Chereads / At Moment Seventeen / Chapter 17 - Sekadar Pelampiasan

Chapter 17 - Sekadar Pelampiasan

Claudia menelepon Vina. Untung aja hari itu dia gak apes-apes banget. Soalnya Vina ngangkat telepon dari Claudia.

"Ngapa? Tisunya abis?" tanya Vina.

"Gue dikunci sama kakak kelas, buruan ke sini!"

Vina langsung panik, dia masuk ke dalam lalu mencari di mana Claudia dikunci.

"Lo di mana?" tanya Vina sambil membuka pintu satu per satu.

"Di ujung!" teriak Claudia.

Vina membuka pintu toilet, terkejut melihat wajah Claudia yang memucat karena takut dia gak bisa keluar dari sana.

"Siapa yang bikin lo begini? Cewek yang barusan keluar?" tanya Vina.

"Iya mungkin, tadi sebelum gue masuk ke dalam toilet kan ada kakak kelas ngatain gue."

Vina mengembuskan napasnya. "Dah yuk, kita balik aja. Gue jadi emosi liat mereka jadi barbar begini."

**

Siangnya Vina gak langsung pulang. Dia nungguin Randu yang mau masuk ke ruangan latihan Judo. Vina udah tanya sama Kafka sebelumnya dan untung aja dia mau jawab jujur sama Vina.

Lama nungguin Randu di depan kelas, akhirnya Vina liat Randu baru aja keluar dari ruang ganti.

"Kak!" panggil Vina.

Randu menyipitkan matanya. Mengingat sosok Vina yang sama sekali gak dia ingat.

"Aku temennya Claudia," jelas Vina.

"Oh, ada apa?" tanya Randu.

"Tadi ada yang isengin Claudia, Kak. Kakak kelas kayaknya yang kunciin dia, si Claudia sampe mau pingsan di dalam toilet," jelas Vina dengan sedikit menambahkan bumbu pada ceritanya.

Randu diam, kemudian menghela napasnya. Dia masuk ke dalam ruangan setelah gak bilang apa-apa sama Vina.

Vina yang diabaikan malu setengah mati mendapatkan reaksi Randu yang di luar dugaannya.

"Kok gitu sih," gumam Vina sebal.

Kafka tiba-tiba muncul di belakang. "Randu emang gitu, jangan diambil ati, tapi pasti bakalan diurus sama dia kok," kata Kafka.

Vina membalikkan badannya dan terkejut dengan teman Randu yang ternyata lumayan ganteng juga.

Mungkin karena dia sering lama bergaul sama Randu, jadinya dia ketutupan gantengnya.

"Oke deh kak, aku balik dulu kalo begitu." Vina langsung pergi dari ruangan Judo. Ia sebelumnya gak bilang sama Claudia kalau mau nemuin Randu di ruang latihan.

Karena Vina tau kalau dia ngomong pasti Claudia bakalan ngelarang.

**

"Mau pulang bareng gak? Sayang banget lho, udah dituduh gitu mending sekalian aja lakuin," kekeh Calvin yang sudah duduk di atas motornya. Dia berhenti sebentar waktu lihat Claudia lagi nunggu seseorang.

Claudia mikir sebentar, sebenarnya sih gak ada salahnya juga Randu bilang begitu. Lagian dia juga udah gak ada pacar, iya kan?

"Oke deh kak," Akhirnya Claudia mau juga buat naik ke atas motor Calvin, tapi pemandangan itu malah terlihat sama Silvi.

Perempuan itu ngambil ponselnya terus mengambil foto Calvin dan Claudia.

"Mampus, pasti Randu makin benci sama lo. Gue gak mau dibenci sama Randu sendirian," gumam Silvi. Dia mengirimkan pesan pada temannya. Menyuruhnya untuk mengirimkan foto itu pada Randu.

**

Randu yang mau masuk ke dalam ruangan Judo urung ketika liat seorang temennya ngirim foto Claudia sama Calvin lagi naik motor bareng. Padahal waktu Randu dibilangin sama Silvi dia mau nyari tau siapa yang udah buat Claudia begitu.

Tapi liat kalau Claudia udah sama Calvin akhirnya Randu nyerah. Dia bodo amat. Dia udah gak peduli lagi sama Claudia.

"Tadi temennya si Claudia ke sini ngapain, Ran?" tanya Kafka waktu liat temennya mainin ponselnya.

"Katanya tadi dikunciin di toilet sama anak kelas dua."

Kafka terkejut. "Dan lo tau siapa yang ngunciin dia?"

Randu menaikkan bahunya. Gak tau dan gak mau tau. Dia malah nyodorin hapenya sama Kafka. "Dia udah ada yang jaga jadi udah gak butuh gue lagi." Randu ngeloyor pergi ninggalin Kafka yang masih kaget.

"Apa Claudia beneran jadian sama Calvin?"

**

"Makasih ya Kak," ucap Claudia waktu dia nurunin Claudia di depan rumahnya.

"Sama-sama, kapan-kapan bareng lagi ya. Gue traktir makan enak."

Claudia tersenyum. "Oke."

Aneh, dia sama sekali nggak nolak kalo Calvin yang ngajak. Padahal kalo sama Randu dia gak bisa langsung iyain aja.

Tapi perasaan dia sama Calvin juga biasa aja kok. Gak spesial kayak martabak telur.

"Gue pergi duluan, gak bisa mampir," ucap Calvin lagi. dia lalu meninggalkan Claudia yang menatap kepergian Calvin sampai bayangannya ngilang dari tikungan.

Hari yang melelahkan. Hari setelah dia putus sama Randu. Rasanya super lelah. Tapi dia masih merasa kalau mending dia putus sama Randu daripada pacaran sama itu cowok karena tekanan batin.

Bukan tekanan batin aja tapi juga ngerasa kalo perasaan Randu itu cuma main-main.

Tapi tunggu dulu, bukankah semuanya dari awal emang begitu? Kalo Randu macarin Claudia karena gara-gara MOS waktu itu? Tapi kenapa sekarang dia ngarep lebih?

**

Malam itu gak ada angin gak ada ujan, Kafka main ke rumah Claudia. Claudia yang liat Kafka pulang masih pakai seragam sekolah pun kaget saat nemuin Kafka.

"Kakak belum pulang ke rumah?" tanya Claudia.

"Iya, langsung ke rumah lo. Mau bilang sesuatu."

Claudia bingung sekaligus penasaran, lalu mengajak Kafka untuk duduk di teras depan.

"Kenapa nih kak." Perasaan Claudia mulai gak enak.

"Soal Calvin," ucap Kafka. "Gue bilang begini bukan karena gue temennya Randu, terus jadi belain tuh anak."

Claudia masih diam.

"Jangan deket-deket sama Calvin deh, dia ada dendam sama Randu."

"Karna dia ngerebut ceweknya Randu?"

Mendengar jawaban itu Kafka langsung tergelak. "Lo tau kabar itu dari mana sih? Itu HOAX, Clau. Yang ada ceweknya Calvin emang demen sama Randu, tapi Randunya gak suka kok."

"Oh."

"Calvin sama pacarnya putus, karna ya gitu. Dia suka sama Randu."

"Terus masalahnya sama aku apa?"

"Calvin ada dendam sama Randu, Clau. Kan dia tahu lo pernah deket sama Randu."

"Gue tau lo gak percaya," tambah Kafka. "Tapi kalo lo sama dia, juga gak lebih baik. Mending cari cowok lain aja, tapi jangan Calvin."

Kemudian suasana menjadi hening. Claudia sibuk berpikir sementara Kafka menunggu jawaban dari Claudia.

"Soal Randu, Kak. Dia gak beneran suka sama aku, kan?" Akhirnya Claudia bertanya pada Kafka, sesuatu yang terus mengganjalnya selama ini.

"Soal itu gue gak tau, kan yang punya perasaan dia. Cuma setau gue, dia gak pernah godain cewek sampai sebegininya."

Claudia menghela napasnya.

"Gue bilang sama lo, tapi jangan bilang sama Randu ya."

Claudia menoleh, menatap wajah Kafka semakin penasaran.

"Randu udah punya cewek sebenernya, cuma dia ada di Singapura. Dia LDR, dan ya begitu deh. Mungkin dia gak suka sama hubungan jarak jauh. Dan kebetulan juga lo sama cewek Randu yang ada di luar negeri itu mirip."

"Oh jadi aku cuma jadi pelampiasan?" tanya Claudia sengit.