Lapangan sekolah ketika jam istirahat pagi ini.
Harga diri Claudia memang tinggi, sampai dia lebih memilih untuk dihukum di jemur di lapangan daripada meminjam uang dari Randu.
Habisnya mau gimana lagi, dia sudah kesal setengah mati gara-gara cowok itu memanas-manasi dengan karyawan yang bekerja di tata usaha.
Dan kini, Claudia harus menerima akibatnya. Menerima lirikan dari murid-murid yang sedang berjalan istirahat hendak ke kantin.
Tenggorokannya kering, jam istirahat jam sepuluh itu cukup panas. Apalagi saat ini bukan musim hujan, jadi yang Claudia berasa dijemur seperti ikan.
"Huf!" desahnya. Sumpah dia haus gara-gara tadi pagi tak sempat minum setetes pun. Apalagi sarapan, dia melupakan sarapannya karena terburu-buru.
Dan karena itulah dia malah melupakan rok SMA-nya dan asal ambil rok SMP.
"Clau!" panggil Vina. "Udah sepuluh menit, buruan ke kantin yuk, gue udah bilang sama pak Jamal kok, katanya udah boleh istirahat."
"Serius?" tanya Claudia, keringat segede jagung mengucur dari keningnya.
Seolah dia apes terus sejak masuk sekolah itu. dari awal saja dia sudah apes karena mergokin Randu mau ciuman sama Silvi. Dan sekarang, gara-gara rok SMP-nya dia jadi tontonan murid lain yang lagi lewat.
"Kak Randu tadi liatin lo pas keluar dari kelas," kata Silvi.
"Biarin," sahut Claudia.
"Dia pergi sama Kak Slivi lho. Lo gak penisirin?"
"Gak, males biarin aja. Terserah dia kalo mau pacaran sama Kak Silvi, lagian kan—"
"Apa?"
"Gue masih gak percaya sama Randu kalo dia suka sama gue, soalnya kalo dia suka sama gue pasti—"
"Pasti apa?"
"Lo inget kan kejadian waktu di tata usaha tadi, masa iya dia godain karyawannya yang genit tadi."
Vina terkikik. Padahal saat ini Claudia sedang cemburu, tapi karena gengsi dia tak mau mengakui. Padahal sudah kentara sejak Claudia terus uring-uringan sehabis dari ruang tata usaha.
"Mau ke kantin apa minimarket sekolah aja?" tanya Vina sebagai pertimbangan. Dia melihat Randu sedang makan soto dengan Silvi. Tertawa bersama dan itu pasti akan membuat Claudia semakin kesal dengan Randu.
Claudia melirik ke arah di mana Vina menatap. Dan olala, dia melihat bayangan Randu sedang dengan Silvi.
Menyebalkan! Padahal tadi dia udah coba baikin Claudia, tapi sekarang malah manas-manasin lagi. sebenarnya dia kompor apa orang sih? Pikir Claudia.
"Minimarket deh, males ke kantin. Eneg!" gerutu Claudia kemudian dia berbalik arah dan menggandeng lengan Vina menuju minimarket yang berada di samping ruangan tata usaha.
Ih, kalo inget tadi rasanya Claudia mau mukul Randu pake uang dua puluh ribuan saja. tapi tak jadi. Mending uangnya buat jajan di minimarket.
"Gue mau susu pisang sama roti sandwich aja deh." Claudia menunjuk ke sebuah rak yang terdapat beberapa jenis eoti dan salah satunya adalah roti sandwich.
Lalu bergerak sedikit ke arah mesin pendingin mengambil susu pisang kesukaannya.
Sementara itu Vina mengambil keripik kentang dan minuman mineral.
"Lo kenyang makan keripik?" tanya Claudia ketika mereka berdua sudah sampai di mesin kasir.
"Kenyang, yang penting baca doa aja dulu sebelum makan," kikik Vina.
Matanya langsung memandang ke arah pintu, ketika suara pintu dibuka. Lalu terlihat dua orang mahkluk tampan tapi mengesalkan masuk ke dalam minimarket untuk membeli teh susu dan kopi dalam botol.
"Psst!" Vina menyenggol pinggang Claudia.
Claudia langsung melirik ke arah di mana Vina terus menjuling.
"Kak Randu sama Kafka," bisiknya.
Claudia menghela napasnya kemudian membayar makanannya, setelah itu dia buru-buru pergi sebelum ditahan Randu di sana.
"Buruan pergi." Claudia langsung menarik lengan Vina tapi karena Claudia ceroboh tanpa sengaja dia terpeleset dan satu kakinya masuk ke dalam got yang ada di depannya.
Claudia meringis menahan malu, roti dan susu pisangnya sih selamat. Tapi sepatu dan kaos kakinya terkena air got yang baunya minta ampun.
"Astaga! Clau!" pekik Vina. Dia melihat ke kanan kiri, ada beberapa murid yang baru saja datang dari arah kantin kemudian tertawa melihat betapa konyolnya murid satu itu.
Yang pertama dihukum dan kini dia malah dengan sukarela menceburkan dirinya ke dalam sana.
"Lo lagian kenapa buru-buru sih, kan Kak Randu nggak ngejar lo Claudia," desah Vina heran.
Dia segera membantu mengangkat Claudia dengan memegangi kedua tangannya.
Randu sempat melihat bayangan Vina dan Claudia yang berkutat di got tertawa kecil karena melihat tingkah pacarnya yang aneh-aneh tersebut.
"Itu cewek lo masuk got malah didiemin aja sih." Kafka menyenggol lengan Randu.
"Biarin aja, lagian liat gue udah kek liat setan," sahut Randu.
Ia kemudian keluar, duduk di kursi plastik yang ada di depam minimarket. Sambil memandangi Claudia yang saat ini pasti kebingungan karena kakinya bau sebab air got yang menempel di sepatu dan kaos kakinya.
**
Claudia menggerutu kesal ketika dia melihat kakinya yang mulus menghitam gara-gara air got yang baunya minta ampun. Berkali-kali ia mencuci kakinya tapi bau itu tak mau menghilang.
Padahal jam pelajaran sudah mau dimulai, tapi dia masih berkutat di keran samping kamar mandi.
"Lo kenapa Clau?" tanya Citra bendahara di kelasnya yang baru menjabat tadi pagi.
"Heheh kepleset nyemplung di got," jawabnya sambil menggigit bibir bawahnya.
"Kalo gue nyeker gimana ya, Vin?" tanya Claudia.
"Lo mau nyeker? Apa mau beli sandal aja di tata usaha, sandal jepit swallow cuma goceng. Gue beliin deh," kata Vina.
"Tolong ya Vin, tar gue traktir makan kalo gue punya duit."
"Gak usah makasih," cibir Vina kemudian dia berlari menuju tata usaha.
Tak lama kepergian Vina, bayangan Randu sudah berdiri di samping Claudia. lelaki itu menatap meledek tapi tak mengatakan apa-apa.
"Mau ngapain?" tanya Claudia kemudian memalingkan wajahnya.
"Nih." Kantong kresek Alfamaret dilemparkan ke arah Claudia, untung saja dia sangat tangkas hingga bisa menangkap barang yang belum diketahui oleh Claudia.
"Sepatu? Punya siapa?"
Sebuah sepatu pantofel hitam mengilat terlihat di dalam sana.
"Punya Silvi, pake aja dulu. Nanti siang gue ambil ke rumah lo," kata Randu kemudian pergi.
Sepatu pantofel? Ah, Claudia jadi ingat kalau Silvi pernah menjadi pasukan pengibar bendera ketika duduk di kelas satu. Mungkin ini sepatu yang masih tergeletak di lokernya dan Randu meminjamnya demi Claudia.
"Tapi gak enak juga, Silvi kan—" Silvi kan perempuan yang mau ditembak sama Randu? Silvi kan cewek yang mau dicium tapi gak jadi?
"Clau!" Vina berlari tergesa-gesa kemudian mengangkat plastik yang berisi sandal jepit padanya.
"Buruan masuk!" seru Vina.
"Vin, gue dikasih pinjem sama Randu, sepatu punya Silvi."
"Hah?"