Amira pun tiba di kantor dan sedang menuju ruangannya, dia tertegun Bagas sudah berdiri menyambutnya.
"Selamat sore madam !" sapa Bagas sambil tersenyum, kemudian membukakan pintu ruangan kerjanya. Amira pun masuk. Bagas kembali mengambil tas dari tangannya dan menyimpannya kembali di tempat khusus. Amira melihat tas bungkusan baju pesanannya sudah di ambil Bagas.
Bagas datang mengambil minuman jus khusus kesukaan Amira, setelah Amira duduk melepas lelah setelah dari luar. Bagas mengatur temperatur suhu ruangan agar tetap sejuk tak lupa tercium bau wewangian khusus.
"Setelah ini apa ?" tanya Amira, Bagas kembali dengan tab disana sudah tertulis jadwalnya hari ini.
"Setelah ini ada pertemuan dengan pihak bank untuk proyek hotel kita yang ada di Surabaya !" jawab Bagas.
"Hanya itu ?" Amira menatap Bagas.
"Iya madam !" jawab Bagas.
"tolong reservasi makan malam di restoran biasa untuk dua orang ya !" perintah Amira.
"Baik madam !" Bagas pun membalik tubuhnya dan menyimpan tabnya kembali.
"Saya permisi madam !" Amira mengangguk dan Bagas pun pergi.
Amira menatap Bagas yang sudah pergi, ia terdiam dan menarik nafas panjang. kepala sedikit pusing. begitu banyak kejadian yang terjadi sepanjang minggu ini. terutama sejak pembicaraan dengan papanya tempo hari. Tapi untuk yang satu ini dia harus melakukannya sudah cukup baginya menahan perasaan yang menunpuk, dia tidak perduli apapun yang terjadi nanti.
Tak lama Bagas kembali bahwa pihak bank sudah datang ke kantor, Amira bangun dan bersikap biasa kembali. Semuanya berjalan lancar pihak bank sudah penyetujuinya, Amira tentu sangat senang. Bagas mengantar tamunya keluar sementara Amira bangun hendak kembali ke ruangannya, tanpa disadari tubuhnya seperti oleng Amira tertegun sebuah tangan berhasil memeluknya agar tidak jatuh.
"Madam tidak apa-apa !" bisik Bagas, Amira menatap Bagas di hadapannya dia memperhatikan sekretarisnya itu, ternyata tubuhnya sedikit lebih tinggi.
"Aku baik-baik saja, terima kasih !" jawabnya entah kenapa mendadak mukanya memerah seperti malu.
"Madam sebaiknya beristirahat, jangan terlalu banyak pikiran !" Bagas seperti menasehatinya. Amira terdiam, perlahan Bagas menarik tangannya dari pinggangnya.
"Terima kasih !" jawab Amira pelan, Bagas tertegun ini pertama kalinya dia mendengar bosnya berterima kasih dan berkata lembut tidak ketus padanya lagi.
"Sebaiknya madan beristirahat di dalam ya ?" ujar Bagas, Amira hanya mengangguk, kemudian dia memapah Amira kembali keruangan kerjanya.
Bagas menganbil botol air dan menuangkan di sebuah gelas dan menyerahkannya pada Amira.
"Silahkan madam ini mungkin membuat anda lebih baik !" Amira menerima gelas dan meminumnya.
"Terina kasih !" ucapnya.
"Madam, apa masih mau reservasi untuk makan malam ?" Amira mengangguk.
"Saya sudah melakukannya sesuai dengan waktu yang di jadwalkan !" Ujar Bagas.
"terima kasih ya, Bagas !" jawabnya lembut, hal itu membuat muka Bagas memerah.
"Iiyya, madam ... saya permisi dulu !" Pamit Bagas.
"Tunggu ... nanti kamu temani saya ya ?" Bagas tertegun.
"maksud madam ?" Tanyanya heran.
"Iya, makan malamnya berdua sama kamu ..." Jawab Amira tersenyum, mata Bagas tak berkedip serasa mimpi diajak makan malam bersama bosnya.
"kenapa ? tidak mau ?" tanya Amira.
"maaf madam, tentu saja ssaayyaa mau !" Jawab Bagas gugup.
"ya sudah, nanti bila waktunya kamu kasih tahu saya biar berangkat sama-sama !"
"Iya ... madam saya permisi !" Bagas membalik tubuhnya dan pergi, sementara Amira hanya tersenyum saja.
"Rupanya polosnya masih belum hilang !" Amira tersenyum dia mulai merasakan hal aneh di dalam dirinya.
---------------
Sementara itu Bagas kembali ke ruangan kerjanya dan duduk, dia mengusap wajahnya dan menghela nafas panjang.
"Bodohnya aku bersikap seperti itu !" dirinya merasa bersalah atas sikapnya tadi, tapi memang cukup mengejutkan perubahan perasaan bosnya itu. dan juga ajakan makan malam yang tiba-tiba.
"Aahhh ... !" teriaknya. "kenapa dadaku berdebar ya ?" ujarnya pelan.
"Tunggu ... jangan-jangan ... ahh tidak mungkin !" Bagas masih galau.
"tok ... tok ... !" terdengar pintu di ketuk mengejutkan Bagas. Dia berusaha bersikap biasa.
"masuk !" perintahnya, pintu terbuka dan ternyata Susan.
"Hallo bos !" Susan tersenyum.
"Ada apa Susan ?" Bagas membuka laptopnya dan bersikap tenang.
"Tidak hanya ingin memberikan laporan padamu !"
"oh, tentang pesta itu ya !" jawab Bagas aambil menatap Susan.
"Iya dan itu bukan sembarangan pesta !" ujar Susan menyerahkan sesuatu pada Bagas.
"Tentu saja Susan, ini kan pesta ulah tahun perusahaan, selain itu grand launching peresmian apartemen golden palm !" jawab Bagas.
"Aku tahu kalau hal itu, tapi ada yang lain ... !" Susan menatap Bagas.
"Apa itu ?" tanya Bagas.
"Kamu benaran tidak tahu ?" Susan balik bertanya seakan tak percaya, biasanya Bagas sudah tahu duluan tentang apapun.
"Apanya Susan ? katakan saja !" Bagas menatap Susan, Susan mengehela nafas.
"Pertunangan !" jawab Susan, Bagas menghela nafas.
"Tadi Tuan Ardhi Wijaya datang bersama istrinya, mereka meminta sesuatu !" Susan menatap Bagas, mungkin saja dia tahu, tapi Bagas malah menatap dirinya.
"Lalu !"
"Dia meminta perubahan tempat duduk serta sedikit pada dekorasi ! semuanya ada di situ !" ujar Susan sambil menunjuk map, Bagas membuka map dan membaca dan menelitinya.
"Aku bilang, aku hanya seorang asisten sekretaris jadi harus ada persetujuan kamu ! tapi dia tetap menginginkan itu mau tidak mau aku melaksanakannya !"
"Ya sudah kalau begitu, semua sudah beres ?" Bagas malah bertanya.
"bos ! apa sebenarnya kamu sudah tahu tentang hal ini ?" Susan bertanya dengan nada penasaran.
"Aku dengar gosip, yang beredar di kantor !" lanjut Susan.
"Gosip itu benar adanya, kalau hal ini terjadi !" jawab Bagas tenang.
"Bos tidak apa-apa ?" Tanya Susan hati-hati. Bagas menatapnya.
"Apa hubungan dengan ku Susan ?" Bagas heran,.
"Tidak, hanya ... sejak aku bekerja denganmu aku ... melihat ada sesuatu antara kamu dan big bos !"
"Apa maksudmu Susan ?"
"Oke, aku minta maaf kalau salah tapi Bagas, kamu mulai suka pada bos Amira !" jelas Susan mengungkap perasaan, Bagas terdiam dan kemudian tertawa.
"Susan ... Susan ... ada-ada saja !"
"Ini serius ! aku tidak keberatan kalian bersama, karena menurutku kamu satu-satunya lelaki yang mengerti dirinya !"
"Sudahlah Susan, oke ... aku serahkan semuanya padamu ! aku sekarang akan memberitahu madam tugas selanjutnya !" Susan terdiam dan mengangguk dan permisi pergi. Bagas hanya terdiam, "kenapa semua memintanya seperti itu ?" ujarnya dalam hati.
Kemudian Bagas ke ruangan belakang untuk merapikan pakaiannya karena selanjutnya makan malam dengah bosnya, dia mencuci muka dan menatap wajahnya dan memperhatikan dirinya di cermin. Dan setelah semuanya sempurna . Bagas mengambil tasnya, dan keluar ruangan tetapi dia terkejut ternyata bos sudah berdiri di sana menunggunya.
"Madam ..."
"Aku suda laper, tidak bisa menunggu lama ! ayo kita pergi ... oh iya tolong bawakan tas pakaianku juga ya !" perintah Amira kemudian pergi menuju lift.
"Cepet ! engga pake lama, aku tunggu di bawah !" Bagas mengangguk.
Dia menuju ruangan bosnya, membersihkan meja, mengambil tas pakaian dan kemudian memperhatikan lagi sekeliling ruangan takut ada yang ketinggalan. Setelah itu menutup pintu dan pergi menuju ke lantai bawah dia tahu bos tidak suka menunggunya lama.
bersambung ...