"Mau ke mana?" tanya Silvi, dia melihat Randu berdiri setelah melihat jika tadi sempat ada Claudia masuk ke dalam kantin.
"Mau ke kelas," jawab Randu.
"Bohong, pasti mau ngejar dia. Lo beneran suka sama dia?" Silvi menahan lengan lelaki itu, tapi oleh Randu dilepas perlahan.
"Sorry, gue harus nemuin dia. Pasti dia udah salah sangka."
"Terus, cewek lo yang di luar negeri gimana? Dia udah tau?" Mendadak Silvi malah membahas mengenai kekasih Randu yang kini sekolah di luar negeri.
Mengenai Randu yang memiliki kekasih, ya dia memang punya. Seorang peremuan seumuran Claudia. masih berumur 16 tahun. Tapi karena sejak SMP mereka pacaran jarak jauh, kadang Randu ngerasa kayak gak punya pacar.
"Kalo sama gue, gue bakalan terima lo udah punya cewek, tapi Claudia? dia pasti langsung minta putus kalo tau lo punya cewek lain."
Randu menatap tegang wajah Silvi, suasana yang tadinya riuh ramai lamat-lamat menjadi sepi karena ketegangan mereka berdua.
Randu nyerah, dia duduk dan menyedot es jeruknya sampai tandas.
**
Claudia melangkah lebar-lebar, Vina yang kakinya terlanjur imut susah ngikutin langkah temannya tersebut.
"Clau bentaran!" panggil Vina dengan napas ngos-ngosan. "Percuma deh beli soto kalo jalannya kek diuber setan."
Claudia memperlambat jalannya. Kemudian menoleh ke arah Vina, tersenyum. Kasian juga dia,
"Sorry sorry, gue lupa gak ngerjain PR nih?"
"PR? Dari siapa?"
"Pak Misiran, dia kan ngasih PR."
"Astaga bener, gue juga lupa Clau." Vina kali ini yang buru-buru berlari masuk ke dalam kelas. Meninggalkan Claudia yang masih diam di sana dan menatap kantin yang ramai oleh anak di kelas Randu.
"Kadang dia bikin gue percaya, tapi kadang dia juga yang bikin gue begini," desah Claudia pusing.
Kadang dia serasa punya pacar, tapi kadang dia ngerasa sama kayak dulu. Jomlo akut yang emang gak punya siapa-siapa.
Claudia ngeloyor begitu saja, sampai gak lihat kanan kiri. Sampai akhirnya sebuah bola basket melayang ke arah kepalanya dengan mulus.
"Awas!" seru seorang lelaki.
Telat! Bola itu udah mengenai kepala Claudia yang berharga. Dia sempet terhuyung tapi untung aja gak sampai jatuh.
"Sorry, lo gak apa-apa?" tanya seseorang. Mengenakan pakaian olahraga.
Mata Claudia menyipit guna melihat siluet bayangan yang ada di depannya. Gak jelas karena dia membelakangi matahari.
"Pusing," jawab Claudia sambil memegangi kepalanya.
"Sorry ya, apa perlu gue anter ke UKS?"
Claudia menggeleng cepat. "Gak apa-apa." Dia kemudian pergi masuk ke dalam kelas.
Bel berbunyi beberapa detik yang lalu, PR dari Misiran kayaknya gak bakalan bisa dikerjain sama Claudia.
Dan alhasil, dia pun disetrap di depan kelas bersama dengan teman sekelasnya yang melupakan pekerjaan rumah pelajaran Bahasa Inggris.
"Dia yang sok ganteng siapa sih namanya?" Uman teman sekelas Claudia bertanya, entah pada siapa tapi yang ada di sana tiga murid sih.
"Oh Calvin, bapaknya mantan aktor broo!"
Sialan, di sana cuma Claudia sendiri yang cewek. Vina berhasil mengerjakan di detik terakhir sebelum pak Misiran tadi masuk ke dalam kelas.
"Pantes sok ganteng," gerutunya.
"Bilang aja lo sirik, dia emang ganteng kok."
"Jelek, ketolong kulit putih doang."
Dendy tertawa terbahak, kemudian menutup mulutnya langsung sebelum Pak Misiran keluar dari kelas.
"Hei! Kalian ini, kan disuruh ngerjain PR bukannya ngerumpi." Tuh kan, wajah sangar pak Misiran nongol setengah dari dalam, mengintip ketiga murid yang gak ngerjain PR.
Claudia mencuri dengar, Calvin? Ah Claudia gak kenal.
"Bilang aja lo cemburu garagara gebetan lo Dinda naksir sama dia."
"Sialan, iya sih. Lagian cewek demen banget sama yang good looking. Padahal gue kalo cuma diajak nonton juga gak malu-maluin."
Claudia menjuling, dia ngelirik Uman dengan ekor matanya.
Ya wajar sih Dinda nolak, batin Claudia. gak berani ngomong daripada kena tampol sama Uman.
Ya, lagian cowok gitu amat, pakaian belum ada satu bulan. Tapi udah menguning kek gigi yang jarang disikat. Terus celana model cutbray yang bener-bener gak up to date.
Terus sepatu Uman? Astaga, itu kek sepatu anak SD tau gak sih?! Yang warna warni norak begitu.
Rambut gak keren, mana keriting berantakan. Padahal jaman sekarang kan lagi model rambut mirip Song Kang. Ponian kek abis mandi.
"Dia musuhan sama Randu," Dendi memulai gosipnya lagi.
Claudia yang denger nama Randu disebut langsung tertarik. Dia menyibakkan rambutnya ke belakang telinga demi mendengar gossip mereka berdua.
"Randu? Cowoknya Claudia dong?!" Uman langsung menoleh, Claudia pura-pura budeg terus ngelirik mereka seakan pandangan penuh tanya.
"Lo tau Clau?" tanya Dendi. "Kalo cowok lo ada masalah sama Calvin."
"Gue aja gak tau namanya Calvin yang mana kok."
"Itu tuh, yang lagi main basket." Dendi menunjuk ke arah lapangan bola basket. "Katanya dulu Randu ngerebut ceweknya Calvin apa gimana gitu deh. Gue denger dari anak kelas dua."
"Oh." Claudia cuma bilang begitu.
"Lo gak curiga sama Randu, Clau. Ya tanya-tanya gitu dulu rebutan siapa."
Claudia melongo, deket sama Randu aja kagak. Masa iya dia harus tanya masalah cewek masalalu Randu. Apalagi kejadian di kantin tadi, tiba-tiba Claudia jadi malas inget Randu.
Gak lama setelah mereka bicara, mata Uman membulat. Dia menunjuk belakang Claudia dengan bibirnya.
"Lo yang tadi ketimpuk bola ya," kata Calvin.
Claudia menoleh sebentar, dia takjub melihat mahkluk Tuhan paling tampan di depannya saat ini.
"Gue yang tadi di lapangan, lo masa udah lupa sama gue?" Calvin menggaruk kepalanya yang gak gatal. Dia meringis kemudian ngasih sebotol teh susu yang baru saja dia beli dari minimarket.
"Buat permintaan maaf, sorry cuma bisa ngasih ini." Calvin mengulurkan teh susu tersebut, lalu dia merogoh sakunya dan memberikan roti sandwich buat Claudia.
"Kali aja lo laper, sorry ya buat yang tadi!" seru Clavin, ia lantas gegas pergi ninggalin Claudia yang masih terbengong-bengong.
"Ganteng," gumam Claudia.
"Lo udah punya cowok woi!" Suara Dendi menggelegar, beberapa detik kemudian pak Misiran keluar dengan wajah sok killernya.
"Mana PR-nya?"
Claudia nyerahin paling duluan, botol teh susu dan Sandwich tadi dia umpetin di balik bangku.
"Udah kamu bisa masuk, punya kalian mana?"
"Dikit lagi, Pak," sahut keduanya barengan.
Sementara itu Claudia yang baru masuk dan duduk di samping Vina sama sekali gak merasa bersalah. Dia malah mesem dan menjawil pundak Vina dengan girang.
"Lo dihukum tapi malah seneng sih?"
"Iya dong."
"Kenapa? Di luar ada pemandangan indah ya," bisik Vina.
"Iya indah banget sampe gue gak bisa berkata-kata," sahut Claudia masih dengan senyum berseri. Dia gak nyesal karena gak bikin PR dari pak Misiran.
Apa nanti dia begitu lagi aja? Demi ngelihat Calvin main basket waktu jam olahraga.