Chereads / MY BOS, SECRET ! / Chapter 12 - Kejutan Dari Amira

Chapter 12 - Kejutan Dari Amira

Amira keluar dengan wajah yang fresh, dengan wajah polos natural tidak memakai riasan apapun tetap cantik dan memukau siapa pun yang melihat, sekarang dia memakai pakaian kasual atasan kaos dan celana blue jeasn rambut di ikat. seperti wanita biasa.

walau begitu tetap elegan dan sedikit tomboy. Bagas pun terpana dengan semuanya. dia pun juga sudah mengganti bajunya dengan kemeja biasa lengan pendek dan celana blue jeans. membuat mereka berdua terlihat lebih santai.

Keduanya kembali melanjutkan perjalanan, kali ini mereka berdua lebih banyak mengobrol seperti sudah akrab tanpa ada lagi sekat antara bos dan sekretarisnya mereka seperti berteman. mereka menyadari hal itu dan ini pertama kalinya bagi keduanya.

"Kamu tahu tempatnya ?" tanya Amira pada Bagas.

"Pernah sekali !" jawab Bagas.

"Kok aku engga tahu, kamu sering bertemu bu Dewi ?" Tanyanya heran.

"Aku selalu mengobrol dan bertemu dengannya sejak dia pensiun perusahaan !" Jawab Bagas, "Banyak yang aku belum kupelajari karena waktu itu serasa singkat bagiku ! dan itu dunia baru yang tak pernah kupikirkan sebelumnya !" jawab Bagas.

"Maafkan aku !" Amira terdiam. Bagas tertawa. "Kenapa kamu tertawa ini serius aku minta maaf atas sikapku padamu !" ujar Amira.

"Iya aku tahu, hmm ... entahlah rasanya semua jadi aneh aku jadi tidak terbiasa dengan semuanya !" jawab Bagas.

"Ya udah, kalau begitu aku akan kembali kesikapku yang dulu !" kata Amira sebal. Bagas hanya tersenyum.

"Beneran nih, aku lebih suka sikapmu seperti ini dari pada ketika menjadi bos !"

"Oh ya kenapa ?"

"Karena sikap dan sifatmu itu yang sebenarnya ... sementara ketika menjadi bos itu topengmu !" jawab Bagas, Amira tertegun dan menatap Bagas, entahlah perasaannya melihat Bagas seperti melihat kakaknya Yudha hadir kembali !

"Kenapa ? maaf aku lancang ya ?"

"Tidak kamu benar, aku memang selalu berpura-pura seperti seorang princess yang harus dituruti apa keinginanku !"

"Kamu memang seorang 'princess' kok !" jawab Bagas. Amira mukanya memerah tanpa sadar dia menangis.

"loh kok nangis, maafkan aku ! bukan maksudku ... !" Bagas terkejut dan menepikan mobilnya,

Setelah itu dia menarik Amira dalam pelukannya, Amira hanya terdiam tidak menolak kata princess tadi telah membuka memori sedihnya tentang kakaknya tercinta, hanya dia yang selalu mengatakan hal itu !

"Maafkan aku !" Bisik Bagas.

"Kamu jahat !" isak Amira.

"iya Aku memang jahat !" setelah itu Amira terdiam perasaannya terasa lebih tenang dan nyaman dalam pelukan Bagas. perasaan ini sudah lama hilang dari dirinya. Perlahan Bagas merenggangkan pelukannya dan menatap Amira tangannya mengusap lembut pipi yang terkena air mata.

"Jangan lagi menangis princess !" bisiknya, Amira menatap Bagas, dia merasakan sesuatu desiran dan debaran aneh dalam dirinya.

"Kenapa kamu menyebutku princess ?" tanya Amira pelan. Bagas tersenyum.

"Kamu engga suka ? entahlah dibalik sikapmu yang seperti itu sebenarnya kamu memberikan perhatian padaku seperti seorang princess yang hatinya baik !" Amira tertegun. mata mereka saling bertatapan, dada keduanya berdebar dan entah siapa yang mulai bibir keduanya bertemu. Tubuh keduanya menjadi tegang bagi mereka berdua ini firs kiss, mereka pun berciuman.

Bagas belum pernah berpacaran dalam hidupnya karena dia tidak berani mengungkap perasaannya. pada akhirnya ketika punya keberanian itu datang impiannya kandas karena di tolak ! sejak itu dia menutup dirinya kembali, memang terlihat seperti banci, tapi itu bukan yang pertama kali seperti itu! tapi untuk yang kesekian kalinya ...

"mmm ... " terdengar gumaman pelan dari Amira. Bagas tersadar dan melepas ciumannya.

"Maaf !" dengan nafas masih tersengal mukanya merah dan begitu juga Amira.

"Aku kehabisan nafas !" Jawab Amira. dia memukul lembut pipi Bagas, keduanya terdiam dan tersenyum.

"Udah ah !" nanti ada yang lihat !" mereka berdua salah tingkah. Dan Bagas melanjutkan perjalanannya.

---------

Tanpa terasa mereka tiba di kota Malang dan perjalan terus berlanjut ke daerah berhawa sejuk pegunungan, ketika sore mereka tiba di sebuah rumah yang asri banyak bunga dan pohon di halaman rumahnya.

mobil memasuki halaman rumah itu, Amira dan Bagas terdiam sesaat.

"kita sudah sampai !" ujar Bagas.

"ini rumahnya ?" tanya Amira. Bagas mengangguk dan keduanya turun, hawa sejuk dan sedikit dingin menerpa tubuh mereka. Tiba-tiba pintu rumah terbuka terlihatlah sesosok perempuan berumur, berkaca mata keluar sambil tersenyum. Bagas dan Amira menghampirinya.

"Hallo bu apa kabar !" Bagas memeluknya dan mencium tangan perempuan itu. Amira pun melakukan hal yang sama.

"Bu maafkan saya !" ujar Amira sambil memeluk perempuan itu.

"Sudah lah non, says selalu memaafkan kamu !" ujarnya sambil merenggangkan pelukan dan menyentuh wajah Amira dengan lembut.

"Ayo masuk, Bagas tolong masuk kan barangnya sekalian !" perintah bu Dewi.

"Siap bu !" jawab Bagas sambil menghormat dan menuju mobil untuk menganbil koper. sementara Amira dan bu Dewi masuk ke dalam.

"maafkan saya, tidak menyambut non sebagaimana mestinya ini lah rumah saya !" ujar bu Dewi masih terkesan sungkan pada Amira.

"Bu, tidak apa-apa ! ibu bersikap biasa saja ! saya sudah bukan lagi seperti dahulu lagi !" Jawab Amira. bu Dewi tersenyum.

"Baiklah nak Amira, anggap saja ini seperti rumah sendiri ! sebenarnya ini milik almarhum nenek saya, sedangkan rumah saya yang sebenarnya ada di Bogor !" jelas Bu Dewi. Bagas pun masuk sambil membawa koper, satu miliknya dan dua cukup besar milik Amira.

"Ini di bawa kemana bu ?" Bagas bertanya.

"Kalau kamu tidur di kamar depan saja, sedangkan kamu nak Amira kamarmu di ruang tengah bersebelahan dengan ibu ! kan kalian belum menikah jadi untuk sementara seperti itu !" jawab bu Dewi, muka keduanya memerah.

"Ah ibu ! terima kasih maaf merepotkan !" Amira terlihat malu. Bu Dewi hanya tertawa.

"Sudahlah, mau sementara atau seterusnya itu sama saja, kalian berdua akan menikah, bukankah begitu rencana kalian ?" tanya bu Dewi. Bagas ikut bergabung .

"Iya betul, kami berdua mempunyai surat perjanjian !" Jawab Amira di angguki oleh Bagas.

"Begitu ya, kalau begitu sekarang istirahatlah kalian pasti lelah setelah menempuh perjalanan jauh !" ujar Bu Dewi dia bangun, mengantar Amira ke kamarnya begitupun juga Bagas masuk ke kamarnya tubuhnya terasa pegal dan lelah karena ini perjalanan terjauh pertama dengan mobilnya.

-------

Malam harinya mereka makan malam dengan nikmat walau sederhana yang agak mengejutkan Amira tidak canggung atau risih dengan situasi seperti ini.

"Bu masakannya masih enak seperti dulu ! rasanya rindu sudah lama tidak seperti ini !" ujar Amira seperti anak kecil sangat gembira dan senang. Bagas tertegun.

"Sejak kecil Amira selalu bersama ibu, kedua otang tuanya sangat sibuk ! karena kesepian ibu selalu membawanya kerumah. kadang suka menginap ya kan Amira ?" jawab bu Dewi sambil tersenyum. Amira hanya mengangguk.

"Kalian berdua sudah ibu anggap sebagsi anak sendiri !" lanjut Bu Dewi.

"Iya, aku juga sudah menganggap ibu Dewi, ibu sendiri !" jawab Amira sambil memegang tangan bu Dewi. Bagas tersenyum.

"Iya bu masakan ibu selalu enak seperti biasanya !" ujar Bagas tidak mau kalah.

"Kamu ini bisa saja, Gas masakan kamu juga enak kok !" jawab bu Dewi.

"Emang dia bisa masak ?" tanya Amira heran, bu Dewi malah tertawa.

"Dia itu bisa apa saja iya kan Gas !" Bagas hanya tersenyum.

Semua terlihat akrab dan dekat bagi Amira ini pertama merasakan kembali kehangatan sebuah keluarga. Setelah makan mereka membantu membersihkan tempat makan, dan lagi Bagas terkejut Amira ternyata terlihat tidak kaku melakukannya seperti sudah biasa, Bu Dewi melirik dan tersenyum. Setelah itu mereka ke ruang tengah dan kembali mengobrol apapun. Amira seakan lupa bahwa baru saja mengalami kejadian buruk yang menimpanya. Bu Dewi banyak bercerita tentang apapun yang tidak diketahui Bagas.

Akhirnya rasa ngantuk mengalahkan semuanya mereka pun masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

-----------

Kita kembali ke Jakarta, para tamu pun pada pulang dengan berbagai cerita yang terjadi barusan. Ardhi Wijaya dan Marina istrinya pun pulang, di dalam mobil mereka terdiam tanpa ada berbicara sedikit pun.

"Mah aku minta maaf !" akhirnya Ardhi Wijaya membuka suara sambil melirik istrinya. Marina hanya terdiam.

"Aku tadi sedang emosi hingga semua terjadi !"

"Papa selalu begitu, ketika semua sudah terjadi baru minta maaf ! untung aja Amira hanya pergi, coba kalau dia seperti Yudha ! sekarang papa fikir, kita bila tak punya anak, lalu siapa yang akan meneruskan perusahaan coba !" Marina masih kesal dan marah pada suaminya.

"Iya papa mengaku salah !"

"Papa tahu engga, sifatmu itu berubah sejak ..." Marina menggantung ucapannya, ada rasa sakit di dalam hatinya, Dia berusaha memedam hal itu dalam hatinya tak sadar air matanya meleleh. Ardhi Wijaya terdiam kemudian memegang tangan istrinya.

bersambung ....