"Mba jangan bilang dulu sama Ayah dan ibu tentang ini ya !" pinta Bagas. Mba Fitri mengangguk.
"ya udah, sekarang kamu istirahat atuh ! kamu pake kamar Radit ya, kamar kamu di pake sama Irfan !" ujar mba Fitri..
"Emang mba tingga disini ?" Tanya Bagas.
"Iya, rumah mba lagi di bangun lagi !" Jawab mba Fitri.
"Oh, sekarang Irfan udah kelas berapa ?"
"Kelas enam, Intan kelas 4 dan Iman TK !"
"Wah engga nyangka udah pada gede sekarang !" jawab Bagas.
"Iya, kamu teh engga pulang-pulang ya wajar atuh !" ujar mbanya
"Iya mba harus bagaimana lagi, pekerjaan aku teh banyak !" jawab Bagas.
"Kerja apa, kayak bang Toyib kamu mah ! semuanya juga ada liburnya, mba juga !" mba Fitri sedikt nyindir.
"Ha .. ha ! mba mah ada-ada aja, ya Bagas kerja jadi ... Sekretaris !" jawab Bagas akhirnya memberitahu pekerjaan yang selama ini di rahasiakan kepada keluarganya. Dan seperti dugaannya mba Fitri terkejut.
"Beneran ini teh ? kamu jadi Sekretaris ?" Tanyanya tak percaya.
"Iya mba, jadi Sekretaris direktur ! dan bos aku teh perempuan itu yang di foto !" jawab Bagas meyakinkan mba Fitri.
"Lalu kerja kamu teh apa ?"
"Ya,melayani dia lah !"
"kayak pembatu aja !"
"Engga persis begitu, karena ada pekerjaan lainnya ! yang jelas semua yang berhubungan bos aku !"
"Oh pantes, akhirnya kamu teh jatuh cinta sampai kawin lari gitu !" ujar mba Fitri, muka Bagas memerah dan menggaruk kepala yang tidak gatal karena malu.
"Ya, begitulah ... he ... he !"
"Untung aja kamu teh cepet kawin !"
"Emang kenapa mba ?" tanya Bagas heran.
"Kalau belum, mau dijodohkan !" jawab mba Fitri.
"Serius mba ?" tanya Bagas tidak percaya. mba Fitri hanya tersenyum.
"Ayah sama ibu hanya khawatir, kamu teh engga "normal" ! coba di umur 28 kamu teh belum kawin-kawin ! apalagi kamu teh udah mapan, gaji besar sama kamu bilang tinggal di apartemen bagus apalagi atuh yang kurang ? selain calon istri !" jelas mba Fitri.
"Iya, tapi sekarang kan sudah menikah !" jawab Bagas. mengakhiri pembicaraan awal yang cukup panjang lebar dengan mba Fitri kakak pertamanya. setelah itu dia betistirahat tapi menelpon Amira dan menceritakan kembali tentang yang tadi.
---------------
Tak terasa malam menjelang, akhirnya Bagas bertemu kedua orang tua dan keluarga dari mba Fitri. mereka melepas kerinduan dengan mengobrol sambil makan malam. Yang paling bahagia tentu saja ibundanya Sumarni yang begitu merindukan dan dikhawatirkan keadaan Bagas selama ini. Kini dia lega putra bungsunya telah berkumpul kembali.
Setelah selesai makan, kembali mengobrol diselingi tingkah lucu keponakan dari kakak pertamanya. Dan Bagas memberi tahu pekerjaan sebenarnya pada kedua orang tuanya, mereka cukup terkejut tapi menerima.
"Kak Radit suka pulang ke sini ?" tanya Bagas mengenai kakak ke duanya itu.
"Lebaran kemarin pada datang !" jawab Mba Fitri.
"Oh, sekarang berapa anaknya ?" tanya Bagas lagi.
"Loh kamu kan diberitahu kalau lagi nelpon ?" jawab mba Fitri menatap heran.
"Lupa ... "Bagas tersenyum malu.
"Dasar, baru dua cewe sama cowo !" mba Fitri menjawab.
"Kapan kamu nyusul nih ?" tanya mas Andi sambil tersenyum menimpali permbicaraan.
"Ah mas bisa aja !" jawab Bagas, dan melirik ke arah kakaknya.
"Cepetan atuh ! kan udah punya semua, apa lagi yang di tunggu !" ujar mas Andi suami dari kakaknya. Bagas hanya tertawa. Sementara Ayah ibunya hanya terdiam.
"Bagas !" tiba-tiba ayahnya berkata, membuatnya tertegun. suara ayahnya yang berat sering membuatnya tak bisa apa-apa, bukan takut tapi segan untuk membatah.
"iya ayah !" jawab Bagas.
"Kamu itu jangan bohong pada semuanya !" ujar Suherman ayah Bagas, yang masih terlihat gagah di usianya seperti ini, berkumis tipis rambutnya sudah bercampur baur antara putih dan hitam.
"Maksud ayah !" semua tertegun mendengar ayahnya berbicara seperti itu, kecuali mba Fitri.
"Kamu sebenarnya sudah menikah bukan ?" Bagas terdiam tanpa sadar menyentuh cincin di jarinya. yang cukup mencolok bertengger di situ, Bagas sendiri tidak bisa melepas cincin emas putih itu. Cincin itu telah di pesan Amira sebelumnya, dia meminta Bagas untuk mengukur jarinya agar pas. Menurut si penjual di toko perhiasan tempat cincin itu di beli, emas putih lebih mahal daripada cincin emas biasa.
"Iya, Ayah ibu maafkan Bagas !" dia hanya menghela nafas. Dan dia menjelaskan semuanya pada mereka. Semua hanya terdiam.
"Kenapa engga di bawa ke sini, kami semua ingin kenal siapa istri kamu !" ujar Ayahnya.
"Tadinya memang seperti itu, aku takut mengejutkan kalian berdua apa lagi Bagas jarang pulang, takut salah faham !" jawab Bagas.
"Salah faham apa ? karena istrimu hamil di luar nikah gitu ?" ayahnya bertanya sambil menatap Bagas.
"Iya, bukan itu ... tapi ... !"
"Kawin lari ..." mba Fitri memotongnya. Tentu saja semua terkejut.
"Benarkah itu Bagas ?" ibunya kali ini bertanya.
"Sebenarnya bukan begitu ... memang karena kedua orang tuanya tidak setuju !" akhirnya Bagas mengaku.
"Ayah ibu, istri Bagas ini ... bos nya dia yang pernah dikirim fotonya sama kita !" mba Fitri berusaha meluruskannya. Semua terdiam dan semua memang mengetatahuinya Bagas pernah mengirim sebuah foto dia dengan atasan yang seorang perempuan.
"Yah sudah, yang penting kamu engga berbuat kesalahan besar !" Ayahnya berbicara menaklumi putranya.
"Ayah dan ibu tidak marah ?" tanya Bagas.
"Kalau sudah cinta, harus bagaimana ?" jawab Ayahnya, ternyata di anggukki ibunya.
"Syukurlah Bagas, tuh udah direstui !" ujar mba Fitri sambil tersenyum.
"Belum atuh Fitri, ayah sama ibu kan belum berkenalan sama istrinya Bagas !" jawab ayahnya.
"Ayah ibu, kalau begitu Bagas akan membawanya kemari !" ujar Bagas dengan rasa bahagia.
"Memang sekarang ada di mana ? kan kawin lari ?" tanya mba Fitri lagi.
"Ada di Bogor, di rumah teman ! kalau tidak keberatan besok Bagas akan ke sana sambil membawa Amira kesini !" Jawab Bagas.
"Namanya Amira ?"
"iya, Amira Prameswari Wijaya !" jawab Bagas.
"Tunggu sebentar, mba rasanya pernah dengar dan lihat di tv !" ujar mba Fitri.
"Direktur utama perusahaan Palm co, putri Ardhi Wijaya seorang pengusaha kaya !" sela mas Andi suami dari kakaknya Bagas mba Fitri.
"Iya betul !" Bagas mengangguk, semua terdiam mereka tak menyangka Bagas bisa menggaet istri seperti itu.
"Ya sudah ! kamu boleh pergi !" ujar Ayahnya.
--------
Keesokan harinya Bagas menuju Bogor untuk menjemput Amira, sesampainya di sana Bagas menjelaskan semuanya pada bu Dewi. Dan dia mengijinkan Amira pergi, toh Amira juga tidak keberatan. Dia ingin lebih tahu banyak tentang Bagas dan keluarganya.
Tak lama Bagas sudah tiba kembali di Cianjur yang memang relatif dekat, mereka sudah tiba di rumah Bagas. Selama perjalanan Bagas menceritakan siapa keluarganya dan juga kedua kakaknya.
"Kamu tidak apa-apa ?" tanya Bagas setelah sampai pada Amira.
"Tentu saja, aku baik-baik saja !" jawab Amira tersenyum. "tenang saja, aku justru sangat senang ingin bertemu keluargamu !" lanjutnya sambil mencubit gemas pipi Bagas suaminya.
"Ya sudah, syukurlah ... ayo turun !" ujar Bagas menangkap tangan Amira dan menciumnya dengan lembut.
Bersambung ...