihat sekretaris baru Pak Hali. Aku heran ya, kenapa dia bisa sangat akrab dengan Pak Hali? Bukannya dia itu janda anak satu,"

"Hei jangan ditanya lagi namanya juga Janda pastilah sekretaris barunya itu kegatelan mau dekat sama Pak Hali, secara Pak Hali itu sempurna." sahut seorang karyawan lelaki membalas ucapan dari teman perempuannya dari tadi.

"Pak Hali, kan akhir-akhir ini tidak pernah kenal seorang wanita dan sekretaris lamanya Pak Hali semua laki-laki cuma dia yang perempuan."

"Eh aku dengar kalau dia sengaja menggunakan status sekaligus anaknya yang masih kecil untuk membuat Pak Hali luluh. Benar-benar wanita bermuka dia." Mereka mudah mengatakan hal itu tanpa tahu bagaimana perasaan Syifa yang sekarang.

Geram sekaligus sedih bercampur jadi satu dan hanya bisa mengabaikan semua ejekan tak langsung dari mereka. Ternyata predikat yang menempel di diri Syifa membuat selalu dipandang sebelah mata dan direndahkan oleh orang-orang kendati dia tak melakukan apa pun yang menyakiti orang.

"Ekhem!" Suara dehaman dari Hali membuat para karyawan yang sedang bergosip langsung menegang. Dikenal sebagai CEO kejam yang suka memecat orang, mereka tentu saja menutup mulut kala ditegur oleh Hali.

"Kenapa kalian berbisik hal yang tak penting lebih baik kalian lanjutkan saja pekerjaan kalian!"

"Baik Pak." Para karyawan segera duduk di kursi masing-masing dan bekerja layaknya tidak terjadi apa-apa. Hali mengangguk melihat sikap sigap tersebut. Dari mata ekornya dia bisa menangkap sosok Syifa melongo memandangnya.

Atau lebih tepatnya tertegun. "Kenapa kau memandangku seperti itu? Ayo kita harus selekas mungkin, dia yang menunggu adalah klien penting bukan?" Syifa memberikan senyuman dan menjawab ya pak dengan bergumam.

Sekali lagi Hali membantunya.

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!