Maaf ya ceritanya maju mundur, di sengaja biar satu persatu rahasia masa lalu Amira dan Bagas ketahuan ... maaf kalau ada typonya ...
--------------
Karen Woodword di kenal Amira ketika dia untuk sementara waktu harus tinggal di asrama kampus selama setahun sebelum akhirnya diperbolehkan untuk tinggal di apartemen. Asrama itu memang di gabung dengan laki-laki, tapi tidak bersebelahan kamar hanya di selang-seling tiap tingkatan di asrama kampusnya. Gedung Asrama terdiri 5 lantai ada sekitar 5 sampai 6 gedung yang sama setiap jurusan.
Amira menempati gedung asrama 2 lantai 3 kamar 305 yang tidak jauh dari kampusnya. Sementara Shinta menempati gedung 3 lantai 2. Mereka satu jurusan yang sama di Universitas itu. Ketika tiba di kamarnya Amira terdiam, menurut ibu asrama kuncinya sudah di ambil oleh teman roommatenya. Di sampingnya ada 2 koper cukup besar yang di bawa dari Indonesia, isinya ? selain pakaian tentu saja makanan terutama mie instan.
Di ketuknya pintu asrama dan tak lama dibuka Amira tertegun di hadapannya seorang perempuan tetapi dengan penampilan seperti seorang cowok ! rambut di potong pendek, kaos dengan cukup ketat sehingga bagian dalamnya terlihat dan tidak memakai apapun. Selain itu menggunakan boxer yang biasa di gunakan laki-laki gayanya cuek tomboy abis !
"Huaaa ... sorry, kamu siapa ?" kelhatannya dia baru bangun tidur ? terlihat rambutnya acak-acakan. Amira melirik jam tangannya masih siang atau dia bangun kesiangan ?
"Kenalkan, saya Amira !" jawabnya, perempuan itu menatapnya dari ujung rambut sampai kaki.
"Oohhh ... namaku Karen ! Sorry ... aku baru bangun, tadi malam ada pesta !" jawabnya sambil membukakan pintu kamar.
Amira pun masuk, matanya menatap kesekeliling ruangan yang tidak begitu besar tapi tidak kecil juga. Di asrama yang akan di tempatinya ada dua tempat tidur bersebelahan hanya di batasi oleh meja belajar. Jadi di kamar itu terdapat 2 lemari berukuran sedang, dua meja belajar, satu kamar mandi.
"ups ... maaf berantakan !" ujar Karen sambil mengambil rok, celana dalam, pakaian lainnya yang terlihat berserakan di tempat tidur.
"Oke, ini tempatku ... dan kamu disana ! tapi kalau mau yang ini juga boleh !" Karen menunjuk ke tempat tidurnya bekas pakai.
"Aku yang ini saja !" jawab Amira sambil menuju tempat tidur yang terlihat masih rapi. tak lama dia keluar dan mengambil dua koper besar miliknya yang lain untung saja ada lift kalau tidak dia harus mengangkat koper itu naik tangga ke lantai 3 !
"kamu dari mana ? Phlipin ?" Tanya Karen kali ini sudah duduk bersila di tempat tidur sambil mengunyah sebungkus keripik yang entah dari mana. Amira menggeleng.
"Indonesia !" jawabnya sambil membuka koper satunya.
"Bali ?" Tanya Karen lagi.
"Bukan Jakarta !" jawabnya lagi, tapi tidak melirik pada perempuan disebelahnya dia asyik mengeluarkan pakaiannya dengan hati-hati.
"oh, I love Bali ! aku beberapa kali ke sana untuk berselancar ! oh aku dari New York Amerika !" ujarnya. Amira barulah melirik. Karen tersenyum.
"My mom orang sini maksudku Australia, sementara my Dad dari sana !" seperti tahu apa yang ada di pikirkan Amira.
Begitulah sejak saat itu Amira dan Karen mulai berteman dengan akrab termasuk Shinta yang menatap Karen dengan pandangan aneh. Karen memang bersikap 'semau gue' tidak perduli orang suka atau tidak dengan apa yang ada didirinya. Karen ternyata lebih banyak berteman dengan anak cowok di banding cewek seusianya.
Amira akhirnya tahu siapa Karen yang sebenarnya ternyata kisah hidup mereka hampir mirip mulai sebagai anak orang kaya, sering di bully sampai mempunyai kakak yang dekat dengan mereka. Yang akhirnya membuat keduanya terlihat dekat dan akrab. Shinta sedikit iri tapi akhirnya menerima kedekatan mereka.
"Mir elu harus hati-hati sama si Karen !" ujarnya suatu kali.
"memangnya kenapa ?" Tanya Amira.
"Gue denger gosip tentang Karen ! dia seorang ... !" Shinta terdiam dia menjadi ragu apa harus dikatakan atau tidak.
"Lesbian maksud elu, Shin !" jawab Amira. Shinta terkejut.
"Elu tahu Mir ?
"Gue juga denger gosip, tapi gue belum denger dari mulutnya !" jawab Amira.
"Elu engga apa-apa berteman dengan dia ?"
"Engga sih, sepanjang dia tidak bertindak aneh-aneh !" Jawab Amira sementara Shinta tidak yakin tentang hal itu.
Suatu ketika Amira diajak Karen ke sebuah pesta kampus, sebenarnya sudah beberapa kali tapi selalu di tolak, pada akhirnya kali ini ia ikut dengan syarat tidak sampai pagi. Awalnya mau mengajak Shinta tapi tidak jadi. Pesta itu di adakan di sebuah aula antara gedung 4 dan 5 memang agak pojokan jadi tidak terlalu mencolok dan aman dari petugas keamanan.
Mereka sampai di sana pesta sudah dimulai, terdengar musik tekno menggema, ada sebagian siswa pemuda pemudi yang berkelompok di luar, Amira merasa tidak nyaman dengan pakaian yang di kenakan karena terlalu seksi baginya, memakai atasan kaos cukup ketat dan rok pendek sebatas paha yang memperlihatkan mulus kulitnya.Sementara Karen justru cowok abis dandanannya, memakai kemeja, celana blue jins sepatu sneaker dan topi. Mereka sekilas seperti pasangan lelaki dan perempuan.
Ketika masuk keruangan suara musik makin keras menghentak sehingga berbicara pun susah harus berteriak, setiap yang datang diberi segelas minuman yang cukup menyengat entah apa isinya. yang jelas semua merasa bebas melakukan apapun baik sendiri maupun pasangan, baik lelaki maupun perempuan. maka tak heran banyak pasangan yang tidak perduli sedang asyik bermesraan.
Sementara seorang perempuan terlihat sedang dance hanya mengenakan bra dan cd nya saja. dan beberapa Lelaki berjalan sempoyongan sesekali bertabrakan dengan yang lain. Pesta sangat penuh dan ramai.
"Pahit !" Amira mencicipi sedikit minuman. Karen hanya tersenyum.
"Kamu pernah mencoba minuman keras !" teriaknya di telinga.
"Belum pernah !" Jawabnya ditambah gelengan kepala. Mereka berdiri sambil menyandar di dinding sambil memperhatikan sekelilingnya.
Sesekali Karen melambaikan tangannya kepada orang-orang yang lewat yang seperti mengenalnya. sampai ada sekelompok cowok melambai kepada Karen.
"Kamu tunggu disini ya !" ujarnya pada Amira, dan dia hanya mengangguk. Karen pun mendekat pada mereka dan mengobrol sesekali pandangan mereka tertuju pada Amira.
Sementara Amira seakan tidak perduli, walau pahit sedikit demi sedikit diminumnya minuman didalam gelas plastik itu. efek minuman mulai bereaksi Amira merasa kepalanya pusing dan melayang pandangannya mulai berubah aneh. Tanpa sadar ada yang menepuk pundaknya dan berbicara padanya.
"Hey kamu tidak apa-apa ! oh shit dia meminumnya hampir habis !"
"Memang kenapa ?"
"Dia itu baru kali ini minum seperti ini !"
"Benarkah ?"
"Jack kamu jangan macam-macam ya !"
"oh ... ayolah kelihatannya dia ingin bersenang-senang !" Amira merasa tangannya di tarik seseorang.
"Radit !" ujarnya pelan sambil menatap lelaki tampan di depannya.
"Siapa Radit ?" tanya si lelaki, tapi dia tidak perduli sekarang tubuh Amira dalam dekapan seseorang.
"Radit, kenapa kamu membenciku !" kembali Amira mengatakan sesuatu.
"Apa karena aku gendut !" desah Amira.
"Tidak baby, kamu cantik !" bisik si lelaki sambil mencium bibir Amira dan dia tidak menolak.
"Aaahhh ... Radit ... jangan ... !" erang Amira, dia merasakan ada tangan yang meremas dada dan bongkahan pantatnya. Perlahan sedikit kesadaran mulai menghinggapi diri Amira, dia terkejut tubuhnya terhimpit di dinding sementara seorang pria menghimpitnya dan berusaha menarik celana dalamnya ke bawah.
Amira meronta melepaskan diri dari pelukan si pria tapi ternyata tubuhnya besar dan tinggi dari dirinya. si lelaki tak perduli dia menciumi leher dan bibir Amira.
"PRANK !!" Terdengar sebuah botol pecah menghantam kepala si lelaki, dan jatuh tersungkur ke bawah. Amira terkejut ketika melihat kejadian itu.
"Ayo kita pergi !" Karen menarik tangan Amira pergi, diiringi tatapan yang lain.
bersambung ...