Chereads / Indescriptible / Chapter 33 - thirty three•Black and White

Chapter 33 - thirty three•Black and White

"Ya sama orang yang ada di jalan lah, masa iya sama sapi apalagi sama burung." Venus masih belum memudarkan senyum nya yang sendari tadi ia tunjukan pada dunia. Tampaknya nama itu berhasil membuat wajah Venus menyeringai tanpa henti.

Senja dan angin yang menjadi saksi bisu senyum Venus saat ini. Nama itu, nama yang selama ini Venus simpan dan kenang dalam hatinya. Nama yang menjadi bayangan dalam hidupnya saat ini. Apakah ini artinya Venus mulai mencintai laki-laki itu? Apakah Venus akan memulai perjuangannya? Dan apakah Venus akan menambatkan hatinya pada sosok laki-laki yang selama ini ia tanam dalam hatinya? Mungkin, semua itu hanya kata mungkin saat ini. Belum ada kata yakin jika belum terbukti.

"Tapi dari tadi kakak lihat nggak ada orang lewat, sepi lagi. Kayaknya di sini cuma ada kakak sama kamu deh Ven," ujar Mars dengan melihat sekitar namun tak menemukan satu orang pun.

"Tadi ada kok Kak, kakak aja mungkin yang nggak lihat. Venus dari tadi lihat ada orang kok." Venus beralasan untuk menutupi rahasianya itu. Ia tak mau terbongkar oleh kakaknya.

"Kamu halu apa gimana sih Ven? Kakak nggak ngerti sama kamu. Halu boleh sih cuma jangan terlalu halu, takutnya malah menjurus ke arah gila." Saran Mars dengan senyum miringnya.

"Kakak doain Venus gila ya? Jahat banget sih kak Mars," jawab Venus dengan wajah yang kecewa.

"Nggak! Kakak kan cuma bilang aja, nggak doain kamu," jawab Mars.

"Ya tapi-" Venus tak melanjutkan perkataannya sebab tak tahu harus beralasan apa lagi dengan sang kakak itu.

"Tapi apa? Nggak bisa jawab kan kamu? Lupa ya mau alasan apa lagi?" Tebak Mars dengan nada dan wajah yang menggoda serta alis yang naik turun.

"Nggak kok! Venus cuma males aja ngomong sama kakak." Venus masih terus mencari alasan yang tepat agar rahasianya tak terbongkar.

"Ngeles aja terus kamu. Udah ketahuan masih aja cari alasan. Dasar cewek nggak mau salah!" Ledek Mars yang diberi tatapan maut oleh Venus.

"Nggak," balas Venus.

"Cewek itu selalu bener. Udah tahu salah, masih aja ngeyel bener," sindir Mars karena merasa tak dipedulikan.

"Kata siapa? Itu kan nggak berlaku bagi Venus." Sangkal Venus masih tak mau mengalah dengan sang kakak.

"Emang bener itu, cewek kalau salah nggak mau salah masih mau tetep benar. Itu udah hukum alam, kamu nggak bisa nolak." Mars tetap pada pendiriannya bahwa cewek itu selalu benar.

"Ya terus kenapa kalau cewek selalu benar? Kan bagus," jawab Venus masih tak mau kalah dengan kakaknya.

"Ya nggak apa-apa juga sih. Kakak juga nggak masalah," jawab Mars pasarh tak mau berdebat lama dengan sang adik. Karena ia tahu jika berdebat dengan dia, Mars akan tetap kalah dan Venus akan tetap menang.

"Kenapa nggak dari tadi aja?" tanya Venus ketus.

"Pasrahnya kan sekarang, bukan tadi," jawab Mars enteng.

Mobil hitam itu kini ternyata sudah berhenti di pekarangan rumah dengan suasana putih dan hitam. Kolam ikan dengan tumbuhan yang begitu banyak menambah keindahan serta kemewahan rumah itu.

Mars dan Venus mulai memasuki area tengah rumahnya. Tak begitu ramai memang rumahnya. Hanya ada Venus, Mars, sang Mama, satpan rumahnya, pembantunya, dan supir pribadinya. Namun, terkadang ada beberapa orang dirumahnya yang bekerja lalu pulang.

Saat ini hanya ada Venus, Mars, sang mama, dan satpam rumahnya. Pembantu dan supir pribadinya yang biasa di rumahnya saat ini tengah pulang dan akan kembali lagi besok.

"Udah pulang sayang," sapa sang mama ketika melihat kedua anaknya berjalan menuju arah dirinya.

"Udah mah, barusan," jawab Mars mendekat pada sang mama.

"Udah mah, barusan sama kak Mars. Venus tadi juga baru banget pulang sekolah," jawab Venus duduk di samping mamanya yang tengah menonton televisi.

"Mah Mars ke kamar dulu ya, Mars mau istirahat." Mars mencium punggung tangan mamanya dan pergi menuju kamarnya.

"Oh iya mah, Venus mau ijin sama mamah. Venus nanti jam tujuh mau keluar sama teman Venus." Venus ijin pada sang mama sebelum dirinya pergi. Ia tak mau jika nanti ia tak ijin mamanya akan khawatir mencarinya.

"Sama siapa saja sayang?" tanya Hera.

"Sama Nada, Arva, terus sama Zara juga mah," jawab Venus tak ada kebohongan sama sekali.

"Kemana?" tanya Hera.

"Paling ke mall dekat-dekat sini aja sih mah," jawab Venus lagi jujur.

"Nggak apa-apa sayang. Tapi kamu jangan malam-malam ya pulangnya, mama takut kalau kamu kenapa-kenapa." Sang mama memberi wejangan pada Venus agar pulang tak terlalu malam dan tetap menjaga dirinya.

"Iya mah, Venus nggak sampai malam kok pulangnya. Lagian Venus juga jarang keluar kan, jadi ya ini waktu yang bagus buat Venus kumpul sama teman-teman Venus," jawab Venus dengan lembut tanpa ada nada terpaksa.

"Yaudah kalau gitu, mamah mau ke kamar dulu ya. Kamu siap-siap sana, nanti kasihan kalau mereka nunggu kamu lama." Perintah Hera pada sang anak gadisnya.

"Iya mah! Kalau gitu Venus siap-siap dulu ya mah," pamit Venus lalu berjalan menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.

Venus membuka knop pintu dengan pelan. Dirinya meletakan tas dan jas sekolahnya di atas kursi meja belajarnya. Venus mulai melepas seragam sekolah dan menggantinya dengan baju rumahnya. Venus dengan cekatan mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi untuk membuat dirinya lebih bersih dan lebih fresh dari sebelumnya.

10 menit berlalu, Venus akhirnya mengakhiri membersihkan dirinya di kamar mandi. Dia saat ini mulai memilih baju yang cocok untuk ia kenakan ketika pergi keluar bersama ketiga sahabatnya. Venus memilih baju yang simpel namun tetap sopan. Tak banyak berfikir, Venus mengambil kaos polos berwarna pink muda dan ia padukan dengan jaket berwarna peach. Tak lupa, dirinya juga memakai celana dengan bahan kain berwarna hitam dan sneakers berwarna hitam putih dengan logo Converse.

Sudah lengkap kini apa yang ia kenakan. Dirinya tinggal menunggu kedatangan dari ketiga sahabatnya untuk menjemput dirinya. Tak lama kemudian, suara klakson terdengar di telinga Venus. Venus dengan cepat menuruni anak tangga dan Pamit pada sang mama. Setelah mamanya mengijinkan dirinya untuk pergi, Venus keluar rumah untuk pergi bersama ketiga sahabatnya.

Saat ini Venus hanya memakai atasan bernuasan pink dan bawahan bernuansa hitam dan putih. Tak lupa dirinya juga membawa tas selempang yang tak terlalu besar dengan warna hitam. Venus memang bukan type wanita yang menyukai sesuatu yang terlalu ribet dan dirinya juga tak terlalu suka dengan banyaknya hiasan yang ada di dalam tubuhnya.

"Lo udah ijin sama Mama?" Tanya Zara ketika melihat Venus keluar dari rumah.

"Udah kok, mamah juga udah kasih ijin," jawab Venus.

"Yaudah kalau gitu, langsung masuk aja." Arva membukakan pintu untuk Venus dengan wajah yang ceria.

Empat gadis yang menikmati keindahan malam dari atas mobil berwarna putih tanpa atap yang begitu ceria. Mereka semua memakai outfit yang lumayan sama. Venus dan Zara memakai outfit dengan nuansa putih, hitam, dan pink. Sedangkan Arva dan Nada memakai outfit sama. Mereka memakai outfit dengan nuansa putih, hitam, dan army.

Tanpa mereka sadari, ada sebuah mobil yang berada di belakang mereka cukup jauh. Mobil hitam tanpa atasan tersebut diisi oleh empat orang laki-laki yang akan menuju tempat sama dengan empat gadis di depannya itu.

Brughhh.....