Chereads / D I L E M A / Chapter 12 - Tempat Tinggal Baru

Chapter 12 - Tempat Tinggal Baru

"Mau Ley mau inggal baleng Ayah." Hali tersenyum puas kemudian mengecup pipi Rey gemas.

"Kalau begitu ayo kita minta izin sama Bunda."

"Minta izin untuk apa?" Pria itu sontak mendongak dan bertemu pandang dengan Syifa yang menyorotnya tajam.

"Bunda, Ley mau inggal baleng sama Ayah, apa boleh?"

"Tinggal bersama? Apa maksudmu itu?" Hali membuang napas kasar dan berdiri namun tak sampai melepas pandangannya pada Syifa.

"Aku ingin mengajak Rey untuk tinggal bersamaku. Aku akan pindah ke apartemen baru tapi tidak ada yang menemani jadi--"

"Tidak boleh!"

"Aku, kan belum menyelesaikan kalimatku."

"Tapi aku tahu kok kamu ngomong apa, Rey itu anakku bukan anakmu jadi kau tak berhak membawanya ke apartemenmu."

"Tapi aku ingin mengajakmu juga untuk tinggal bersama!"

"Kau gila ya! Mana mungkin aku tinggal bersamamu. Nanti orang bilang apa kalau aku tahu kita tinggal bersama tanpa hubungan, bisa-bisa kita dicibir terus dipaksa nikah." Hali terpaku. Ada benar juga ucapan Syifa.

"Makanya kalau permintaan itu dipikir-pikir dulu baru ngomong." Syifa lalu menjatuhkan pandangan pada Rey.

"Rey sayang ayo kita pulang. Sudah waktunya kamu mandi,"

"Iya Bunda. Ayah Ley pelgi dulu ya." Hali melempar senyuman lalu mengangguk. Sepeninggal keduanya Hali kembali berpikir keras bagaimana cara membuat Rey bisa tinggal bersamanya.

❤❤❤❤

Beberapa hari kemudian, Hali telah mengemas semua barang yang dia bawa. Satu kotak penuh baru diberikan lakban oleh pria itu. "Wah kau cepat sekali mengemasnya."

Hali memutar tubuh lalu tersenyum pada Erwin. "Iya, lebih cepat lebih baik. Kalian boleh kok membuat kamarku ini sebagai kamar tamu, aku tak keberatan."

"Apaan sih kau ini? Kau adalah putra Ayah tentu saja kamar ini tetap menjadi milikmu toh kamar tamu kosong." Erwin kemudian menghela napas lalu mengeluarkannya secara perlahan.

"Pasti kami akan merasa kesepian di sini. Selama ini kita selalu bersama-sama."

"Papa, jangan sedih. Aku nanti ikutan sedih juga." Erwin tersenyum tipis. Mereka lalu berjalan keluar dan turun ke lantai dua untuk menemui Della beserta Putra.

"Barang-barang akan di antar nanti. Aku akan ke sana lebih dulu." Della sekali lagi memeluk Hali sebagai tanda perpisahan.

"Rumah ini akan selalu menjadi rumahmu sayang, silakan datang ke sini kalau kau mau."

"Iya Mama aku tahu." Hali melerai pelukan dan memberikan senyuman pada sang Ibu tanda bahwa dia baik-baik saja. Hali kemudian beralih pada Putra, tangannya terulur mengelus kepala sang adik dengan gemas.

"Jangan nakal ya." Putra membalasnya dengan mengangguk. Dia juga memberikan pelukan sebentar kemudian melepaskan setelah merasa cukup.

Hali kemudian keluar menghampiri Syifa beserta Rey. Mereka juga membawa koper tanda mereka juga akan pergi. "Apa kalian sudah siap?" Syifa dan Rey nyaris mengangguk bersamaan.

Ternyata dalam kurun beberapa hari, Hali berpikir keras untuk membuat Syifa dan Rey pindah bersamanya. Dia akhirnya mendapat sebuah ide di mana bisa dikatakan gila dan cukup memeras uang tabungannya selama ini.

Hali kembali menelepon pihak manajemen dan membeli satu buah apartemen mengatasnamakan Syifa. Saat Syifa diberikan kunci wanita itu menolak namun dengan pemaksaan Hali beserta permintaan Rey yang polos akhirnya Syifa mengalah.

Keduanya lalu naik mobil menuju ke sana. Sekitar setengah jam mereka akhirnya tiba di apartemen yang dituju. Syifa sendiri terkagum-kagum melihat apartemen yang akan mereka tempati. Begitu mewah!

"Hali, kau serius mau memberikanku kunci apartemen secara cuma-cuma?"

"Tentu saja aku serius. Ini demi aku bisa bertemu dengan Rey setiap hari." Raut wajah Syifa terlihat tak nyaman.

"Tapi ini berlebihan,"

"Tak ada yang namanya berlebihan ok? Rey adalah anakku juga." Syifa mendengus lalu duduk diam sampai Hali memarkirkan mobilnya di parkiran.

Syifa, Rey dan Hali lalu masuk ke dalam lift menuju lantai dua. Begitu pintu lift terbuka, Syifa menarik tangan Rey menuju apartemen yang diberikan secara cuma-cuma oleh Hali sedang pria baik hati itu membuka apartemen miliknya sendiri.

Syifa membulatkan mata begitu dirinya masuk. Apartemen yang sangat berkelas berbeda dengan dirinya yang sederhana. Dia masih tak percaya jika apartemen ini dibelikan atas namanya untuk Rey semata-mata.

Bahkan perabotan pun diberikan. "Bagaimana apa kau menyukainya?" Syifa menoleh pada Hali yang tiba-tiba saja masuk. Sepasang matanya juga mengedarkan pandangan. "Aku tak tahu bagaimana seleramu jadi aku mengikuti saja sesuai dengan seleramu jadi aku harap kau tak usah merasa tak nyaman."

Sekali lagi berbeda kelas. "Rey kau mau melihat kamarmu?" Rey mengangguk. Tangan Syifa yang menggenggam tangan Rey terlepas begitu saja saat Hali mengajaknya untuk melihat isi apartemen sebentar.

Sepeninggal mereka berdua Syifa memilih untuk meletakkan koper di ruang tamu dan berjalan menuju balkon. Syifa kemudian membuang napas berat. Meski Hali mengatakan tak usah merasa tak nyaman tapi Syifa tak memungkiri ada kegelisahan dalam diri yang timbul karena pindah.

Dia pun berharap semoga dengan tempat tinggal baru ini, Syifa dan Rey bisa hidup dengan tentram, aman tanpa adanya gangguan. Syifa lalu merogoh kantungnya dan memandang pada foto yang mana menampilkan sesosok pria tampan dengan sorot mata dingin menatap ke kamera. Sosok itulah yang menjadi alasan Syifa pergi dari Indonesia menuju Malaysia.

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!