Tit ... tit .... ! jam weker di samping tempat tidurnya berbunyi. Bagas menggeliatkan tubuhnya dan memaksa mata yang masih mengantuk terbuka. Hari yang baru sebenarnya tapi bagi Bagas itu hari yang sama sebagai seorang sekretaris di perusahaan ternama negeri ini.
Bagi Bagas dulu ada suatu kebanggaan tersendiri ketika pertama bekerja disini, bagaimana tidak ! dia hanya lulusan Universitas Swasta di kota kelahirannya yang hanya sebuah kota kecil. bukan lulusan Universitas Negeri ternama. Bagas bukanlah orang bodoh ! dia termasuk pintar. Yah ! mungkin hanya kurang beruntung.
Selain itu keluarganya bukanlah keluarga kaya tapi tidak miskin juga sih ! Bagas anak ketiga dari tiga bersaudara, dia punya dua kakak satu perempuan dan satu lelaki. Oke, kurasa cukup segini dahulu cerita masa lalu Bagas. Dia pun bangun dan menuju kamar mandi. Tidak sombong, sekarang dia tinggal di sebuah apartemen cukup mewah di pusat kota metropolitan yang tidak jauh dari perusahaannya bekerja, cukup hanya 10 menit saja dari apartemennya. Tapi itu belum cukup "pagi" untuk datang ke kantor, bagaimana tidak, sudah ada setumpuk pekerjaan menunggunya. Tugas buat boss nya, dia harus memilah mana yang utama mana tidak.
Bagas tersenyum miris ketika pertama diterima bekerja di perusahaan yang tidak sesuai dengan jabatan yang dilamar, yaitu menjadi seorang sekretaris ! padahal dia seorang lelaki bukan perempuan. Sebenarnya pada awalnya dia melamar sesuai standar dan akhirnya di terima. Itu adalah sebuah berita yang sangat menggembirakan baik untuk dirinya maupun untuk keluarganya. Kakak perempuannya di terima di PNS di kota kelahirannya. Sedang kakak lelakinya bekerja di perusahaan di luar kota.
Sejak lulus kuliah, Bagas sudah melamar di berbagai perusahaan termasuk mengikuti seleksi PNS di kotanya. Sayang semuanya "hangus" alias tidak mendapat keberuntungan. Tetapi Bagas memang termasuk ulet tidak pernah putus asa.
Bagas selesai mandi, dia hanya menggunakan handuk saja yang terlilit di pinggangnya. Tubuhnya terpahat sempurna berdada bidang dengan "fourpack" di perutnya. Itu sebenarnya sudah lebih dari cukup. Bagas dulu menyukai olah raga walau tidak mengikuti secara khusus cabang olah raga terutama Basket yang populer di sekolahnya. Dia tidak terlalu tertarik, sebenarnya dia bisa bermain.
Bagas menatap wajahnya di cermin wastafel, di ambilnya alat pencukur kumis dan janggut untuk membersihkan bulu-bulu yang menempel, padahal sudah mulus tapi itu harus di lakukan setiap hari, karena keinginan si 'Nyonya besar' yang jijik dengan kumis atau jenggot yang menempel di wajahnya.
'Menyebalkan !' itulah kata hati yang ia ucapkan, ketika dia pertama kali bertemu dengan 'boss nya' yang ternyata seorang wanita ! tapi kata itu hanya salah satu kata dari ratusan yang terlintas di otaknya mengenai sikap dan sifat atasannya itu dari hari pertama bekerja sampai 3 tahun ini !.
Serta sderet peraturan tertulis maupun tidak tertulis yang di sematkan padanya. Ayolah ! Bagas tidak pernah atau tidak mempunyai pikiran untuk menjadi seorang Sekretaris bagaimanapun juga. Jjadi dia tidak mengetahui apa pekerjaannya itu sebenarnya. Ketika pertama kali masuk setelah di terima pekerjaan setelah lulus seleksi di perusahaan, dia diminta datang ke bagian HRD. Pikirnya waktu itu mungkin hanya untuk penempatan di bagian mana dia di terima. Kepala HRD bernama Pak Hendri berkumis tipis berbadan langsing langsung menatapnya dengan cukup tajam. Bagas pun terlihat bingung.
"Bagas Satrio ?" tanyanya. ketika ia sudah duduk di hadapannya.
"Betul, pak !" jawabnya cukup tegas.
"Selamat anda di terima perusahaan ini !"
"Terima kasih, pak !" Jawabnya dengan gembira.
"Kamu sudah siap dengan segala peraturan pekerjaan dan resikonya ?" Dia kembali bertanya dengan pandangan aneh.
"Siap pak !" Jawab Bagas.
"Yakin ?" Ujar Pak Hendri, Bagas tertegun.
"Tentu saja pak !" Jawabnya mungkin pekerjaannya sedikit melenceng dari yang sudah ia terima, tapi tidak apa-apa pikirnya,
"Bagus, sekarang kamu bawa surat ini ke lantai paling atas ... dan temui ibu Dewi !" ujarnya sambil menyerahkan sebuah amplop coklat pada Bagas. Bagas masih terduduk diam.
"Kenapa ?" tanyanya heran.
"Tidak apa-apa pak, anu ... saya permisi !" Bagas berdiri pamit dan keluar dari ruangan. HRD dengan hati sedikit bingung. Tapi ya sudah dia akan menerima semua resiko apapun pekerjaannya nanti. Dan itu ternyata itu awal mimpi buruk selanjutnya.
--------
Kini Bagas sudah mengenakan kemeja biru muda, dan celana abu-abu polos bermerek dan mahal. Semua sangat sesuai dengan postur tubuhnya ibarat seorang model. Siapa pun pasti iri dengan penampilannya itu. Dan itu sesuai dengan jabatannya sekarang. Si boss menginginkannya penampilan seperti itu sama dan seimbang dengan style bossnya yang berkelas tinggi.
Gajinya sebagai seorang Sekretaris termasuk tinggi, setingkat dengan seorang Manajer atau seorang Direktur sekalipun ! dan itu sepadan dengan tugasnya sekarang. Bahkan mereka harus melalui dirinya bila ingin bertemu 'si nyonya besar' itu julukannya yang halus buat si boss.
Setelah semua selesai dia menuju dapur, mengambil sebuah kantung kertas. Di sanalah isi sarapan paginya. Dia tidak sempat sarapan padahal dari jam Rolex emasnya baru menunjukan pukul 6 pagi ! Sarapan itu sudah dipersiapkan malam sebelum dia tidur.
Bagas menuju kamarnya, memakai jas warna senada, tas kerja dan 4 handphone berbagai merek serta dua buah Tab dan tak lupa sebuah lap top. 4 handphone dengan fungsi berbeda. Satunya tentu saja khusus berkomunikasi dengan si boss. Setelah itu keluar menuju lift apartemen yang langsung menuju ke tempat parkir.
Di tempat parkir dia memencet tombol alarm untuk mematikannya Honda Genio warna hitam. Mobilnya termasuk kecil dan itu cukup untuk kegiatan sehari-hari bekerja. Bagas bisa saja membeli mobil mewah tapi tidak bakalan sempat menikmatinya. Kenapa ? karena percuma sebagai Sekretaris utama yang berhubungan langsung dengan si bos sudah barang tentu harus siap sedia 24 jam ! satu minggu dalam sehari dan 12 bulan dalam Setahun.
Apakah ada liburan untuknya ? tentu saja ... liburannya bersama sang bos ! walau itu bukanlah yang seperti orang biasa lakukan, tetap dimanapun kapanpun bisnis tetap berjalan dan Bagas menjadi sangat di perlukan. Sekretaris utama memang pekerjaan perusahaan tetapi kini dia sudah menjadi Sekretaris pribadi si boss sejak setahun lalu. Sejak dia mengetahui rahasia besar si boss ....
----------
Mobilnya sudah sampai di tempat gedung kantor tempat dirinya bekerja berlantai 50 yang menjulang di kawasan bisnis elit Jakarta. Bagas memarkirkan mobilnya di tempat khusus. Mobil itu akan terparkir sampai tugasnya selesai, bisa sore, malam atau seharian disana !
Bagas menuju lift khusus VIP hanya untuk dirinya dan si boss. Hp Iphone nya berbunyi itu artinya dari si bos !
"Hallo ... baik madam ... oke .,. sudah saya persiapkan semuanya ... apa ... dibatalkan ... oke baik !" Bagas menghela nafas ini bukan pertama kalinya jadi sudah biasa. Dia memencet tombol lift langsung menuju kantornya. Tak lama dia sudah berada di ruangan Direktur Utama alias Pimpinan sekaligus pemilik perusahaan.
Ruangan kerjanya tidaklah besar hanya separuh dari luas ruangan kerja si bos. Kompleks bisa disebut begitu, di sana ada ruang kerja, ruang rapat, dapur, mini bar dan tak lupa ruangan khusus untuk istirahat si bos. Sebenarnya selain dirinya mempunyai 3 asisten lainnya untuk dirinya dengan tugas masing-masing. Bagas akan sangat cerewet seperti perempuan bila pekerjaan mereka tidak sesuai, bahkan dia mempunyai kemampuan memecat mereka.
Awalnya ada dari mereka yang mencoba menggoda dirinya tapi pekerjaan tetap pekerjaan harus seperti itu tidak boleh bercampur dengan urusan pribadi. Bagas akan memberi peringatan pada mereka satu kali bila masih ngeyel ! setelah itu siap-siaplah di pecat. Kadang-kadang Bagas merasa sifat dan sikapnya seperti bos nya itu. Dia merasa kehilangan kehidupan sosialnya sejak menjadi Sekretaris, padahal dia lelaki dan manusia normal dia membutuhkan kesenangan seperti sebagian teman kantor lainnya. Makan bersama, hang out dan lainnya. Tapi semuanya harus di kubur dalam-dalam.
Dia teringat keruangan kerjanya ini untuk pertama kalinya ...
------------
Lift pun terbuka, di sana sudah ada seseorang yang sepertinya akan ke lantai atas. Seorang perempuan paruh baya, berkaca mata dengan sorot ke ibuan. Dia tersenyum lembut pada Bagas.
"Pagi !" sapanya
"Pagi bu !" jawab Bagas.
"Mau ke lantai berapa ?" Dia bertanya.
"Anu, bu mau ke lantai paling atas !" jawab Bagas, perempuan itu menatapnya dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Karyawan baru ya ?"
"Betul bu !" Si perempuan mengangguk.
"Kalau begitu sama, saya juga mau ke sana ! mau bertemu siapa ?"
"Anu ... ibu Dewi !" jawab Bagas.
"Oh ... !"
"Ibu kenal ?" tanya Bagas, si perempuan tertawa. tak lama lift terbuka dan sudah tiba di lantai atas.
"Ayo keluar, ikut saya !" ujarnya, Bagas agak tertegun tidak yakin tapi tetap melangkahkan kaki mengikuti perempuan itu. Bagas tertegun melihat interior rungan yang sangat bagus, elegan, mewah bahkan karpet yang di injaknya terasa amblas. uh ! dasar orang kampung ! makinya dalam hati.
Mereka sampai di sebuah ruangan yang tidak begitu besar, banyak berkas yang menumpuk di lemari, di meja ada satu buah komputer. 2 buah telepon yang ketika mereka masuk sudah berbunyi nyaring.
"Ayo masuk, anak muda !" perintahnya. Sementara Bagas masih mematung di pintu ruangan.
"Maaf masih berantakan, belum saya bereskan !" dia seperti tidak perduli dengan telepon yang berbunyi, satu mati dan tak lama berbunyi kembali. Bagas dengan ragu masuk dan melangkah mendekat. Sementara si perempuan sudah duduk di balik mejanya.
"Silahkan duduk !" ujarnya ramah, hal itu membuat dirinya sungkan. Akhirnya memutuskan untuk duduk.
"Siapa namamu ?" Tanyanya.
"Bagas Satrio ... bu !"
"Apa ada yang harus diberikan pada saya ?" tanyanya Bagas terkejut tak sadar dia menatap sebuah nama yang teletak di atas meja.
"Maafkan saya, Anda ibu Dewi ?" Tanya Bagas tidak percaya. tetapi perempuan itu malah tersenyum.
"Betul !" ujarnya ramah.
"Anu ... tadi saya diminta pak HRD untuk kesini dan menyerahkan amplop ini !" Bagas mengeluarkan amplop coklat dan memberikan pada perempuan paruh baya yang ternyata ibu Dewi,
Ibu Dewi menerima amplop itu tapi anehnya tidak di buka hanya disimpan di meja. Dia hanya menatap Bagas dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Kamu sudah siap ?" tanyanya,
"Siap apa bu ?" Bagas malah bertanya.
"Tentu saja bekerja !" Bu Dewi hanya tersenyum.
"Eh iya, maaf kan saya ... saya siap !" jawab Bagas yakin.
"Bagus, mulai saat ini kamu akan menjadi Sekretaris direktur !" Ujar Bu Dewi tampa basa basi. Bagas terkejut bukan main.
"Maafkan saya bu, anu ...saya kemari karena di terima di bagian manajemen, sesuai dengan kriteria lowongan pekerjaan !" Jawab Bagas.
"Betul, kamu memang seperti itu, tapi saya mendapat perintah untuk menarik kamu ke bagian ini ... bisa disebut sebagai Sekretaris !" jawab bu Dewi dengan tenang.
"Tapi itu harusnya untuk perempuan, saya ini .... laki-laki !" Bagas masih menolak.
"Sekarang ini banyak pekerjaan yang biasanya untuk laki-laki, perempuan pun bisa, iya kan ! begitu pula pekerjaan perempuan bisa dilakukan oleh laki-laki !"
"Betul, bu tapi ... background pendidikan saya tidak sesuai !"
"Itu tidak masalah yang penting kan masih manajemen, lagi pula ini bukan kehendak saya tapi pimpinan yang memutuskan, saya hanya menjalankan tugas !" Bu Dewi sepertinya mengetahui apa yang dirasakan Bagas.
"Baiklah, bu ... saya akan menerima pekerjaan ini !" Akhirnya Bagas tidak bisa berbuat apa-apa.
"Syukurlah, saya sangat senang !" Ujar Bu Dewi sepertinya lega.
------------
"maaf pak untuk rapat dengan ...!" Bagas seperti di kejutkan kembali dari ingatannya dulu dan menatap salah satu asistennya Heni berambut pendek.
"Batalkan ! " Ujarnya singkat. perempuan di hadapannya terkejut.
"Tapi ... !" Bagas memberi tanda dengan menggerakan tangannya, sebagai keputusan final, perempuan itu tidak bisa berbuat apa-apa.
Kemudian Heni memberi laporan yang lainnya, semua di tanggapi baik oleh Bagas. Asisten pertama keluar, asisten kedua perempuan juga Indah namanya masuk.
"Indah, besok kamu ganti rok bawah dengan yang lebih dari lutut ... oke !" Perempuan berambut panjang termasuk cantik tertegun. mendengar teguran bosnya.
"maafkan saya pak !" dia tidak bisa membatahnya. Semuanya tahu siapa pak Bagas satu-satunya orang kepercayaan dari si bos besar.
"Ya sudah ... ada apa ?" Tanya Bagas sambil melihat laptop kecil, kemudian melirik ke arah komputer yang menyala. Indah pun memberikan laporannya. setelah itu asisten yang ke tiga masuk. dia paling senior di antara kedua asisten yang lainnya. Bagas menjadi lebih tenang karena Susan mengerti dirinya.
"Aku dengar di batalkan ?" tanyanya Bagas mengangguk.
"Cukup merepotkan bukan !"
"Begitulah, sudah biasa ! tidak perduli dia klien paling penting sekalipun !" ujar Bagas. Susan hanya tersenyum dia sudah tahu bagaimana sikap big bos.
"Bagaimana kemajuan untuk pesta akhir pekan ini ?" Tanya Bagas.
"Beres semua ... tetapi...!"
"Susan .... kamu tahu, tidak ada kata tetapi ... oke ?... aku sudah di pusingkan dengan tingkah si bos ! lakukan yang terbaik ! aku memberi wewenang untuk membatalkan bila tidak sesuai !" Bagas menatap perempuan berkaca mata dengan rambut di cepol,
"Baiklah 'bos' !" Susan menjawab.
"Ini laporannya !" ujarnya Bagas mengangguk. Setelah itu Susan keluar ruangan.
10 menit kemudian Bagas kembali melirik jam tangannya 6.45 pagi dia bangun. menuju ruangan dokumen, mencari beberapa dokumen. Setelah itu Bagas menuju ruang rapat hanya untuk sekedar memeriksa apakah sudah sesuai. kemudian ke ruang lainnya.
Dan terakhir menuju ruangan Direktur, betapa terkejutnya dia melihat bunga Anggrek kesukaan si bos sudah layu. Dia mengeluarkan salah satu hpnya.
"Heni ... kamu belum mengganti Anggreknya ? sudah ... cepat bawa kesini sekalian dengan vas yang baru !" perintahnya.
Setelah itu tangannya menyentuh meja untuk memastikan bersih mengkilat. sesuai jadwal 10 menit lagi si Bos besar akan datang. Asistennya Heni datang membawa vas beserta Anggrek putih kesukaan bos nya.
"Hati-hati ... Vas itu kristal dari Italia, kalau pecah ... gajimu tidak akan mencukupi untuk membayarnya !" Ujar Bagas, Heni hanya mengangguk dan meletakan Vas dan Anggrek hati-hati.
"Kamu boleh pergi !"
"Baik pak !" Heni pun pergi sambil membawa Vas dan Anggrek yang sudah layu.
Bagas mengambil botol air putih kemasan yang harganya cukup mahal. Di bukanya dan di tuang hati-hati, kemudian mulai merangkai bunga Anggrek. Sebagai seorang Sekretaris Utama dia harus bisa melakukan semuanya. Merangkai, membuat minuman dan sebagainya yang dulu tidak pernah dilakukannya.
_________
Sementara itu sebuah mobil mewah memasuki gedung parkir ViP kantor perusahaan
"Maaf non, kita sudah sampai !" ujar sopir pribadinya kepada perempuan cantik di belakangnya, si perempuan mengangguk. Siapa pun akan terpesona akan kecantikan wanita yang duduk dengan anggun. Rambut ikal sebahu yang hitam tergerai indah. riasan wajahnya tidak begitu mencolok tapi justru menegaskan garis kecantikan yang alami.
bersambung ...