Auliya POV
Entah apa yang terjadi semalam, yang ku tau aku dan Selly masih ada di depan club' dengan keadaan ku yang kepala pusing, dan tiba tiba ada seseorang yang memanggil nama ku, tapi ku tak tau siapa dia tapi aku sangat mengenali suara itu, karena mataku sudah buram dan ketika dia menghampiri ku, entah setelah itu apa yang terjadi.
Mentari sudah memancarkan sinarnya, aku yang menyadarkan diri, betapa terkejutnya diriku? Aku sudah ada di rumah, siapa yang membawaku pulang? Bukanya aku masih ada di club' itu? Kenapa aku sudah ada di rumah?
Pertanyaan pertanyaan itu masih melintang di pikiran ku, sehingga membuat kepala ku pusing.
Cklekk! Ternyata umi yang masuk ke dalam kamarku, "sayang kamu sudah sadar" tanya umi. "Ya" balasku. "Dari mana kamu semalam nak" tanya nya yang mulai mata nya berkaca kaca. "Terserah gue mau kemana, bukan urusan lu" ucapku ketus. "Kenapa kamu pulang dengan keadaan mabuk nak, umi kecewa sama kamu, umi gak pernah ngajarin kamu seperti itu" ucapnya langsung keluar dari kamarku.
"Bagaimana umi tau kalau aku mabuk? Ah sudahlah gapenting" batinku
Farah POV
Aku keluar dari kamar anak ku, dengan menahan air mataku yang ingin menetes, tapi ku tahan. karena aku sudah tau kalau Auliya sudah sadar dari pingsan nya, maka aku harus memberitahukan hal ini kepada suami ku.
Ketika aku menuruni anak tangga, aku melihat suamiku di taman belakang rumah sedang menyirami tanaman, karena suamiku hari ini sedang libur, makanya waktunya di buat mengurus tanaman.
Ketika aku menghampiri suamiku, suamiku terdahulu sadar akan kehadiran ku. "Ehh umi, ada apa" tanya suamiku dengan senyum. "Itu bi, Auliya sudah siuman" ucap ku. "Gimana keadaan nya mi" tanya nya, "Abi lihat sendiri ajah" balas ku.
"Umi, Abi pikir sekarang abi harus mulai tegas kepada Auliya mi" ucap suamiku dengan hati hati. "Abi mau ngehukum Auliya apa bi? Sudah lah maafkan kesalahan Auliya, mungkin dia khilaf" ucapku. "Tapi mi, ini sudah kelewatan" balas suamiku.
"Lalu Abi mau apa" tanya ku dengan lembut. "Abi mau masukin Auliya ke pesantren" jawabnya tegas. "Apa bi, enggak bi, umi gamau jauh dari Auliya anak perempuan umi satu satunya. Cukup Gibran ajah yang pisah dari kita karena dia sedang kuliah di mesir, dan sekarang umi gamau jika pisah dengan Auliya" ucapku dengan mata berkaca kaca. "Tapi mi, ini yang terbaik buat Auliya" ucap suamiku menenangkan diri ku.
"Yasudah, jika semua ini yang terbaik buat Auliya. Umi setuju" balas ku pasrah. "Yasudah nanti biar Abi yang nyariin pesantren yang cocok buat anak kita ya mi" ucap nya. "Iya, sekarang kita ke kamar Auliya bi" ucapku kepada suamiku. "Iya mi" balasnya.
🍃🍃
Cklekk! Bahir dan Farah masuk kedalam kamar Auliya. Dengan tatapan Bahir yang nampak marah.
"Kenapa kamu semalam berada di club' malam, siapa yang ngajarin kamu mabuk ha" sentak Bahir kepada Auliya.
"Siapa juga yang mabuk semalam" ucap Auliya dengan bohong. "masih bisa bisa nya kamu bohong sama Abi kamu sendiri ha" ucap Bahir, dan kali ini bukan hanya ucapan dari Bahir saja, tetapi tangan satu Bahir berhasil menampar pipi mulus Auliya hingga Auliya menoleh ke arah lain.
"Aww! Sakit Bi" ucap Auliya dengan rengek an karena kesakitan. "Lebih sakit mana dengan Abi yang kamu bohongi ha" ucap Bahir. "Jelas jelas Abi yang bawa kamu pulang dari tempat orang murahan dengan keadaan mabuk, masih tidak ngaku juga kamu" lanjutnya. "Sudahlah sayang, kamu jujur saja kepada kami, insyaallah kami nggak akan marah sama kamu" ucap Farah di tengah tangisnya.
"Iya iya. Gue mabuk semalam" ucap Auliya dengan nada tidak punya salah. "Abi kecewa sama kamu, Abi sama umi tidak pernah mengajarimu seperti itu, tapi kenapa kamu seperti ini ha" ucap Bahir dengan marah.
"Besok ikut Abi" ucap bahir, berhasil mengkagetkan Auliya. "Kemana" tanya Auliya.
"Ke pesantren, yang ada di Surabaya" ucap Bahir denga. Tegas seperti tak ingin di bantah.
"Tapi bi- " ucap Auliya. "Gausah membantah" balas Bahir langsung menarik tangan Farah dan keluar dari kamar Auliya.
🌹
Auliya yang masih setia di kamarnya yang sedang memikirkan ucapan Abi nya tadi tanpa ada asupan makanan dari pagi.
Auliya masih memikirkan ucapan Abi nya yang ingin memasukan dirinya ke dalam pesantren itu. Sehingga hari sudah sore.
Auliya tak ingin masuk pesantren itu, apalagi tempat nya jauh dari Jakarta rumahnya.
Tapi Auliya tidak bisa membantah Abi nya yang sudah marah besar padanya.
Tiba tiba "tokk tokk buka sayang" ucap umi nya dari balik pintu kamar Auliya. "Masuk ajah, nggak gue kunci" balas Auliya sedikit teriak.
Seketika itu Farah masuk dengan membawakan beberapa gamis dan khimarnya untuk Auliya kenakan di pesantren.
"Nih sayang, kamu cobain ya gamis umi" ucap Farah sambil memberikan gamis nya. "Nggak ah, gue nggak suka pakek gituan, ribet" balas Auliya. "Ayo dong sayang, coba pakai dulu" mohon Farah.
"Iya, sini bajunya" pinta Auliya dan masuk kedalam ruang ganti di kamarnya. Ketika Aulia keluar dari ruang ganti, betapa terkejutnya Farah yang melihat anak perempuan nya mau memakai gamis yang ia berikan.
"Subhanallah cantik nya kamu nak" ucap Farah. "Ish biasa ajah dong liat nya" balas Auliya. "H-mm iya iya, tapi umi bangga sama kamu, akhirnya kamu mau pakai gamis dan Khimar ini, sudah sekian lama umi menanti ini sayang" ucap Farah dengan mata berbinar. "Lebay. Udah kan? Gue mau lepas nih, gerah" ucap Auliya. "Iya iya sayang, besok kamu pakai itu ya, karena besok kita akan pergi ke pesantren" ucap Farah berhasil membuat Auliya kaget.
"Jadi besok berangkat nya mi" tanya Auliya. "Iya sayang, Abi kamu sudah mendaftarkan kamu di pesantren milik teman Abi kamu di Surabaya" balas Farah.
"Liya gamau mi, Liya gamau, iya deh Liya janji nggak akan nakal lagi. Tapi tolong mi jangan masukan Liya di pesantren" ucap Auliya memohon kepada Farah. "Nggak bisa sayang, ini sudah keputusan Abi, umi kali ini nggak bisa membantu kamu, kamu harus turuti perintah Abi kamu ya sayang, karena ini yang terbaik buat kamu nak" ucap Farah dengan penuh kasih sayang.
"Besok, kita berangkat jam 7 pagi ya sayang, sekarang kamu istirahat dulu, biar umi yang nyiapin barang barang kamu ya" ucap Farah dan di balas angguk pasrah dari Auliya.
Setelah itu Auliya tidur di kasur empuk miliknya, rasanya berat sekali jika harus pisah dari keluarga dan sahabat sahabatnya. Tapi mau gimana lagi ini perintah Abi nya, Auliya tidak berani melawan nya.
Ketika Farah sudah selesai menyiapkan barang barang Auliya, dan Farah melihat anak nya masih belum tidur. "Sayang, insyaallah ini yang terbaik buat kamu ya" ucap Farah sambil mengelus puncak kepala anak nya, dan keluar dari kamar Auliya.
Farah sangat sedih jika besok akan berpisah dengan anak perempuan nya. Karena Bahir suaminya akan memasukan anak gadisnya di pesantren Al ikhlas di Surabaya milik teman nya itu.
Cklekk! Farah menutup pintu kamar nya dan Bahir, ketika Farah berbalik dan matanya tertuju kepada suaminya yang berada di atas kasur dengan majalah di tangan nya.
"Gimana, Auliya mau kan pakai gamis umi" tanya Bahir pada Farah. "Iya bi" balas Farah segala adanya. "Yasudah sekarang kita istirahat ya, besok kita berangkat ke Surabaya' ucap Bahir. Dan di balas angguk an oleh Farah.
Bersambung...