Ardhi Wijaya pun juga rapi, dia akan mengadakan rapat dengan para komisaris yang lain untuk memilih pimpinan sementara yang baru. Berita tadi malam pasti sudah beredar luas makanya harus di ambil tindakan cepat, kalau tidak saham perusahaan akan berjatuhan bila ada sedikit saja preseden buruk di perusahaan.
Sesampainya di bawah dia melihat Marina istrinya, dan menuju ruang makan, Marina pun juga melihat suaminya yang sudah rapi, ketika dia duduk maka Marina pun melayani suaminya untuk sarapan. Pertama suaminya suka teh di pagi hari, roti dengan telur. Dia sendiri secangkir kopi. Marina penggemar kopi. tidak seperti wanita lain yang biasanya dengan jus-jus dengan isi yang aneh.Dia pun tak suka diet.
"Pah mau kemana ?" tanya Marina pada suaminya.
"Rapat dengan anggota yang lain !"
"Siapa yang akan menggatikannya ?"
"Belum di putuskan !
"Oh ...!" jawab Marina dia menatap suami yang terlihat kembali tenang, dia menduga pasti keberadaan Amira sudah di ketahuinya, dia kenal betul suaminya itu. sama seperti Yudha kabur. Dan ada dugaan Yudha terlibat narkoba ada campur tangan dari Ardhi Wijaya. Sejak itu dia pun tidak mau kalah untuk menggunakan jasa detekti bayaran dan ternyata itu tidak buruk setidaknya untuk urusan bisnisnya jadi tahu kalau ada yang curang atau apapun itu serta perselingkuhan yang dilakukan suaminya !
Mereka makan dalam diam dengan pikiran masing-masing. Seperti itulah mereka selama 10 atau 20 tahun lebih entahlah tak ada yang tahu. Setiap pagi atau makan malam dan itu juga sesekali selebihnya selalu makan diluar, pulang kerumahpun langsung istirahat. Bahkan ketika masih ada Amira pun mereka mengobrol hanya basa basi aaja. itupun di alhir pekan bisa seminggu, sebulan sekali kalau ada waktu luang saja.
"Aku pergi dulu !" Ardhi Wijaya bangun selesai sarapan, Marina hanya mengangguk. tidak ada ciuman selamat pagi, siang atau malam. bahkan sekedar ciuman untuk pergi pun sudah tak pernah lagi. Setelah itu pergi. Marina menghela nafas sudah cukup bersabar rasanya, dia ingin pergi tapi di tahannya demi putri yang kini satu-satunya ia miliki.
Ardhi Wijaya, masuk ke dalam mobil yang di supiri mang Jana keluar dari rumah ke tempat tujuan.
"Kita kemana gan ?" tanya mang Jana.
"Ke kamtor !" ujarnya singkat.
"Baik gan !"
Ardhi Wjiaya terdiam tanpa sadar dia menyentuh cincin pernikahannya dengan Marina, dia tersenyum miris, dulu dia sendiri menolak di jodohkan dengan wanita pilihan ayahnya dan lebih memilih menikah dengan Marina seorang model yang saat itu sedang naik daun di dunia fashion. Atas semua yang dilakukannya semua fasilitas khusus di ambil dan harus dimulai dari nol lagi. Marina tetap menemaninya ketika merintis perusahaan Palm co sampai seperti sekarang.
Dulu kehidupan keluarganya sangat indah penuh kebersamaan dan kehangatan.Tapi seiring kesuksesan perusahaannya membuatnya jarang bertemu lagi atau meluangkan sedikit waktu. Ardhi Wijaya semakin mengerti seorang pengusaha itu seperti apa, baik buruknya sudah dia dapatkan lama kelamaan dia semakin terlena ketika sudah sukses. seperti kata pepatah laki-laki itu bila ada tahta dan harta serta wanita. Begitu pula Ardhi Wijaja sebagai seorang yang mempunyai tampang dan juga kekayaan serta kesuksesan maka akan banyak godaannya semakin banyak salah satunya seorang wanita !
----------
Kita kembali ke Bagas dan Amira, mereka selesai mandi dan sarapan pagi, hari ini Bagas berencana untuk mengajak Amira ke suatu tempat dan bu Dewi setuju tentang hal itu.
"Kita mau kemana ?" tanyanya pada Bagas.
"Kamu lihat saja nanti !" Jawab Bagas di dalam perjalanan.
"Aku engga suka main rahasiaan !" Cemberut Amira. Bagas tersenyum.
"Kita mau bertemu dengan keponakanmu !" Bagas akhirnya tak tahan juga.
"Keponakanku ? dari siapa ?" tanyanya heran.
"Ya kakakmu Yudha lah ! siapa lagi !" Jawab Bagas, Anira terkejut.
"Kamu jangan bohong Bagas !" Amira menatap Bagas tak percaya.
"Menurutmu apa kakak mu punya pacar ?" Tanya Bagas, Amira terdiam.
"Banyak sih pacarnya !"
"Tapi istrinya satu !" Amira kembali tertegun.
"Kak Yudha punya istri ?"
"Iya lah seperti kita berdua !" Jawab Bagas, Amira muka memerah.
"itu tidak mungkin !"
"Mungkin saja Amira, kenapa dia menolak di jodohkan ?" Amira terdiam apa yang dikatakan Bagas ada benarnya tapi memang walau mereka sangat dekat sebagai kakak adek untuk seorang kekasih atau pacar dia tak pernah cerita entah kenapa. Bagas pun menceritakan yang sebenarnya.
"Begitulah, dia tidak ingin keluargamu tahu !" Jelas Bagas.
"Yah, itu memang tindakan bijaksana melihat nenek dan kakeknya seperti itu !" jawab Amira seperti membenarkan tindakan istrinya itu.
"Apa dia sudah menikah lagi ?" tanya Amira.
"sepertinya belum !" jawab Bagas.
Akhirnya mereka pun tiba di sebuah rumah yang tidak terlalu besar, di halaman terlihat 2 orang anak kecil bermain satu laki-laki dan satunya perempuan.
"Itukah anaknya ka Yudha ? yang mana ?" tanya Amira melihat dari dalam mobil.
"dua-duanya ! yang pertama perempuan, ketika Yudha meninggal istrinya sedang hamil yang kedua !" jelas Bagas, Amira terdiam tak terasa air matanya meleleh.
"Aku kasihan pada kak Yudha, padahal dia sudah mempunyai keluarga kenapa bisa bunuh diri !" ujar Amira tidak mengerti.
"Yang aku tahu ... ada yang bilang itu bukan bunuh diri ... !" Amira menatap Bagas.
"Benatkah ? lalu kenapa dibunuh ? oleh siapa ?" berondong Amira.
"Amira aku tidak berhak untuk sejauh ini, hanya kabar selentingan saja !" jelas Bagas. Amira terdiam kembali.
"Papa ... pasti dia ! tapi kenapa setega itu pada kak Yudha !"
"Kita belun tahu Amira !" jawab Bagas. "Kamu mau bertemu ?" tanyanya.
"Entahlah ... duanya mirip kak Yudha apalagi yang laki-laki seperti papanya semuanya sama !" Amira menatap. Tak lama seorang perempuan keluar dari rumah.
"Loh itu kan ... !" Amira terkejut. Bagas melirik Amira.
"Kamu kenal ?"
"Iya, engga nyangka kalau kak Yudha sama dia !" ujar Amira. "Dia manajer kak Yudha waktu punya group band namanya mba Ratih usianya 10 tahun lebih tua dari kak Yudha !" jelasnya.
"Cinta bisa datang kapan saja, tidak perduli orang itu siapa, umurnya, status sosianyal kita tak bisa mengelak ... seperti kita !" ujar Bagas. muka Amira memerah. "Mungkin Yudha menemukan seseorang yang membuatnya nyaman dan hatinya serta perasaannya !" tambah Bagas.
Perempuan itu mendekati kedua anak kecil yang sedang bermain, tapi tatapan matanya kemudian melihat sebuah mobil yang terparkir di depan rumah dia berdiri dan mendekati pagar rumah.
"Amira ... !" serunya. Amira dan Bagas terkejut mau tidak mau mereka keluar dati mobil.
"Hallo mba sudah lama tidak bertemu !" sapa Amira. Perempuan itu kemudian memeluknya, Amira tertegun.
"Kamu tidak apa-apa kan ? mba tadi dengar dari infotaiment berita mengenai dirimu !" ujar mba Ratih sambil merengangkan tubuh Amira dan menatapnya. Amira menghela nafas, cepat atau lambat itu pasti terjadi.
"Terima kasih mba !" jawab Amira.
Bersambung ...