Suasana Cyber kafe di sore hari sangat ramai. Ada beberapa pasangan muda-mudi yang menikmati sore dengan secangkir kopi atau sekedar bersenda-gurau, ada juga yang datang sendiri sekedar duduk bersantai menikmati sisa hari selepas penat bekerja.
Seperti yang dilakukan Kania saat ini, gadis itu sedang duduk dengan pensil yang meliuk-liuk di secarik kertas yang ia bawa. Sesekali dia melihat keluar kaca jendela, melihat sederet bunga Tulip yang sedang menari-nari karena terpaan angin.
"Lama, banget sih!" Kata Kania dalam hati. Gadis itu menopang dagu lalu kembali sibuk dengan pensil dan kertasnya. Ada senyum mengembang diwajah cantiknya, saat melihat hasil gambar setengah jadi itu.
"Maaf, Aku telat, tadi restoran sedang ramai," Kata Melvin kepada Kania, tanpa menunggu jawaban gadisnya, dia langsung menarik kursi dan duduk di seberang Kania .
Kania meliriknya dengan malas.
"Sudah telat, banyak alasan lagi!"
"Maaf, tadi Aku benar-benar sibuk!" Melvin menangkis dengan cepat.
"Apa, permintaan maaf-Mu bisa mengembalikan waktu-Ku yang terbuang? Aku juga sibuk kalau Kau lupa, tapi bedanya, Aku bisa menghargai waktu yang Aku punya, tidak seperti diri-Mu!" Ucap gadis itu datar.
Melvin menghela napasnya, " Iya, iya... maafkan Aku Nona, Anderson yang terhormat!" katanya sembari melambaikan tangan memanggil seorang Waiters.
Kania hanya mencibir perkataan Melvin.
Lelaki itu membuka buku menu yang diberikan sang Waiters dan mulai memilih. Akhirnya Dia memesan dua minuman Frappuccino, tak lupa Melvin juga memesan pasta Carbonara kesukaannya untuk Dia dan Kania.
"Bukankah Kau seorang Chef?? Kenapa malah makan disini? Apa masakan-Mu tidak seenak kelihatannya, hingga Kau pun tidak ingin memakannya?" Ucap Kania mengejek.
"Hey!" Melvin mendelik kesal.
"Kalau saja Kau tidak cerewet dan terus mengirimi-Ku pesan. Mungkin Aku sudah kenyang dari tadi." Jawabnya tak mau kalah.
Gadis itu mendengus kesal. Setelah pesanan mereka sampai, Melvin mulai menyantapnya dengan lahap, dia tidak peduli dengan tatapan aneh dari gadis yang tepat berada didepanya.
_Sudah berapa hari Dia tidak makan?_ gumam gadis itu dalam hati.
Setelah Melvin dan Kania menghabiskan makanannya, "Jadi, apa yang ingin Kau bicarakan?" kata Melvin membuka percakapan.
Kania yang sedang menyeruput minumannya melirik sekilas. Sejurus kemudian dia mengambil amplop berwarna coklat dari dalam tasnya lalu memberikannya ke Melvin.
Melvin menerima dan membaca isinya. Ternyata isi dari amplop itu perjanjian Pra-nikah yang diajukan Kania.
"Apa-apaan ini?!" Ucapnya tidak terima. Apalagi ketika dia membaca poin nomor 3 yang berisi 'dilarang menyentuh pasangan.' Tentu saja Melvin tidak terima.
Terlebih lagi sewaktu pertunangan kemarin, dia tidak sengaja melihat gadis itu sedang mengganti bajunya. Ya... walau pada saat itu Melvin hanya dapat melihat punggung polos Kania, tetap saja nalurinya sebagai laki-laki normal menginginkan gadis itu seutuhnya.
Dengan cepat ia merobek perjanjian konyol itu dan berkata, "Kania, Kau itu sudah dewasa, jangan bertingkah layaknya anak kecil seperti ini!"
Diluar dugaan. Gadis itu malah ter-isak dengan mendramatisi keadaan. Sontak Melvin kalangkabut dibuatnya, terlebih lagi saat ia melihat sekitar yang ternyata sedang memandangi mereka berdua.
"Hey... kenapa Kau menangis! Kau membuat-Ku terlihat seperti tersangka disini!"
Kania melirik sekitar dari sudut matanya, gadis itu tersenyum dalam hati, "A-aku hanya ingin kepastian dari-Mu. Hiks..... Tapi Kau malah kasar pada-Ku!"
'HUUAAA....'
Gadis itu menangis dengan kencang membuat Melvin panik seketika.
"Mas, pacarnya kenapa itu?!? Tanggung jawab, jangan Cuma mau enaknya saja!!" ucap salah satu pengunjung kafe tepat di sebelah mereka.
Melvin melongo, "Kalau Kau tidak tahu apa-apa lebih baik diam!!" balasnya tak mau kalah.
"Kania, Aku ti..... Baiklah, baiklah... Kau menang, apa mau-Mu?!" Akhirnya Melvin mengalah.
Gadis itu menghentikan tangisnya, berganti dengan senyum penuh kemenangan.
"Aku mau Kau—" ucapnya terpotong.
"Tunggu, kita bicara di mobil-Ku!" Melvin mulai risih dengan tatapan pengunjung kafe lainnya yang terus saja memandangi mereka berdua.
Setelah membayar semua pesanannya, Melvin menarik tangan Kania dengan lembut menuju tempat dimana dia memarkirkan mobilnya.
"Apa, yang Kau inginkan!" tanya Melvin tanpa basa-basi, setelah mereka sampai dan berdiri dibelakang Range Rover putih miliknya.
"Aku, mau Kau menandatangani perjanjian yang kau sobek tadi!"
"Tidak akan pernah terjadi!" jawab Melvin cepat.
"kenapa tidak?!" dalam hati, Kania bersorak.
_Kena Kau!!_
"I-itu... ekm," Melvin bingung harus menjawab apa, "tidak masuk akal! Ya. Mana ada seorang suami tidak boleh menyentuh pasangannya!" jelasnya.
"Memangnya siapa yang mau disentuh sama Kau?!" tanya gadis itu tajam.
"Pokoknya Aku tidak mau ada perjanjian bodoh itu!" kata Melvin tak bisa dibantah.
"Baik, kalau begitu belikan Aku sebuah Penthouse Apartment baru, sebagai hadiah pernikahan!" Gadis itu mencoba menawar.
"Salah satu hotel keluarga-Ku punya Suite Room kita bisa tinggal disana," jawab Melvin sembari memijat pelipisnya.
"Tidak mau, Aku mau Penthouse!"
"Apa bedanya Suit Room dan Penthouse, Huh?! Sama-sama mewah bukan!" Melvin mulai terpancing emosi.
"Tentu saja beda. Itu punya keluarga-Mu dan Aku mau Penthouse itu punya lebih dari satu kamar. Agar Kita bisa tidur terpisah!"
"Kenapa Harus pisah kamar?!"
Lelaki itu berjalan mendekat kearah Kania, gadis itu pun mundur beberapa langkah hingga tubuhnya terkunci diantara mobil dan tangan kekar Melvin.
"Melvin, a-apa yang Kau lakukan?!" tanya Kania gugup
"Dari dulu, Aku sangat penasaran dengan rasa bibir-Mu," satu tangannya terulur membelai pipi mulusnya, "bibir yang selalu meledek-Ku sewaktu kecil dulu, bibir yang selalu berbicara ketus ketika berbicara dengan-Ku." Lanjutnya.
Melvin semakin mendekatkan wajahnya, mengikis jarak diantara mereka. Kania mencoba mendorong dada pria itu, tapi tenaganya kalah dengan postur tubuh tegap milik Melvin.
'CUP'
Satu ciuman cukup lama mendarat tepat Bibir Kania, gadis itu mematung. Gugup, terkejut bercampur menjadi satu. Ini pertama kalinya ada pria yang berani menyentuh Kania tepat di bibirnya. Melumatnya dengan lembut, hingga.....
"Kania, Melvin sedang apa Kalian disini?" Ucap Eka ibunda Melvin.
Baik Melvin maupun Kania sama-sama terkejut, terlebih lagi Melvin. Lelaki langsung melepas ciumannya dengan tidak rela.
_Aish... mama ngapain sih disini!!_
Kesempatan itu dipakai Kania untuk lepas dari lelaki itu, dia langsung menghambur ke pelukan Eka dan menangis.
Melvin menggeram dalam hati.
_Dasar Ratu Drama!!_ Gumamnya
**********