Chereads / The Reincarnation of Two Witch / Chapter 4 - Chapter 7 dan 8: Kekuatan dan kebenaran

Chapter 4 - Chapter 7 dan 8: Kekuatan dan kebenaran

Terlahir kembalinya dua orang penyihir

>TK2OP

Chapter 7 & 8:kekuatan dan kebenaran

Kine benar-benar kaget, ia terdiam menatapi akademi yang begitu besar.

"Maksudmu apa?" tanya Kine bingung, ia kemudian melirik ke arah Nala yang di sampingnya.

"Untuk lebih jelasnya, lebih baik tuan ikut saya langsung ke ruangan nona Kanna," jawab Nala sambil menundukkan badannya.

"Mari," ucapnya kemudian memimpin jalan.

Kine pun berjalan mengikuti Nala dari belakang. Sambil mengikuti Nala, Kine melirik-lirik seluruh jalan yang ia lewati di akademi, ia terkagum-kagum akan keindahan yang belum pernah ia lihat.

"Buset, mewah bener, bukan cuman itu. Desain bangunanya menawan dan terlihat kokoh sekali," tutur Kine dengan mata yang berbinar-binar.

Di saat-saat ia sedang mengagumi bangunan-bangunan akademi itu, entah kenapa waktunya bertepatan dengan waktu istirahat para murid akademi.

"Hey, hey siapa itu? Apakah itu murid baru?" ucap salah satu perempuan yang sedang mengobrol dengan temanya di depan pintu kelas.

"Entahlah, sepertinya bukan," balas yang lainya, tapi tiba-tiba ada yang menyela perkataan mereka berdua.

"Entahlah, tapi yang pasti, dia adalah 'sampah' yang tidak berguna, aku sama sekali tidak bisa merasakan sedikitpun mana dalam dirinya," ucap perempuan yang menyela perkataan kedua orang tadi.

Mendengar perkataan tersebut, tentu saja Kine pun kaget, dan langsung merasa marah, tapi dia pun langsung sadar, di mana dia sedang berada.

Setelah mendengar perkataan dari mereka, murid-murid yang lain pun langsung ikut mencemoohinya. Dengan perasaan sangat marah Kine mencoba untuk tetap sabar dan melanjutkan jalanya, lalu akhirnya dia pun sampai, di 'Ruang Kepala Sekolah'.

"Eh? Apa? Kepala sekolah? Apakah aku akan pindah sekolah ke sini?" tanya Kine bingung mencoba melupakan amarahnya tadi.

"Itu juga salah satu termasuk tujuannya, tapi bukan itu tujuan utamanya. Silakan masuk, Tuan," jawab Nala dengan anggun, ia kemudian membuka pintu, dan menundukkan badan sambil mempersilahkan Kine masuk.

"A-ah, oke," jawab Kine. Perlahan-lahan pintu terbuka seluruhnya, saat itu juga Kine melihat ada seseorang yang langsung melompat ke arahnya dan memeluknya.

"Kine, Kine, Kine! Kau tau betapa aku merindukan dirimu selama ini. Akhirnya kita bisa bertemu kembali," sorak Kanna dengan sangat gembira dan memeluk Kine.

"Eh! Kanna? Tunggu, bagaimana kau bisa mengenalku?" tanya Kine kaget sambil melihat ke arahnya yang sedang memeluknya.

"Hummmhhh," gerutu Kanna agak kesal dan sambil menggembungkan salah satu pipinya karena mendengar jawaban Kine tadi.

"Tentu saja aku mengenalmu. Sangat mengenalmu sampai-sampai aku juga tau kebiasaan yang sering kau lakukan," tambah kanna sambil melepaskan pelukannya.

"Eh? Apakah kita cukup dekat?" Kine hanya semakin bingung, ia memiringkan kepalanya sedikit sambil mengingat-ingat.

"Hummmmhhhhh," gerutu Kanna semakin kesal. Kini ia menggembungkan kedua pipinya.

"Sudah, kau itu tidak mengingatnya untuk sekarang, yang paling penting Nala," panggil Kanna sambil melirik ke arahnya.

"Tolong jaga pintunya untuk sementara ya, jangan biarkan siapapun masuk," ucap Kanna sambil menarik tangan Kine masuk.

"Eh?"

"Tentu, nona," Jawab Nala dengan halus sambil menundukkan badannya kedepan. Kemudian secara perlahan dan otomatis pintu itu tertutup sendiri.

"Hey, tadi kau bilang kau sangat mengenalku, memangnya kau memiliki hubungan apa dengan—." Sebelum Kine menyelesaikan perkataanya Jari telunjuk Kanna  menutup mulutnya.

"Shhhssssttt," desisnya mencoba membuat Kine diam.

"Eh?" ucap Kine kaget di dalam hati. Ia semakin kaget saat Kanna perlahan-lahan mendekatkan wajahnya ke arahnya. Kemudian, secara cepat Kanna mencium bibir Kine. Ciuman itu terjadi selama 7 detik dan berlangsung sangat dramatis. Setelah selesai, perlahan kanna melepaskan ciuman itu dan mulai mundur untuk berdiri dengan tegap, ia kemudian memegang bibirnya.

"Hey! Apa yang baru saja kau laku—." Kine baru saja ingin bertanya karena sangat kaget. Namun, mulutnya terhenti saat ada sesuatu yang ada di otaknya mulai berputar-putar dan terlihat jelas. Hal itu membuat kepala Kine sangat sakit dan terasa pusing.

"Arrgh!" teriak Kine sambil mundur kebelakang. Ia kemudian dengan cepat tertunduk di lantai sambil memegangi kepalanya.

"Apa ini! Ini sakit, sangat sakit," tambahnya.

Disaat-saat kesakitan itu. Hal yang berputar-putar tadi mulai menyatu di kepalanya, dan perlahan membentuk ingatan- ingatannya yang telah hilang.

Setelah itu, kepalanya tidak terasa sakit lagi. Namun ia masih terpaku dalam posisi berlutut dilantai dan mencerna semua hal yang terlintas di otaknya.

"Tunggu, apakah ini?" tanya Kine dengan ragu kemudian melirik ke Kanna mencari jawaban.

"Tepat," jawabnya sambil tersenyum.

"Kau tau, ciuman yang tadi itu adalah salah satu cara untuk mengoptimalkan segel yang ada di kepalamu dengan cara menyatukan kedua carian tubuh kita. Dan termasuk air liur, namun bukan berarti aku hanya ingin mengembalikan sebagian kecil ingatanmu, aku juga ingin mencium mu juga kok Kine," jelas Kanna sambil mengangkat tangannya ke atas dan menunjukan jari tulunjuk nya.

"Ja-jadi, semua ini ternyata nyata ya? Haha," tawa Kine pelan.

"Nah, itu baru sayangku," respon kanna kemudian menggandeng tangan kanan kine.

Disaat-saat seperti itu, entah darimana asalnya, secara tiba-tiba muncul bayangan yang berada di belakang Kanna sambil menunduk.

"Nyonya,  ini sudah saatnya. Anda harus segera memulainya," ucap Nala sambil memberitakan sesuatu.

"Tunggu, tunggu. Aku ga mau! Aku masih mau berada di samping Kine," bantah kanna sambil memperkuat gandengannya di tangan kanan Kine.

"Tidak bisa nona! Seluruh anggota keluarga sudah berkumpul untuk membicarakan hal ini. Jadi mari kita pergi," tambah Nala. Kemudian ia mulai berdiri, dan beberapa saat kemudian di telapak tangannya mulai bercahaya.

"Tidak! Ga mao! Tolong aku Kine, aku gak mau," tegas Kanna sambil bergerak kebelakang Kine dan mencoba bersembunyi.

"E-eh?" ucap Kine kebingungan dengan apa yang terjadi. Nala yang tadi kemudian dengan reflek memegang tangan kanan Kanna.

"Maaf tuan, kami pergi dulu," ucap Nala dengan lembut. Kemudian badan mereka berdua perlahan-lahan semakin terang, dan terang. Mereka berdua pun menghilang.

"Eh, lah! Kok aku di tinggal sendirian," ucap Kine lagi semakin dan semakin kebingungan.

Namun, di saat-saat kebingungan itu. Pintu ruangan kepala sekolah yang tadi perlahan terbuka.

Di depan pintu sudah ada seseorang yang menunggu dan mengenakan seragam pelayan juga.

"Mari tuan, saya antarkan ke ruangan anda," ucap pelayan itu dengan sangat lembut.

"O-oke," balas Kine agak ragu, namun ia tetap melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.

Saat itu, suasana sekolah sudah sangat sepi. Karena bel pulang ke asrama sudah berdering sekitar setengah jam yang lalu. Pelayan itu memandu Kine sambil berjalan dengan menawan, ia terlihat sudah sangat terlatih.

Kine berjalan langkah demi langkah, yang membuatnya semakin dekat dengan ruangan kamar miliknya sendiri, bukan asrama. Tanpa sadar, saat itu. Mereka berdua sudah ada di depan kamar miliknya Kine.

"Silahkan masuk tuan," ucap pelayan itu sambil membuka pintu dan mempersilahkan Kine masuk. Pelayan itu menundukkan badan saat Kine lewat di depannya.

"Te-terima kasih, ya?" ucap Kine ragu dan masih merasa aneh karena mendapat perlakuan yang belum pernah ia rasakan.

"Tidak, tuan tidak perlu berterima kasih. Ini sudah menjadi jadi tugas saya," balas pelayan itu kemudian mengangkat kepalanya dan menatap Kine.

"Jadi, apakah sudah selesai tuan? Nanti jika ada hal yang tuan perlukan silahkan tekan lonceng yang ada di atas meja. saya berusaha akan secepat mungkin untuk datang," jelas pelayan itu sambil menatap Kine.

Kine yang terfokus pada matanya yang indah pun tertegun.

"A-ah, tentu saja," balas Kine atas penjelasanya tadi.

"Baiklah, kalau begitu saya mohon undur diri dulu," tambah pelayan itu menundukkan badannya sekali lagi. Kemudian berjalan pergi. Kine mencoba melupakan hal itu dan berjalan kedalam kamar.

**

"Haaaahh," hela Kine sambil membantingkan tubuhnya ke atas kasur.

Kine merenungkan semua yang terjadi hari ini. Ingatan kehidupan sebelumnya? Dekat dengan kanna? Namun, yang menjadi paling berat di pikiran Kine adalah perkataan para murid sebelumnya saat ia memasuki akademi ini.

"Yah, tentu saja aku lemah kan! Aku belum faham apa-apa mengenai sihir, bahkan cara merapalnya saja aku tidak tau," ucap Kine menyemangati dirinya sendiri, lalu bangun dan duduk di ujung kasur.

"Lihat saja, aku akan membuat orang-orang itu yang tadinya mengatai ku terdiam karena kagum!" tambahnya yang membuat semangatnya semakin membara. Kine kemudian mengganti bajunya dengan baju kaos yang sudah di sediakan di atas sofa. Kine kemudian berbaring dengan tenang di atas kasur. Perlahan-lahan pun Kine tertidur.

[Keesokan Harinya]

Saat itu, Kine yang sedang terlelap dengan nyenyak, terbangun ketika seseorang membuka gorden kamarnya. Saat itu juga cahaya matahari langsung masuk dan menyilaukan mata Kine

"Uuuhhh, siapa?" tanya Kine sambil dengan lemas bangun.

Kine kemudian duduk di ujung kasur sambil mengucek-ngucek matanya. Matanya yang semakin bisa melihat dengan jelas, melihat sesosok perempuan yang menggunakan baju pelayan.

"Tunggu, kau kan pelayan yang kemarin malam, kenapa kau ada di sini?" tanya Kine agak kaget.

"Ya, tuan. Saya disini ditugaskan untuk membangunkan anda, sambil memberikan surat dari nona Kanna," jawab Pelayan itu sambil menundukkan badannya, kemudian pelayan itu berjalan ke arah Kine. Dan memberikan sebuah surat kepadanya.

"Ah, terima kasih. Maaf merepotkanmu," respon Kine sambil bangun dan mengangkat tangannya kedepan.

Kine mengambil surat yang diberikan pelayan itu, dan membacanya.

>>Isi Surat<<

Hey sayangku? Apa kabar? Baik kan? Pastinya lah. Maaf ya, aku memberikan sebuah berita buruk. Masalah di keluargaku belum selesai aku tidak bisa kembali untuk beberapa hari kedepan. Padahal aku sangat merindukanmu dan ingin di sampingmu untuk sementara waktu. Yah, semoga kau baik-baik saja tanpaku di sana. Jika nanti ada apa-apa kau bisa meminta bantuan dari pelayan yang memberitakan surat ini, namanya Aprilia, biasa di panggil Lia.

Itu saja yang ingin kusampaikan. Sampai jumpa nanti Kine, dan selamat tinggal.

Tertanda

Tersayang mu Kanna

____________________________

"Tunggu, jadi aku tidak akan bertemu Kanna untuk beberapa hari kedepan? Eh? Aku kan tidak dekat dengan siapapun di sini. Bagaimana jika nanti ada sebuah masalah?" bisik Kine pelan dengan cemas.

"Yah, jika nanti ada sebuah masalah. Anda bisa meminta bantuan saya tuan," jawab pelayan yang ada di depannya.

Ia berdiri dengan tegap menatap Kine, kemudian menarik rambutnya yang ada di sekitar pipi ke arah belakang telinga.

"Eh?" teriak Kine kaget karena mendengar bisikanya tadi.

"Ada apa?" Pelayan itu memiringkan kepalanya.

"Ah, tidak ada," balas Kine dengan reflek mengalihkan pandangannya.

"Jadi, sekarang anda harus segera berangkat ke kelas sihir anda. Segeralah berganti baju tuan, bajunya sudah kusiapkan di atas meja," pelayan itu mundur dan memperlihatkan sepasang baju di atas meja.

"Tunggu? Kelas sihir? Apakah aku sudah terdaftar disana?" tanya Kine kaget yang di sertai kagum.

"Tentu saja," jawab pelayan itu.

"Jadi, apakah aku harus mengganti bajumu tuanku?" tambahnya dengan cepat bergerak mendekati Kine.

"Tidak, tidak ,tidak. Kau tunggu saja di luar, aku akan segera mandi dan mengganti bajuku. Tidak lama kok." Dengan cekatan Kine mendorong pelayan itu keluar dari kamarnya.

"Ah, baik tuan."

**

Beberapa saat kemudian~

Kine pun membuka pintunya dan berjalan keluar.

"Maaf, apakah aku lama?" ucap Kine dengan sepasang baju baru yang terlihat keren.

"Tentu saja tidak. Mari, saya antarkan anda ke kelas," balas pelayan itu yang kemudian menuntun jalan.

"Ah, oke," jawab Kine sambil mengikutinya.

"Hey, itu. Bolehkah aku memanggil namamu saja?" tanya Kine yang berjalan di belakangnya.

Pelayan itu berhenti ...

"Tentu saja tuan, saya akan lebih bahagia jika anda memanggil nama saya," jawab Lia dengan tersenyum bahagia.

"Ja-jadi, begitu. Syukurlah," hela Kine. Kemudian mereka berdua melanjutkan langkahnya.

Sesampainya di kelas, Lia langsung unjuk undur diri, dan membiarkan Kine masuk sendirian.

Walau ragu dan penuh bimbang, Kine masuk ke kelas dengan paksa dan menekan dirinya sendiri.

"Anak-anak, dengar ini. Hari ini kita kedatangan seorang murid baru," ucap guru yang mengajar dengan nada lemas, dan terlihat tidak peduli.

"Aaah, aku gak peduli."

"Apakah dia pintar dan tampan pak guru?"

"Apakah dia kuat?"

"Belum ada yang tau, sebaiknya kita cek saja sendiri. Murid baru, silakan masuk," ucap pak guru itu.

Kine pun masuk ...

Seorang lelaki tampan berambut hitam pekat yang jarang di temukan di dunia penyihir, masuk kedalam kelas.

Kine dengan gugup berdiri di depan semua orang.

"Aah, perkenalkan. Namaku Kinessis, kalian semua bisa memanggilku Kine," sapa Kine mencoba terlihat ramah. Namun semua laki-laki dikelas itu terlihat tidak peduli.

"Baiklah, mari kita uji potensi mu," sela guru itu dari belakang Kine yang membuatnya agak kaget.

"Aa-ah baik," balas Kine dengan cepat bergerak ke meja guru.

Kemudian, guru itu membuka lacinya, dan secara perlahan mengambil sebuah bola kristal yang berkilau. Lalu menaruhnya di atas meja.

"Taruh tangan mu di atas sini," ucap pak guru itu masih dengan lemas dan terlihat tidak peduli.

"Baik," jawab Kine yang langsung mengikuti perintahnya.

Secara perlahan, mulai muncul tulisan-tulisan di udara yang berkilau dan bergerak naik turun.

Nama: Kinessis

Kecocokan elemen tanah: Ya

Kecocokan elemen air:  tidak

Kecocokan elemen petir/listrik: Ya

Kecocokan elemen angin: Ya

Keocockan elemen api: Tidak

Kecocokan elemen  cahaya: Tidak

Kecocokan elemen Kegelapan: Ya

"Eh!" Dengan reflek guru itu bangun dan memukul meja.

"Murid dengan kecocokan empat elemen sekaligus adalah murid yang langka! Sepertinya mulai sekarang kelasku akan mulai naik," pikir pak guru itu dengan mata yang berbinar-binar dan terlihat sangat kagum.

Lalu, di saat guru itu sedang terkagum-kagum, muncul tulisan lagi di bawahnya.

Mana: 8

Kapasitas maksimum Mana: 8

Melihat hal itu, ekspresi guru itu langsung berubah total. Ia langsung memandang Kine selayaknya sampah.

"Cih, rupanya sampah," decitnya kesal.

"E-eh?"

>>Bersambung<<

~Higashi