Chereads / At Moment Seventeen / Chapter 20 - Bab 20. Kejutan dari Randu

Chapter 20 - Bab 20. Kejutan dari Randu

Rasanya Claudia pengin cepet ngelarin tugasnya. Selain gak mau terus ada di samping Randu. Dia juga gak mau kalau lama-lama dadanya sesak karena ada di deket Randu.

Claudia menghela napasnya, Randu sontak menoleh. Melirik kemudian ikutan narik napas.

"Lo serius udah pacaran sama Calvin?"

Gak tau lagi tanya sama siapa, tapi Claudia tahu dan ngerti kalau yang ditanya Randu sekarang adalah dia.

Randu menoleh, menatap Claudia waktu adik kelasnya itu gak mau jawab pertanyaan dari dia.

"Oh kalau diem berarti iya," sambar Randu.

Claudia menelan ludahnya sendiri. Tinggal beberapa lembar lagi dia selesai dan bisa pergi dari sana.

"Gue bilang begini bukan karena gue cemburu, tapi gue bilangin kalau Calvin bukan orang baik."

"Terus kakak sendiri gimana?" Claudia bertanya dengan suara bergetar.

"Ternyata udah punya cewek, tapi ngerjain aku sampai begitu. Dan sekarang, aku yang dikira cewek gak tau diri karena udah rebut cowok orang."

Claudia berdiri. Lalu ninggalin Randu yang sekarang masih menatap bayangan Claudia meninggalkannya.

Randu sendiri memang ngerasa kalau dirinya bukan cowok baik. Cuma—dia gak mau kalau Claudia dimainin sama Calvin. Udah itu aja.

Randu membereskan pekerjaannya. Gegas pulang dan tidak peduli sama traktiran gurunya.

**

Waktu di parkiran, Randu pikir dia gak bakalan lihat Claudia apalagi mau boncengan sama Calvin. Tapi nyatanya dia ngelihat mantan pacarnya lagi naik satu motor yang sama dengan Calvin.

Mata Randu yang tajam cuma bisa lihat Claudia naik motor Calvin. Melaju melewatinya.

Dan terlihat jelas di mata Calvin kalau dia tengah meledek Randu.

"Randu!" panggil Silvi. Randu menoleh.

"Kenapa?"

"Mau anterin aku pulang gak?"

Randu menautkan kedua alisnya. Males. Tapi—

"Ya udah naik." Randu mengambil helmnya kemudian menstarter motornya.

Belum sempat Silvy duduk sempurna di atas joknya. Randu sudah narik gas motornya dan mengejar Calvin saat ini. Sengaja.

Dan setelah lima menit, Randu dapat mengejar Calvin dan Claudia. Lelaki itu berada di belakang motor Calvin, kemudian ketika ada lampu merah. Randu sengaja memberhentikan motornya di samping Calvin, biar Claudia ngelihat kalau Randu lagi boncengan sama Silvi.

Claudia yang masih punya penglihatan bagus tentu saja ngelihat Silvi tengah memeluk pinggang Randu.

Claudia melarikan pandangannya. Membuat Randu yang sadar kemudian tersenyum.

"Masih suka ternyata," gumam Randu dengan percaya diri lalu motornya melaju menuju jalanan ke rumah Silvi.

"Itu Randu parah banget Clau, gebet sana gebet sini," gumam Calvin.

Claudia tersenyum getir. "Biarin aja kan cogan bebas," sahut Claudia.

"Masa iya harus pindah sekolah biar gak digangguin sama dia lagi," gumam Claudia.

**

"Makasih ya Ran, lo udah gak marah sama gue kan?" tanya Silvi ketika motor Randu sampai di rumahnya.

Randu diem. Langsung menarik gasnya. Membuat Silvi merengut kesal.

"Si Randu kenapa sih, kirain udah maafin makanya mau nganterin pulang," gerutu Silvi.

Di sisi lain, Claudia yang diantar oleh Calvin tanpa sengaja siang itu ketemu sama ibunya Claudia.

Ibu Claudia ramah dan senang ketika melihat anak perempuannya ada yang mengantar. Hanya saja dia bisa melihat kalau wajah Claudia tidak seceria biasanya.

"Siang tante," sapa Clavin.

"Kamu—temen apa—"

"Kakak kelas Claudia, Ma," sambar Claudia.

"Oh kirain."

"Claudia sukanya sama yang lain, tante." Calvin disuruh mampir oleh ibunya Claudia. Tapi dia menolaknya dengan halus karena ada urusan lain.

"Kalo gitu kapan-kapan mampir ya, nanti tante masakin makan siang. Biar bisa makan bareng," kata ibu Claudia.

"Iya tante makasih."

Claudia melambaikan tangannya sampai Calvin menghilang dari belokan gang.

"Mama tumben ramah banget sama temen cowok Claudia," gumam Claudia.

"Dia ganteng Clau, pacar kamu bukan?"

"Ah mama sukanya yang ganteng-ganteng. Jadi kalo cewek mama gak suka?" Claudia berjalan masuk ke dalam rumah. Siang itu tumben meja makan penuh dengan makanan. Padahal biasanya belum ada kalau Claudia belum minta sama si bibi masakin.

"Mama—kenapa? Jangan bikin Claudia takut dong?"

"Hus! Kamu ini, mama kan mau ngasih kamu makan. Karena kamu mau kemah bentar lagi."

"Terus hubungannya apa Ma?"

"Ya nanti kalo di kemah kamu pasti gak bisa makan teratur."

Claudia tersenyum senang, melihat ibunya perhatian padanya.

"Nanti jengukin Claudia kan ma?"

"Iya dong. Tapi si Calvin nanti ada di sana gak?"

"Mama?!" geram Claudia.

**

Beberapa hari kemudian, akhirnya Claudia membawa kompor saja. Karena teman temannya yang lain protes dan akan mengadukan pada guru jika Dita sama sekali gak mau bawa peralatan buat masak di perkemahan.

"Yang ngaduin anak-anak, Clau," bisik Vina ketika mereka hendak menaiki bus.

"Bagus deh, emang harus digituin sih."

"Nanti kita dapet ketua mantan cowok lu," bisik Vina lagi. matanya sambil mencari-cari bayangan Randu.

"Bentar lagi naik," lanjut Vina.

Firasat Claudia mulai gak enak.

Dan benar saja—Randu yang naik ke atas bus mereka. Dia yang akan bertugas ngurus anak-anak di kelas Claudia.

Lelaki itu terlihat keren dengan kaos polosnya yang berwarna hitam dan juga kacamata yang ia taruh di atas jidat paripurnanya.

"Gila kan, dia keren banget," decak Vina.

"Kok bisa dia sih Vin," gumam Claudia.

Vina menaikkan kedua bahunya.

"Bagus kan, nanti lo bisa berduaan sama dia."

"Gak, gue gak mau nyari masalah lagi."

**

Beberapa jam sebelum ketua kelas dibagi. Randu ngebet banget minta tukeran sama Kafka, dan dia pengin banget buat megang kelasnya si Claudia.

"Ran, tapi kelasnya si Claudia ceweknya yang megang si Silvi, lo gak apa-apa?"

"Gak apa-apa."

"Yah, tar poligami dong lo."

"Gue tabok jadi ganteng nih Ka."

Kafka terkekeh, dan mau saja ketika Randu meminta tukar posisinya. Ya, bukan masalah besar juga lagian Kafka gak naksir siapa-siapa di dalam kelas Claudia.