Chereads / At Moment Seventeen / Chapter 18 - Serba Salah

Chapter 18 - Serba Salah

"Randu udah punya cewek sebenernya, cuma dia ada di Singapura. Dia LDR, dan ya begitu deh. Mungkin dia gak suka sama hubungan jarak jauh. Dan kebetulan juga lo sama cewek Randu yang ada di luar negeri itu mirip."

"Oh jadi aku cuma jadi pelampiasan?" tanya Claudia sengit.

"Clau, tunggu dulu. Gue bilang begini bukan buat lo tambah benci sama Randu, tapi gue bilang begini karena—"

"Iya Kak aku ngerti."

"Jadi, plis jangan deket-dekat sama Calvin lagi."

Claudia tidak menjawab, dia diam dan hanya memikirkan satu kalimat yang membuat dirinya berpikir berulang kali. Kalau Randu sudah punya kekasih.

Malamnya … Claudia tertawa sendiri, mengingat betapa bodohnya dia waktu pacaran dengan Randu. Ia gak pernah berpikir kalau lelaki itu akan mempunyai kekasih selain dirinya. Claudia hanya berpikir kalau Randu itu banyak yang naksir dan dia suka main-main sama mereka.

Claudia menghela napasnya dengan berat, tepat mamanya masuk dan membawakan susu hangat untuknya.

"Persiapan kemah udah ada?" tanya mama Claudia, dia meletakkan segelas susu di atas meja samping tempat tidur Claudia.

"Belum, Ma. Males, Claudia cuma kebagian bawa kompor portable kok."

"Baju hangat jangan lupa, kan kemahnya di kaki gunung."

"Iya Ma."

"Kalo ada apa-apa jangan lupa bilang sama mama."

"Ma?"

"Ya?"

"Claudia udah gede kok, jadi mama gak usah khawatir."

"Udah gede, jadi udah punya pacar dong?"

Claudia menggelengkan kepalanya.

"Trus yang tadi?"

Claudia meringis. "Itu kakak kelas, mau ngajakin ekskul." Gak mungkin kan kalau Claudia mengatakan yang sebenarnya, bisa-bisa Randu diamplas kelakuannya sama mamanya Claudia.

**

Malam itu gak ada angin, gak ada hujan. Bella menghubungi Randu yang waktu itu sedang bermain gitar di dalam kamarnya. Bukan telepon biasa tapi melakukan panggilan video.

"Ayang! Lagi ngapain?!" tanya Bella ketika video tersambung.

"Lagi main sama kuda," jawab Randu.

"Ih, ngeselin. Gimana sekolahnya? Mama udah bilang kan kalo nanti aku kuliah bakalan balik?"

"Iya udah bilang."

Randu memandang wajah Bella yang tampak lebih kurusan dari terakhir mereka bertemu dulu. Mungkin sudah ada enam bulan Randu gak lihat langsung wajah kekasihnya itu.

"Liburan sekolah aku mau pulang, kamu seneng gak? Seneng dong masak enggak?!" goda Bella dengan semangat.

"Iya seneng, lagian ketemu sama pacar satu abad sekali."

"Tenang ya, satu tahun lagi kita ketemu kok."

Randu tersenyum. Tapi Bella tau kalau Randu saat ini sedang ada masalah. Mereka bertetangga sejak kecil, jadi gak mungkin kalau Bella tidak tahu apa yang terjadi sama Randu saat ini.

"Kamu baik-baik aja, Ran? Lagi mikirin apa?" Bella bertanya ketika beberapa detik terjadi hening di antara mereka berdua.

"Gak apa-apa, aku cuma sakit gigi."

"Makanya kalo sikat gigi jangan pake abu gosok tante, pakenya odol."

Randu tertawa kecil. Mungkin yang membedakan Claudia dengan Bella ya satu ini. Bella itu ceria, sementara Claudia itu lebih banyak diemnya.

"Bell."

"Hmm."

"Bisa gak, kita video call seminggu tiga kali?"

Bella tersenyum lebar lalu mengangguk. "Bisa dong, aku selama ini gak berani telepon kamu karena takut ganggu kamu."

"Kompetisi taekwondo kapan? Kalo bisa aku mau pulang, lihat kamu tanding."

"Tiga bulan lagi, kalo masih sakit jangan paksain."

"Tapi kalo aku kangen kamu gimana?"

"Video call aja, jangan kayak orang primitif."

Bella tertawa, dia senang malam itu karena bisa berbincang dengan Randu lewat telepon. Bisa memandang wajah pacarnya yang ganteng yang udah lama gak dia temui.

"Silvi—masih ngejar kamu?" tanya Bella pelan.

Randu mengangguk tanpa ragu.

Bella tersenyum lagi. "Aku percaya sama kamu, mau kamu pacaran sama dia, asal kamu gak ngapa-ngapain sama dia aku gak apa-apa. Aku tau kamu pasti kesepian kan gak ada aku?"

Mau jawab iya, Randu gak enak sama Bella. Mau bohong pasti ketahuan sama Bella.

"Udah dulu ya beib, aku mau belajar bentar abis itu tidur."

Randu mengangguk. "Jangan lupa minum obat."

Bella mengangguk.

"Oh ya, boleh minta satu hal gak sama kamu?"

"Apa?"

"Tolong ganti foto profil kamu sama foto kita yang kita ambil waktu di bandara," pinta Bella serius. Namun dia tetap tersenyum.

"Iya, nanti aku ganti."

**

Mata Claudia membeliak ketika melihat foto profil Randu berubah. Awalnya sih dia cuma mau melihat chat terakhirnya dengan Randu, tapi dia gak sangka kalau bakalan lihat foto lelaki itu dengan seorang gadis.

"Cantik," gumam Claudia. Tapi kenapa rasanya gak enak?

"Apa dia ceweknya yang ada di luar negeri?" gumam Claudia lagi.

Rasanya aneh ketika dia melihat Randu bisa tersenyum selebar itu dengan gadis lain. Yang gak pernah dia lakuin dengan Silvia atau bahkan dengan dirinya.

Memang ya, kalo beneran suka itu beda rasanya. Senyum aja udah beda, pikir Claudia.

"Apa ini yang dimaksud sama kak Kafka tadi?"

**

Pagi harinya di sekolah.

Claudia jadi cibiran dari cewek-cewek yang pernah ditolak sama Randu. Kalo kemarin dia dituduh selingkuh tapi sekarang dia dituduh sebagai cewek perebut pacar orang.

"Oh, ternyata Randu udah punya cewek guys, tapi kenapa anak kelas satu tega banget ya nembak Randu di depan kita waktu itu." Salah satu sindiran keluar dari mulut kelas dua. Cewek yang tepatnya pernah ditolak sama Randu.

Claudia yang mau makan soto pagi itu urung. Dia keluar dari kantin dan hanya membawa sandwich dan susu kotak.

Waktu dia mau ke arah kelas, Randu muncul dari arah berlawanan. Claudia bingung, antara mau balik arah apa lanjut.

Tapi tiba-tiba ada Calvin muncul entah dari mana dan merangkul Claudia. "Yuk bareng sama gue ke kelas," ajak Calvin.

Claudia menoleh, tapi dia mau saja ketika Calvin membimbingnya dan melewati Randu begitu saja.

Randu pun begitu, dia bersikap seolah-olah gak kenal Claudia. apa karena efek habis teleponan sama pacar? Makanya dia berubah jadi setia lagi?

Entahlah, tapi Claudia gak peduli.

"Cie! Akhirnya diekspose juga ceweknya!" seru temen-temen Randu yang udah ada di kantin. Mereka berteriak heboh seperti baru saja denger Zayn Malik mau konser di sekolah mereka.

"Kan sekarang udah ketahuan mana yang fake dan enggak?" Calvin mencoba untuk mencuci otak Claudia dengan kalimat itu. Dan sayangnya, Claudia langsung terpengaruh juga.