Chereads / MY BOS, SECRET ! / Chapter 22 - Perusahaan Baru Dan Kelahiran Anak Pertama

Chapter 22 - Perusahaan Baru Dan Kelahiran Anak Pertama

Tanpa terasa waktu berlalu, 3 tahun sudah Amira dan Bagas menikah atau kawin lari bahkan kawin kontrak apapun itu. Keduanya hidup bahagia dengan kehadiran seorang anak lekaki tampan hadir di antara mereka bernama Dewa Nalendra. Mereka kini tinggal di Surabaya.

Amira sendiri akhirnya mendirikan sebuah perusahaan baru PT MIRAGAS Group gabungan nama keduanya. Bisnis mereka di mulai dari perkebunan apel milik seorang pengusaha yang dijual kepada Amira. Perkebunan itu tidak begitu jauh dari tempat tinggal mereka. Dengan insting bisnisnya Amira mengubah perkebunan apel itu menjadi hotel agrobisnis, para pengunjung bisa menginap sekaligus menikmati pemandangan pohon apel bahkan memetiknya.

ternyata bisnis itu berkembang baik, merambah ke berbagai lingkup bisnis lainnya. Sebenarnya Amira sudah mempunyai bisnis di Surabaya sebelum dia di usir hanya saja pada saat itu bisnisnya di kelola orang lain untuk sementara, karena lebih fokus kepada perusahaan papanya yaitu Palm co. dan ternyata yang mengelola bisnis itu adalah Bagas sendiri !

Bagas sebenarnya tidak percaya awalnya diminta menjadi pimpinan perusahaan sementara Amira yang di Surabaya dan menolaknya.

"Kenapa menolak, kamu lulusan ekonomi manajemen kan ?" tanya Amira sambil menatap Bagas.

"iya madam tapi ...!" jawab Bagas, bukan karena tidak sanggup tapi ini terlalu mendadak dia tidak tahu dan berpengalaman menangani sebuah perusahaan yang sudah jadi dan sudah cukup besar, walau hanya satu bisnisnya yaitu perhotelan.

"Semua terserah padamu aku menyerahkan semuanya, mau bangkrut atau maju aku tak perduli !" ujar Amira acuh tak acuh. dan dengan sangat terpaksa Bagas menerima. itulah makanya pekerjaannya semakin berat di satu sisi dia menjadi sekretaris direktur di sisi lain dia menjadi Direktur utama di perusahaan lain.

Tapi seiringnya waktu Bagas mulai terbiasa dengan semua itu, tanpa disadari dia mempelajari bagaimana mengelola perusahaan dari bosnya. karena sebagaian besar pekerjaannya sebagai sekretaris dia selalu mengikuti kemanapun Amira pergi untuk bertemu klien dan bertansaksi bisnis, bahkan pada akhinya semua tanggung jawab berhubungan perusahaan Palm co Bagas lah yang menangani, Amira hanya menerima laporan dan setuju atau tidak semua urusan bisnisnya.

Dan ternyata perusahaan perhotalan justru berkembang pesat di tangan Bagas, awalnya namanya MELATI HOTEL hanya lingkup Surabaya saja telah merambah ke kota Solo, Yogyakarta, Bali sampai NTB, berbagai tipe bintang dari 3 sampai 5 dibangun . Sekarang masuk kedalam satu perusahaan PT Miragas group.

Amira mulai menggeluti kembali bisnis setelah Dewa berusia satu tahun, walau sibuk Amira selalu menyempat diri memberi makan, memandikan Dewa setelah itu Bagas yang mengambil alih, sebenarnya Amira mulai merintis bisnis jauh sebelum Dewa berumur 1 tahun, tepatnya usianya 6 bulan.

Bagas sudah berpartisipasi mengurus Dewa sejak dia lahir, mulai mengganti popok bila pipis atau pup, memandikannya. Amira pun juga membantunya menyusui dan memberi makan. Amira harus mengakui kalau Bagas itu serba bisa apapun itu. Sekarang usia Dewa 2 tahun dia tumbuh sehat dan menggemaskan. Sesekali kedua orang tua Bagas berkunjung dan mengasuh Dewa.

---------

Kesuksesan Amira rupanya tak lepas pantauan dari kedua orang tuanya, mamanya Marina sempat datang ketika Amira melahirkan, dia tahu Amira membutuhkannya. Ketika dia datang Bagas menjemputnya di bandara, ada rasa canggung awalnya bagi Bagas bertemu ibu mertua dari istrinya setelah insiden pada waktu lalu.

"Selamat datang ibu eh tante ... !" ketika Bagas bertemu Marina agak bingung panggilannya.

"Panggil saya, mama saja sudah cukup, kan kamu suami Amira !" jawabnya seakan mengerti apa yang di pikirkan Bagas.

"Baik mah, maafkan saya !" ujar Bagas, sambil mengambil alih membawa tas koper milik Marina ibu mertuanya.

"Bagaimana Amira ?" tanyanya di dalam mobil. Marina memang datang sendiri.

"Baik mah, kata dokter memang sudah waktunya tapi masih belum ada tanda-tandanya melahirkan !" jawab Bagas.

"Oh, ya udah antarkan aku ke rumah sakit !" Bagas mengangguk. setelah itu dia membawa ibu mertua ke rumah sakit. kedua orang tua Bagas juga sudah datang untuk menjenguk Amira yang hendak melahirkan termasuk mba Fitri.

Sesampainya di rumah sakit swasta di kota Surabaya, mereka naik ke lantai 3 sesampainya di sana di sambut oleh ayah dan kakak perempuan Bagas.

"Ayah, mba Fitri kenalkan ini mamanya Amira !" Bagas memperkenalkan ibu mertuanya sekaligus juga ayah dan kakak perempuannya itu.

"Marina !" jawabnya singkat setelah bersalaman, Bagas mengajak masuk ke dalam untuk menemui Amira.

Didalam Amira sedang kesakitan karena bayinya sudah mulai bergerak-gerak, dia hanya bisa merintih, di sampingnya ada ibunya Bagas menemaninya.

"Mamah, kapan ke sini !" ujarnya terkejut sambil terengah. Marina tersenyum kemudian mendekat menggenggam tangan putrinya itu.

"Suami mu !" jawabnya lagi-lagi singkat sambil melirik Bagas. muka Bagas memerah dia cukup lega karena diakui oleh ibu mertuanya itu. Bagas mengangguk aambil memperkenalkan ibundanya pada ibu mertuanya itu. Bagas menyadari Amira membutuhkan mamanya walau bagaimana pun juga dalam situasi seperti ini.

Dia cukup terkejut ketika mengetahui respon ibu mertuanya itu ketika diberitahu Amira hamil dan akan melahirkan. Bagas sudah beberapa kali bertemu Marina ketika masih menjadi sekretaris jadi sudah saling kenal walau sebatas bertemu Amira tidak mengobrol banyak.

Dan benar saja beberapa jam kemudian, Amira pun di bawa ke ruangan bersalin karena pembukaannya sudah sampai waktunya, Bagas dan ibu mertuanya mendampingi Amira. tak lama lahirlah Dewa kedunia dengan kelahiran normal. Ada rasa bahagia di ketiganya. Bagas menggendong setelah keluar di selimuti dan di berikan pada Amira. Amira sangat bahagia begitupun Matina.

"Selamat ya sayang !" Marina mengecup kening putrinya.

"Terima kasih ya mah !" Amira mencium putranya yang tercinta.

beberapa hari kemudian bu Dewi dan mba Ratih menjenguk tentu saja bersama keponakan Amira mereka senang sekali.

"Tante !" seru mereka berdua sambil berteriak.

"sssttt ... jangan ribut ! Robi, Elsa tuh dede bayinya bangun !" ujar mba Ratih, Senentara Amira sedang memangku Dewa.

"Engga apa-apa kok, emang mau mimi dedenya !" jawab Amira.

"Selamat ya sayang semoga kamu dan dedenya sehat selalu !" doa bu Dewi.

"Amin, terima kasih bu, mba !" jawab Amira.

"Loh Bagas mana ?" tanya keduanya. Amira tertegun tapi menjawab juga.

"Lagii nganter ibu mertua sama ...!" belum sempat melanjutkan, pintu kamar terbuka dan masuklah ibu Sumarni, Marina dan juga Bagas. Ibu Dewi dan juga mba Ratih terkejut.

"Eh sudah datang, tadi mereka makan siang dulu !" Marina terkejut.

"Dewi ! dan kamu Ratih !"

"Iya, bu ! ibu kenal sama Ratih juga ?" Tanya bu Dewi.

"Tentu saja dia itu manajernya Yudha dulu ! iya kan Ratih !" Marina balik bertanya.

"Iiya tante !" Ratih agak gugup.

"Panggil mamah dong mba, jangan tante !" Sela Amira, Marina tertegun dan menatapnya sementara mba Ratih hanya menunduk.

"Mah ! mba Ratih ini istrinya bang Yudha dan Elsa dan Robi itu cucu mamah !" ujar Amira menambahkan sambil menunjuk pads kedua keponakannya yang berdiri di dekat Ratih, Marina terkejut kali ini menatap Ratih.

"Betul itu Ratih ?" tanyanya tak percaya.

"Iiya betul !" jawabnya.

"Kenapa kamu engga beritahu saya ?" tanyanya.

"Dilarang papa mah !" jawab Amira mewakili Ratih.

"Apa seperti itu ?"

"Iiya betul !" Ratih masih menunduk, sementara Marina terdiam tanpa sadar tangannya mengepal tanda marah mungkin pada suaminya.

"Maafkan aku Ratih, aku benar-benar tidak tahu !" mau tidak mau Ratih menceritakan semuanya. Setelah itu Marina mendekat dan memeluknya kemudian dia melambai ke arah Elsa dan Robi yang masih bengong tidak mengerti.

"Ayo peluk nenek sayang !" Elsa dan Robi pun mendekat dan memeluk nenek mereka, semua yang ada disitu terharu melihatnya.

"Maaf kan nenek ya !" Marina mencium Elsa dan Robi, air matanya meleleh ketika melihat Robi yang mirip putranya Yudha.

"Kok nenek minta maaf !" tanyanya polos, Marina hanya tersenyum, walau Yudha telah tiada tapi anak-anaknya masih ada menggantikannya. itu kebahagiaannya yang tak terkira setelah Amira juga memberikan cucu buatnya, dia merasa bersalah karena dulu tidak mendampingi anak-anak nya dengan kasih sayang karena hanya lebih mementingkan bisnisnya sendiri.

Bersambung ...