Semua terkejut dan terpana dengan pengakuan Amira, begitupun kedua orang tua Amira, yang mereka tahu Amira tidak punya pacar selain Daniel. Putrinya memang pernah dekat dengan beberapa orang tapi hanya sekilas.
Daniel pun sama sekali tidak menyangka dia akan di tolak di hadapan semua orang, dia pernah mendengar rumor kalau Amira bukan gadis sembarangan tapi pernah dia menganggap remeh semua itu, pikirnya semua wanita itu sama saja, tidak tahan dengan daya tarik atau pesona ketampanannya, dia dijuluki playboy kelas berat siapa pun tak akan menolak apalagi ini perjodohan ! Harga dirinya seperti tertampar ini pertama kalinya diperlakukan seperti ini.
Muka merah terlihat di wajah kedua orang tua Daniel, mereka merasa sangat di dipermalukan !
"Apa maksudnya ini Amira !" Bentak papanya, tapi Amira tetap tenang.
"Pa, Amira kan udah bilang aku dan Daniel tuh engga ada hubungan apa-apa hanya teman !" Jawab Amira.
"Itu kan gampang, seiring nya waktu kalian akan jatuh cinta !" tungkas papanya.
"Pa, Amira sudah punya seseorang !" Amira tetap pada pendiriannya. sementara Daniel bangun dari posisi berlututnya dengan muka sangat merah.
"Siapa pacarmu ? perkenalkan pada papa sekarang !" Ardhi Wijaya menatap tajam Amira.
"Pacar Amira adalah ... BAGAS SATRIO !" Jawab Amira lantang, dan kebetulan Bagas berdiri tidak jauh dari situ. Tanpa sadar dia mendekati Amira dan berdiri disampingnya.
"Selamat malam om, tante ... saya Bagas Satrio !" kedua orang tuannya terkejut. Amira juga tertegun, karena ketika berkata seperti itu tangan Bagas merangkul pundaknya dengan lembut.
"Kamu kan Sekretaris pribadi Amira !" Ujar papanya Amira.
"Betul om, saya menyukai Amira ... dia memang bos saya !" Jawab Bagas
"Amira jangan main-main kamu ! ini pasti cuma pura-pura saja !" Ujar papanya marah.
"Kalaupun iya, aku sudah memutuskan semua ini !"
"Kamu yakin Amira ? kamu tahu apa akibatnya bukan ?" Muka Ardhi Wijaya memerah dia merasa di permalukan oleh putrinya itu.
"Iya pa, asal papa tahu ... aku ini hanya menggantikan kak Yudha !"
"Jangan sebut nama itu lagi !
"kenapa ? dia itu anak papa juga ! papa sangat egois ! semua keinginan papa harus dituruti tapi tidak pernah tahu perasaan anaknya seperti apa ! kalau papa tidak seperti itu tentu kak Yudha masih ada !" Amira menjadi emosi yang tidak terbendung.
"AMIRA !!" Bentak papanya. Marina istrinya berusaha menenangkan suaminya.
"Sudah pa, apa kita bisa kita bicarakan di tempat lain ?"
"Maaf mah, aku sudah memutuskan semuanya !"
"Baik kalau begitu mulai saat ini kamu bukan putriku lagi ! kamu akan di coret dari daftar keluarga dan semuanya milikmu akan papa tarik semua ! Hari ini Amira bukan lagi pimpinan Palm co dan dia sudah bukan anakku lagi !" Ujar Ardhi Wjaya di hadapan para tamu undangan yang terdiam melihat semua.
"Baiklah pah, aku pergi !" Amira dengan tenang melangkah pergi sambil menarik tangan Bagas.
"Amira tunggu !" Marina berteriak. " papa ini gimana, harusnya kita bicarakan dulu di tempat lain !" Marina sedikit marah pada suaminya.
"Marina itu sudah menjadi keputusanku !" jawab Ardhi Wijaya.
"Dia itu ANAKKU JUGA MENGERTI !" Teriak Marina pada suaminya, yang selama ini selalu diam dan tidak bisa melawan suaminya yang mempunyai adat yang keras bila sudah A maka tidak bisa di katakan B. tapi itu dulu, Marina tidak mau kehilangan anaknya lagi yang kedua. Muka Ardhi Wijaya makin memerah ketika istrinya membentak dirinya ini pertama kalinya melihat istrinya seperti itu.
"Tidak apa-apa kok mah ... aku pergi, mamah jaga diri dan kesehatan ! Amira akan baik-baik saja ... mungkin nanti bisa ngobrol lagi !" Amira mendekat dan memeluk Amira.
"Amira, kamu jangan pergi ... ini bisa dibicarakan oke ?"
"sepertinya tidak mah !"
"Amira ... !!" Teriak mama datang dan memeluk putrinya itu.
"Nanti Amira telpon mamah oke ? by mah !" Amira dan Bagas pergi. diiringi pandangan semua orang. Marina hanya bisa menangis dia tidak menyangka senua ini bisa terjadi.
"Bagaimana sekarang pak Ardhi Wijaya ! Anda telah mempermalukan keluarga saya !" Ujar pak Suhendro dengan marah karena malu atas kejadian ini.
"Daniel ! ayo kita pergi !" perintahnya, dan mereka pergi meninggalkan pesta dengan rasa marah. Para tamu yang hadir hanya terdiam mereka seperti melihat sinetron di televisi.
Sementara Ardhi Wijaya terdiam dia pun merasa malu dan marah atas semua yang terjadi.
"Sekarang bagaimana pah ?" sudah mama bilang kita bicarakan ini sebelumnya, kalau sudah begini bagaimana coba ! semua terserah papa, mama mau pergi !" ujar Marina pun marah atas sikap suaminya dia pun pergi.
---------
Sementara itu di dalam lift Bagas melirik Amira yang sedang murung, tangannya perlahan merangkul pundak Amira dan menariknya dalam pelukannya, Amira tertegun tapi dia membalas pelukan tanpa terasa air matanya meleleh.
"Ini semua karena keinginanmu bukan, aku selalu mendukungmu !" bisik Bagas pada Amira dan mengecup lembut rambutnya.
Mereka sudah ada di parkiran dan masuk ke dalam sedan kecil milik Bagas dan keduanya pergi. Pergi meninggalkan Palm co, kota metropolitan Jakara entah kemana.
Di dalam mobil mereka hanya terdiam tidak ada sepatah kata keluar dari keduanya hanya sepi, malam dan deru mesin mobil. Amira tidak perduli kemana Bagas akan membawanya pergi.
Hatinya sedih dan hancur melihat sikap papanya yang tidak berubah sama sekali sejak meninggal kakaknya Yudha. Dia merasa papanya berubah, dulu penuh kasih sayang pada putra putrinya semua menjadi berbeda dingin dan egois ! dia yakin ini semua karena wanita itu ! walau sebentar telah merubah papanya. Entah lelah, sedih Amira pun tertidur.
Bagas membiarkan Amira seperti itu dia tahu perasaan Amira, mungkin ini yang terbaik diam tanpa berbicara sama sekali.
---------
Mentari pagi menyinari dengan hangatnya, dan itu membangunkan tidurnya. Amira tertegun dia tidak pernah tidur senyenyak ini, biasanya dia tidur 5 sampai 6 jam setiap harinya.
Bagi orang melihatnya betapa menyenangkan hidupnya, tinggal duduk, perintah orang ini itu maka uang pun didapat dengan mudah ! tapi semua itu tidak benar mereka tidak tahu bahwa semakin tinggi jabatan seseorang maka tanggung jawab dan tugas seseorang semakin banyak.
Begitu pula dengan Amira dari pagi sampai malam tugas sudah di atur sedemikian rupa oleh sekretarisnya Bagas dan itu harus dilaksanakan. Uang adalah hasil kerja kerasnya, jika hasilnya baik maka keuntungan perusahaan akan didapat. Rasa lelah fisik dan fikiran hanya di pendam di dalan hati Amira.
"Pagi !" Sapa seseorang, Amira melirik ternyata itu Bagas, dia memberikan gekas kopi pada Amira.
"Pagi !" Balasnya sambil menerima kopi dan meminumnya agak pahit sedikit menyegarkan.
"Kita dimana ?" tanyanya sambil melihat sekeliling.
"Rest area jalan tol !" jawab Bagas sambil tersenyum.
"Kita mau kemana ?"
"Malang !"
"Malang ?" tanya Amira.
"Kamu tahu ibu Dewi bukan ? kita akan ketempatnya, dia memberikan untuk kita tempat tinggal sementara !" Amira mengangguk, betapa rindunya pada perempuan itu, sudah lama tidak bertemu.
"Lapar ?" tanya Bagas Amira menggeleng.
"Aku mau ke toilet !" Bagas mengangguk dan mereka pun turun menuju wc umum khusus wanita.
"Maaf tidak sesuai dengan mu !" ujar Bagas. Amira tersenyum.
"Aku bukan wanita kaya yang manja, seburuk apapun akan aku terima dan tidak masalah !" ujarnya sambil berdiri didepan kamar mandi khusus perempuan.
"Syukurlah, ini mungkin kamu membutuhkannya !" Bagas memberikan sebuah tas kecil berisi peralatan mandi dan kosmetik wanita, Amira menggeleng kepala tidak bisa dibayangkan jika mereka menjadi suami istri karena sikap Bagas masih seperti sekretarisnya yang tahu apa keinginan dirinya.
"Terima kasih ya sayang !" jawabnya sambil masuk ke dalam. Sementara Bagas mukanya memerah karena perkataan Amira. Apa tadi beneran atau ... ah sudahlah ! itu dalam hati Bagas.
Bersambung...