Tak terasa waktu berlalu 1 bulan sudah Amira dan Bagas tinggal di rumah peninggalan kedua orang tua bu Dewi, mereka sudah resmi menikah yang hanya dihadiri bu Dewi dan juga mba Ratih, mereka juga menjadi saksi kedua mempelai. Walau pernikahan mereka di sebut sementara sesuai kesepakatan berdua tapi tetap resmi di mata agama dan pemerintah.
Setelah itu bu Dewi kembali ke Bogor meninggalkan mereka berdua. Malam pertama Amira dan Bagas biasa saja mereka hanya tidur bersama dalam artian sebenarnya, keduanya masih canggung, padahal mereka sudah resmi tapi hanya sebatas ciuman yang sudah pernah mereka lakukan.
Bagas juga bersikap biasa karena dia menyadari perlu waktu untuk lebih mendekatkan diri mereka berdua sebagai suami istri. Amira masih memasang dinding tipis dengan Bagas. Sehari -hari mereka menghabiskan bersama, pergi ke pasar, memasak dan lainnya. Para tetangga juga tidak heran atau terkejut mengenai keberadaan mereka di rumah tersebut, sepertinya bu Dewi sering bercerita bahwa keduanya masih terhitung keluarganya juga.
Sesekali mereka pergi ke tempat mba Ratih bahkan juga menginap disana, Amira dan Bagas juga sudah sangat dekat dengan kedua keponakannya itu Elsa dan Robi, bahkan keduanya selalu bersikap manja pada mereka.
---------
Suatu hari Bagas sedang tertidur rupanya pagi sudah menjelang pagi dia merasa ada yang membelai pipinya dengan lembut, dia pun membuka matanya dan melihat Amira kekasih hatinya.
"Kamu tahu engga, dulu kenapa aku suruh selalu menyukur kumis dan jenggotmu ketika masih kamu menjadi sekretarisku ?" tanyanya masih dengan mengusap pipinya yang kini di penuhi bulu halus termasuk kumis dan di dagunya.
"Karena kotor dan jelek !" jawab Bagas dan tak sungkan lagi menarik tubuh sintal Amira yang kini memakai daster yang cukup tipis. hal itu membuat Amira semakin dekatnya dan juga membuat wajahnya memerah, hembusan nafas keduanya terasa.
"Salah ! kamu kelihatan lebih tua !" desahnya sambil tersenyum. Dadanya berdebar keras ini pertama kalinya dirinya terlihat intim, dia tak menyangka akan menikah dengan sekretarisnya, ada beberapa alasan tapi yang utama hanya Bagas satu-satunya yang dekat dengannya, hanya dia yang harus di akuinya membuat perasaannya berbeda. Banyak pria yang dekat dengannya tapi hatinya dan perasaannya biasa saja. Tak ada getaran cinta di hatinya.
"Benarkah ? kalau begitu aku akan mencukur lagi buatmu !" bisik Bagas, hidungnya kini di gesekan di pipi mulus Amira, dada Bagas pun berdebar, beberapa kali dia menelan ludah entahlah ketika berdekatan seperti ini hasrat seksualnya mulai tumbuh.
Kemudian diciumnya pipi lembut Amira, dia tidak menolak ketika Bagas menciumnya, hanya desiran dan membuatnya mendesah dan memejamkan matanya, tanpa sadar tangannya melingkar di leher Bagas.
"Bagas... " bisiknya pelan.
"Apa sayang ... " balas Bagas, bukan hanya pipi mulusnya tapi kini merabah bibir ranum berwarna pink itu kini di lumatnya.
"aaahhh ... " Desah Amira dia pun membalas ciuman Bagas, kini mereka saling berpagutan, tubuh keduanya mulai menyatu.
Bagas kini menyelusuri leher jenjang putih milik Amira, tubuhnya mengejang seluruh tubuhnya serasa mendesir dan sedikit geli karena kumis dan jenggot serta bulu kasat di wajah Bagas menggesek kulitnya yang mulus. Amira merasakan sensasi yang belum pernah dia rasakan, dan dia tidak menolaknya.
Karena tak ada penolakan dari perempuan dicintainya membuat Bagas sedikit hilang kendali, kini wajahnya telah berada di belahan bukit Amira, kancing atasnya sudah terbuka.
"Baaagggaaasss ... aahhh !" desah dan rintih Amira, di gigitnya bibir merahnya tanda gejolak birahi mulai datang padanya.
Sekali tarik gaun tidur pendek dan tipis Amira telah melorot ke bawah tinggal menyisakan pakaian dalam berwarna putih polos, perlahan tangan kekar Bagas mulai membuka bra milik Amira, dia sendiri tidak menolak hanya menatap nanar menatap Bagas, suaminya sendiri. Terbukalah dua bukit kembar terlihar menantang untuk di kunjungi, tapi Bagas kembali melumar bibir Amira.
Amira pun membalas ciuman itu yang kali ini sedikit bergairah. Bagas melepas ciumannya dan menatap Amira kedua nafas mereka memburu, perlahan Amira menarik kaus yang di pakai Bagas, terlihat tubuh kekar berotot sedikit berbulu di dadanya, nampak seksi di mata Amira.
"Kamu ingin melakukannya ?" bisik Bagas, untuk meyakinkan apakah mau atau tidak dia lebih memilih kesiapan Amira untuk melakukannya. Amira menatap Bagas. Agak sedikit ragu.
"Tidak apa-apa bila kamu belun siap, aku akan memberikan yang tak pernah kamu rasakan sebelumnya ! bolehkah ?" Amira mengangguk.
"maaf !" Bagas hanya tersenyum kemudian kembali mencium bibir Amira, tubuhnya menindihnyam kini tubuh hangat mereka berdua menyatu. Kembali Bagas melepas ciuman dan menuju leher dan kali ini ke kedua bukit putih yang membulat dengan puting coklatnya yang menantang. Tapi Bagas hanya menciuminya dan merasakan kehangatan serta kekenyalannya saja.
Bibir Bagas mulai berpetualangan jauh ke bawah perut mulus rata tak lupa di kecup dan diciuminya, sementara sang empunya Amira hanya mendesah dan menggeliat.
"Aaaaahhh ... Baaggaasss !" sensansi yang di berikan Bagas membuatnya merintih dan mengerang kecil.
Kini bibir Bagas tiba di sebuah gundukan kecil yang tercetak oleh celana dalam tipis yang ketat, sedikit basah akibat dari perbuatannya tadi. Dia menatap Amira yang seperti menikmati setiap setuhan yang ia berikan. perlahan di ciumnya paha putih mulus di kiri kanan.
"Baaagaaass .. aaasshhh !" kakinya bergerak karena sensasi geli dari kumis dan bibir Bagas. perlahan Bagas menarik celana dalam tipis itu tanpa hambatan, bahkan pinggul Amira seperti memberi jalan baginya. Kini tubuh Amira tanpa sehelai benang pun, di mata Bagas dia sangat takjub sungguh sempurna pahatan ilahi yang diberikan pada Amira istrinya dan dia sangat beruntung.
Dengan lembut dan hati-hati, tangannya mengusap paha mulus Amira, sesekali mengecupnya, Amira terlihat menatapnya.
"Boleh kah ?" Bagas menelan ludah meminta persetujuannya, Amira kembali mengangguk.
"Aaaahhhh ... !" erang dan desahnya mulutnya terbuka, ketika tangan kekar itu mengusap dan membelai gundukan miss V nya. kaki itu tanpa sadar terbuka memperlihatkan semuanya pada Bagas.
Tangan itu hanya, mengusap membelai, ada bulu halus dan rapi di sana, sampai salah satu jarinya menyentuh belahannya miss V nya, tubuh Amira sontak menggeliat dan terdengar desahan. Bagas kembali mencium perut sekitar pusar sebelum pada akhirnya sampai di tujuan.
"Mmmm ... Aaahhhh ...!" Amira menjerit kecil, nafasnya terengah, ketika Bagas menelusurinya, menciumi dan menjilatinya dengan lembut, tangannya meremas seprai dan pahanya menjepit kepala Bagas.
"Baaggaass ... Aahhh ... ssuuddaaahhh ... !" erangnya matanya terbelalak ketika biji kecilnya di hisap Bagas. di bawah miss V nya semakin basah, pinggulnya mulai bergerak nafasnya mulai memburu, tangannya kini meremas rambut Bagas.
"Aaakkuuu mmmaauuu kkeeluuaaarrr ... Aaaaahhh !" jerit Amira ketika sesuatu hendak keluar dari tubuhnya, dan akhirnya menjerit keras dan menyemburlah air kenikmatan dari tubuhnya Bagas sedikit terkejut tapi dia tetap melahap semuanya. tubuh Amira ambruk dengan nafas terengah dan basah tubuhnya penuh keringat.
Bagas menyudahi dan kembali menciumi perut menuju ke atas dan bibir itu kembali dilumatnya, Amira membalasnya membalik tubuhnya dan kini saling berhadapan, Bagas menarik tubuh telanjang Amira kembali mereka menyatu.
Perlahan dilepas ciumannya dan mereka saling menatap dengan nafas masih memburu, di cubitnya pipi Bagas.
"Kamu nakal !" ujarnya dengan genit.
"tapi suka kan !" Bagas tersenyum mesum. Amira mencium pipi Bagas memeluknya erat ia merasakan ada yang mengganjal di selangkangnya keras dan hangat.
"kamu mau juga ?" tanyanya Bagas menatapnya.
"Serius kamu mau melakukannya ?" Amira tertawa.
Begitulah pagi itu mereka habiskan di tempat tidur, keduanya mencapai kepuasan mereka yang pertama sebagai pasangan suami istri ...
bersambung ...