Bagas dan Amira terkejut, mereka mengira mba Ratih lah yang seperti itu. Mba Ratih pun mengajak mereka berdua masuk kedalam.
"Maaf Amira rumah mba seperti ini !" ujar Ratih setelah mereka duduk di ruang tamu sementara dua bocah ikut duduk bersama ibunya dan menatap kedua tamu dengan penasaran.
"Engga apa-apa kok mba, justru aku terkejut ternyata mba sama kak Yudha ...!" Amira tidak melanjutkan kata-kata karena terharu, Bagas merangkul pundak Amira.
"Iya, maafkan mba ya ... tidak memberitahukan hal ini, itu karena permintaan mas Yudha sendiri !" jawab Ratih tersenyum.
"Justru aku berterima kasih telah menjaga kak Yudha, aku tidak bisa apa-apa ketika kak Yudha meninggal !" isak Amira sambil mengusap air matanya. ternyata Ratih pun terbawa suasana sehingga dia pun meneteskan air mata.
"Kenapa mama menangis ?" anak yang laki-laki bertanya.
"Sstt ... mama ingat papa, Robi !"
"Papa Yudha ?"
"Iya !" jawab anak perempuan.
"Elsa bawa Robi main sayang ... mama nau mengobrol dengan tante !" ujar Ratih sambil mengusap air matanya,
"Tante mah ?"
"Iya ini adik papa Yudha, ayo salim dulu !" perintah Ratih, keduanya mendekat dan mengulurkan tangan pada Amira, tapi dia malah memeluk keduanya. Elsa dan Robi hanya diam kemudian Amira melepas pelukannya dan mencium kening keduanya dan tersenyum.
"Ayo, Elsa ajak main adiknya ya !"
"Iya mah !" anak perempuan yang berusia 7 tahun itu mengajak adiknya yang berumur 5 tahun pergi.
"Mereka mirip dengan kak Yudha apalagi Robi dia seperti kembaran sama kak Yudha !" Amira menatap keduanya pergi.
"Iya hobi mereka pun sama Robi selalu suka bermain musik !" jawab Ratih.
"Mba kapan menikah dengan kak Yudha ?" tanya Amira.
"Kami menikah setahun setelah mas Yudha kabur dari rumah, saat itu band mulai menanjak popularitasnya ! kita menikah di Bali hanya di hadiri segelintir orang ! termasuk anggota band tapi tidak semua sebagian sudah pada pulang karena waktu itu habis konser di sana, cepat sih ! sehari sebelumnya melamar dengan cincin dan setelah itu langsung menikah !" jelas Ratih.
"Oh begitu !" Amira mengangguk, sebenarnya Amira sudah suka sama mba Ratih karena baik orangnya, dan dia merasa kakaknya punya sikap berbeda ketika di kenalkan padanya, tapi waktu itu tidak berfikir sejauh itu tentang hubungan mereka.
"Bagaimana dengan mu Amira ?" tanya mba Ratih sambil menatap Amira, Ratih pun menyukai Amira, ketika pertama bertemu agak sedikit takut karena membayangkan hal buruk tentang keluarga kaya raya. tapi semua itu sirna apa lagi mas Yudha sering sekali berbicara tentang adiknya apapun itu ! awalnya cemburu tapi akhirnya dia mengerti.
"Ya beginilah untuk sementara aku beristirahat dahulu !" jawab Amira.
"Kalian akan menikah ?"
"Tentu saja mba !" jawab Amira pasti, sambil melirik ke arah Bagas dan tanpa sadar menyentuh tangannya, mesra sekali. Ratih tersenyum.
"Syukurlah, sebenarnya mas Yudha mengkhawatirkanmu !"
"Tentang apa ?" tanya Amira tertegun.
"Tentang kamu selanjutnya, apa ada seseorang yang dapat menggantikannya untuk melindungimu ! tapi itu sudah tidak perlu lagi sepertinya, mas Yudha pasti tenang disana !" mba Ratih tersenyum sambil melirik pada Bagas. muka Amira memerah.
"Terima kasih, mba ... tapi apa mba tidak penasaran kenapa kak Yudha sampai bunuh diri ?" Tanya Amira, Ratih tertegun dan terdiam.
"Tidak, walau dalam hati itu tidak mungkin ... ya sudahlah mba tidak mau memperpanjang dan mempermasalahkan hal itu, mba hanya ingin hidup tenang untuk membesarkan Elsa dan Robi itu sudah cukup !" jelas Ratih.
"Maaf ya mba !"
"tidak apa-apa, aduh sampai lupa belum di kasih minum tamunya !" ujar Ratih.
"Engga usah repot-repot mba !" ujar Amira
"Engga kok tunggu ya, mba kebelakang dulu !" Ratih pun bangun dan beranjak ke dapur. Tak lama Robi mengintip karena penasaran pada tamu mamanya.
"Robi jangan ngintip engga sopan !" Elsa menasehati adiknya.
"Tapi itu tante kita !" polos Robi. Sepertinya Amira mendengar celotehan kefua keponakannya itu, ia teringat punya coklat kesukaannya yang selalu disimpan di tasnya dan kemudian di keluarkam dua batang coklat yang harganya cukup mahal karena tidak ada disini. Amira harus memesannya via on line, coklat ini tidak terlalu manis karena tidak memakai gula buatan dan asli coklatnya dari Brazil.
"Robi, Elsa sini Tante punya coklat mau ?" rayu Amira sambil melambai tangannya. Ternyata Robi tertarik dan mendekat ke Amira mau tidak mau Elsa pun ikut adiknya. dan mereka pun mengambil coklat seorang satu.
"Terima kasih tante !" jawab Elsa.
"Terima kasih tante !" Robi pun ikutan sambil tersenyum.
"Eh, kalian sedang ngapain !" Ratih datang sambil membawa minuman.
"ini mba, saya kasih coklat !" jawab Amira.
"Oh, udah terima kasih belum sama tante !" mereka menjawab dengan mengangguk.
"Maaf ya Amira !"
"Engga apa-apa mba kan sama keponakan sendiri !" jawab Amira.
"Jangan di makan semuanya ya ! sedikit-sedikit saja ! nanti kalau terlalu banyak giginya sakit !" Ratih menasehati kedua putra putrinya dah mereka hanya mengangguk kembali.
"Kalian akan tinggal disini ?"
"Iya mba untuk sementara !"
"Maaf Amira, aku hanya ingin kamu hati-hati dengan papamu !"
"Papa ?" tanyanya heran.
"Iya, dia pernah datang kemari ! mba tidak tahu dari mana dia bisa mengetahui dimana mba tinggal, tapi yang jelas mba diminta jangan pernah mengungkit kakakmu Yudha lagi ! aku katakan pada dia bahwa aku hanya membesarkan anakku saja tidak perduli dengan harta kekayaan kakakmu !" jelas Ratih agak sedikit marah. Amira terdiam dan sudah menduganya.
"Iya mba, aku tahu papa punya detektif yang selalu memcari informasi apapun ! dan sepertinya papa juga tahu aku disini !" jawab Amira.
"Sudah aku duga juga !" Bagas akhirnya berbicara juga.
"Papa sepertinya sedang menunggu aku seperti kak Yudha dulu, ketika terpuruk baru dia bertindak ! sepertinya papa salah kali ini melakukan hal itu pada aku !" Amira tersenyum misterus. Bagas terdiam.
-----------
Ardhi Wijaya sudah sampai di kantornya dia terkejut melihat kerumunan di lobi Perusahaan PALM CO miliknya itu, dia pun menelpon sekretarisnya untuk mencari tahu apa yang terjadi.
"Apa Wartawan !" serunya kaget. "Irma, suru pak Johan untuk urus mereka semua cepat !" Perintahnya kemudian menutup telponnya.
"Jana langsung ke tempar parkir biasa !" Ujar Ardhi pada sopirnya. mamg Jana mengangguk.
"Baik gan !"
Setelah itu mobil terparkir ditempat khusus, biasanya ia masuk menuju lobi perusahaan dan masuk menuju lift khusus. Tapi ini karena keadaan darurat turun di tempat parkir yang juga di khusus kan untuk komisaris seperti dirinya dan liftnya pun khusus pula.
Ardhi Wijaya turun setelah dibukakan pintu mobil oleh mang Jana ia keluar dan langsung menuju lift menuju ruangannya. Dia pun sampai di lantai dimana ruangan kerja sebagai ketua Komisaris perusahaan berada.. Gedung perusahaan Palm co berada di kompleks perkantoran yang dibangun khusus untuk perusahaan, ada 2 gedung di sana satu untuk Pimpinan perusahaan dan satu gedung lagi untuk komisaris dan jajarannya seperti dirinya.
Dia pun sampai di sambut oleh Sekretarisnya Irma yang sudah 10 tahun mendampinginya.
"Selamat pagi pak, semua sudah berkumpul di ruang rapat, saya sudah meminta pak Johan untuk menemui para awak media mengenai kejadian tadi malam !" jelasnya pada atasannya.
"Ya sudah, aku langsung ke ruang rapat ini harus segera di selesaikan !" perintahnya.
"Baik pak !" jawab Sekretarisnya.
Bersambung ...