Mereka berdua turun dari mobil, ketika memasuki beranda ternyata mba Fitri sudah berdiri dan menyambut keduanya.
"Amira, kenalkan ini kakakku yang pertama Safitri biasa di panggil mba Fitri !" Bagas memperkenalkan kakaknya itu pada Amira. Amira mengulurkan tangannya pada mba Fitri.
"Amira !" Amira memperkenalkan diri kepada kakak iparnya.
"Safitri, kamu juga boleh manggil aku mba Fitri !" ujarnya sambil tersenyum dengan rasa kagum melihat kecantikan Amira.
"Iya mba !" jawab Amira sedikit malu.
"Yuk masuk !"
"Ayo !" Bagas merangkul pundak Amira dan mengajaknya masuk. Di dalam keduanya bertemu dengan kedua orang tua Bagas dan juga suami dari mba Fitri, setelah bersalaman mereka duduk diruang tamu. Amira dan Bagas duduk bersebelahan.
Semuanya menatap tak berkedip melihat penampilan Amira, walau memakai gaun sederhana tapi tampak memukau, cantik, anggun dan mempesona siapa pun yang melihat. Terlihat perbedaan status yang cukup mencolok walau hanya melihatnya dari segi fisik dan kepribadian. Amira terlihat berbeda dengan wanita kebanyakan. Dan dalam hati keluarganya bertanya-tanya kok bisa menyukai Bagas dan bahkan sampai mau kawin lari lagi !
"Ehem ... kok jadi pada diem !" mba Fitri memecah keheningan di ruang tamu, dan ternyata bukan orang dewasa saja, ketiga putranya juga tampak bengong.
"Maafkan saya tante dan om !" ujar Amira.
"Maafkan kenapa nak Amira ?" tanya Ayahnya Bagas heran.
"Saya melarang Bagas pulang mudik waktu itu, karena saya sangat begitu membutuhkan dirinya !" jawab Amira menunduk.
"Ah, tidak apa-apa kok nak Amira ! kami mengerti Bagas hanya menjalankan tugas pekerjaan !"
"iya, aku juga heran kok bisa mba Amira tahan dengan Bagas !" timpal mba Fitri.
"loh emang kenapa mba ? selama ini dia baik dan selalu menjalankan semua tugas !" Amira heran.
"oh gitu ya, engga padahal kalau disuruh dia tuh suka malas ! orangnya juga suka ambekan !" lanjut mba Fitri.
"Ih mba kok buka-buka rahasia sih !" Bagas merengut.
"Fitri ... maafkan dia, nak Amira !" ujar ibunya, "oh iya, ibu kebelakang dulu pasti haus !".
"engga usah repot-repot bu !" jawab Amira.
"Engga apa-apa kok, Bagas bawa atuh tas milik istrimu ke kamar !" perintahnya pada Bagas mengangguk dan bangun lalu pergi.
"maaf kami tidak bisa menjamu dengan baik, saya juga minta maaf bila tidak nyaman maklum seperti ini lah kediaman kami !" ujat Sumarni.
"Tidak apa-apa kok, justru saya minta maaf atas semuanya ini !" jawab Amira.
"ya sudah, untuk sementara nak Amira istirahat nanti kita mengobrol lagi !" ayahnya Bagas menimpali, kebetulan Bagas sudah masuk membawa tas Amira.
"Yuk, kita ke kamar !" ajaknya pada Amira.
"saya permisi dulu !" Amira berdiri, semua mengangguk dan keduanya beristirahat di kamar.
Setelah keduanya pergi ke kamar, tinggalah kedua orang tua Bagas, dan kakak pertama beserta suaminya mereka terdiam masih dalam keadaan terkejut tak bisa berkata apapun.
"wow ... beruntung sekali Bagas !" ujar Fitri.
"Iya betul ! dia cantik sekali !" jawab Suaminya mas Andi.
"mas ... kamu teh matanya jelalatan kitu ih !"
"tapi beneran cantik kan, seorang direktur lagi !" kilah suaminya.
"Udah, Fitri bamtu ibu nyiapin makan !" perintah Sumarni pada Fitri, dia
mengangguk. Sementara ayahnya Bagas mengambil rokok dan trrlihat santai.
-----------
Malamnya mereka makan malam dengan akrab tidak kaku seperti pertama bertemu, kedua orang tua Bagas sudah menerima Amira sepenuhnya menjadi bagian keluarga mereka. keduannya melihat pribadi Amira yang baik dan sopan jauh dati bayangan orang kaya yang negatif.
Safitri sebagai kakak pertama selalu msnggoda Bagas dengan rahasia masa lalu dari kecil hingga dewasa, membuat Bagas malu tapi Amira terlihat senang dan bahagia.
mereka pun sekarang berkumpul di ruang keluarga sambil mencicipi kue dan makanan ringan yang disediakan oleh ibunya Bagas.
"Maafkan saya nak Amira, saya ingin bertanya pada nak Amira tapi mohon jangan tersinggung ya ?" Suherman ayahnya Bagas bertanya. Amira tertegun.
"Iya om katakan saja !"
"jangan panggil om atuh kan udah resmi ! jadi panggil ayah saja ya !" ujar Suherman sambil tersenyum.
"iya ayah maaf !"
"Begini nak Amira, ayah teh masih bingung tentang status kalian kawin lari itu ! apa Bagas yang melakukannya karena tidak disetujui oleh kedua orang tua nak Amira ? kalau begitu kami sebagai kedua orang tua Bagas harus minta maaf sama mereka karena Bagas telah berani seperti itu !" jelas pak Suherman yang penasaran tentang hal itu dan merasa bersalah. Amira terdiam, begitu pun Bagas.Ketika Bagas hendak menjawab Amira menyentuh tangan Bagas. Bagas tertegun tapi akhirnya menyerahkan semuanya pada Amira.
"Ayah, maafkan saya bukan dia yang melakukannya tapi saya !" jawab Amira semua terkejut.
"Jadi nak Amira ? kenapa ?"
"Itu karena saya tidak mau dijodohkan oleh kedua orang saya !" jelas Amira.
"Tapi itu bisa dibicarakan nak Amira dengan kedua orang tua!" ujar Ayahnya Bagas. Amira tersenyum.
"Ayah belum mengenal papa saya seperti apa ! dia selalu memaksakan keinginannya diri sendiri pada anak-anak hanya demi kepentingan bisnis semata, begitu pula perjodohan itu dilakukan tanpa persetujuan dan tidak calonnya tidak saya sukai serta tidak kenal !" lanjut Amira. Semua terdiam.
"Tapi nak Amira bisa berbicara dan menolaknya ?" rupanya pak Suherman masih penasaran dan menganggap semua bisa di musyawarahkan, bagaimana pun ini pernikahan putri satu-satunya yang harus di jaga jangan sampai suatu hari kenapa-kenapa. Amira tersenyum miris sebenarnya, dia tahu sekali apa maksud ayahnya Bagas, sayang berbanding jauh dengan sikap papanya.
"Semuanya mendadak, tanpa ada pembicaraan dahulu yah !" Bagas turut berbicara membela Amira.
"Begitu ya, lalu apa yang terjadi ?"
"Saya di usir, dan papa tidak mengakui saya sebagai anaknya !" jawab Amira semua terkejut kembali. "kenapa saya memilih Bagas, karena hanya dia yang mengerti diri saya, dan saya mencintainya juga !".
"Nak Amira maafkan kami ya, bukan apa-apa kami hanya ingin tahu yang sebenarnya saja ! nak Amira sudah kami terima dan dianggap sebagai bagian keluarga ini !" Sumarni pun ikut menimpali dan merasa kasihan pada Amira.
"terima kasih bu, ayah dan mba Fitri semua telah menerima saya !" Jawab Amira.
"Lalu apa rencana kalian ?" tanya mba Fitri.
"Kami akan tinggal di Malang untuk sementara sebelum pindah ke Surabaya !" jawab Amira.
"Oh begitu, ya sudah ! kami ikuti saja rencana kalian !" Suherman hanya menghela nafas, karena tidak bisa berkata apapun atau berbuat apapun dalam situasi seperti ini.
"Iya ayah, ibu mohon doa restu buat kami berdua !" ujar Bagas.
"tentu saja, Bagas dan nak Amira kami semua akan selalu mendoakan kalian !" jawab Ayah Bagas dan ibunya hanya mengangguk tanda setuju.
"dan cepat punya cucu !" sela mba Fitri. Amira dan Bagas mukanya merah karena malu.
"Iya, mudah-mudahan mba !" jawab Amira.
"Dasar kamu ini Fitri ! ada-ada saja ... !" seru ibunya, semua tersenyum.
Bersambung ...